01

1.2K 81 227
                                    

———————
📍Seoul, 2021
———————

Berbalut dress merah selutut dan sepatu hak dengan warna senada, gadis cantik melangkah tanpa ragu menuju tempat dengan penerangan minim yang berada dipersimpangan jalan.

Hampir tengah malam, tapi ia tidak takut.

Langkahnya terhenti, penjaga menyapanya, senyum manis digunakan sebagai balasan. Ia melirik arloji mewahnya, jarum pendek berada pada angka sebelas dan yang panjang menunjuk angka empat.

Dentuman musik, tarian tak tentu arah, aroma tajam alkohol benar-benar menganggunya.

Netranya tertuju pada meja ujung, dia sadar bahwa telah ditunggu, ia akan kesana.

Lengannya ditahan seseorang, “Berhenti” kata orang itu.

Dahinya mengkerut, sebelah alisnya dinaikkan tanda bertanya, “Apa maksud lo?”

“Gue udah berhenti, sampai kapan lo mau kayak gini?”

“Apa sih yang lo omongin?”

Orang itu berdecak, “Ya sampai kapan lo mau hidup kayak gini?”

Gadis itu tidak terkejut, dan tidak malu, ia mengerti maksud orang itu. Bukan ini masalahanya, tapi ia tidak mengetahui siapa orang yang memintanya berhenti dari sumber penghasilannya ini.

“Lo siapa?”

Sorot matanya tajam, “Gue ..”

“XIYEONNNNNNNN!!!!! PARK XIYEONNNNNN BANGUNNNNNN!!!”

Gadis itu, Park Xiyeon. Ia membuka perlahan matanya, ah yang barusan itu mimpi. Pandangannya tertuju kepada gadis seusianya yang bediri dengan tatapan sengit namun terlihat sedih???

“Ganggu tidur gue. Lo kenapa, Heejin?” tanyanya, pada gadis yang ia panggil Heejin.

Gadis yang dipanggil Heejin itu mendekat kearahnya, bibirnya melengkung kebawah, “GUE KECOPETAN XIYEONNNNNNNNNNNN, SIAL EMANG!!!”

Xiyeon menatap datar Heejin, “Azab kali.”

“Gue kena musibah dan lo malah ngatain itu azab? Temen macam apa sih lo?”

“Ya terus gue harus gimana Jin, lapor polisi? Males banget berurusan sama polisi.”

Heejin mendudukkan dirinya ke sofa empuk apartment Xiyeon, “Ya engga juga sih, untung aja Hp gue masih ada.”

“Nah kan, masih bisa hubungin pacar-pacar lo. Setelah dicopet bukan berarti keahlian lo ilang, kan?” tanya Xiyeon.

“....Yeoksi uri Xiyeon, bener juga kata lo. Lagian hidup kita disini kan emang tergantung mereka,” balas Heejin.

Xiyeon mengangguk setuju, namun seperti ada yang mengganjal di hati, tentang mimpinya, orang yang memintanya berhenti. Ia menggelengkan kepalanya, bagaimana mungkin berfikir untuk berhenti dari hal yang menopang kehidupannya sehari-hari?

———

Dua gadis cantik turun dari mobil mewahnya, busana yang dikenakan sungguh membuat mereka sukses mencuri perhatian orang-orang.

“Bayarin gue ya ntar, Yeon!” kata Heejin dengan memasang wajah imutnya, namun menyebalkan dimata Xiyeon.

“Bawel, biasanya juga gitu.”

Kini, mereka bardua berada di pusat perbelanjaan Seoul. Setelah bercerita panjang lebar terkait insiden kecopetan, Heejin benar-benar berencana menguras dompet Xiyeon.

I'm not a f*ck girlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang