Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuhh !
Happy Reading ,,, !🍃🍃🍃
Seorang gadis baru saja keluar dari ruang uks setelah bel istirahat berbunyi.
Kakinya ingin melangkah menuju kantin sekolah namun urung ketika ia ingat tidak membawa uang jajan. Karena terburu-buru membuat ia lupa dengan uang sakunya.
Alhasil ia berjalan gontai menuju kelasnya. Ah dia baru ingat, dimana tasnya? Tadi ia masih berada didepan gerbang sekolah yang sudah tertutup, saat terbangun ia sudah berada diUKS.
Ia kembali keUKS untuk bertanya dimana tasnya berada. "Owh tas kakak udah dibawain temennya tadi."
Tidak lagi berpusing ria siapa yang membawakan tasnya ia lebih memilih menuju kelas.
Sampai dikelas sudah sepi, mungkin karena sudah bel istirahat makanya kelas sepi. Yang biasanya Ara selalu menemani pun sesampai dikelas tidak menemukan batang hidungnya pun.
Ia duduk dikursi, benar saja tasnya sudah berada ditempatnya. Ia mengambil sebuah buku dari tasnya, menyalin beberapa catatan yang belum terhapus dipapan tulis. Sungguh manusia dengan tingkat rajin melebihi manusia normal.
'Kruyukkkkk!!' Perutnya memang tidak bisa diajak kompromi. Untung saja kelas masih sepi.
Namun tak disangka seorang laki-laki terbangun dari tidurnya yang membuat Sarifah kaget laki-laki itu berada didepan tempat duduknya. Ah Sarifah mungkin tadi terlalu fokus mencatat sehingga tidak melihat bahwa ada seseorang yang tengah tertidur.
Tanpa bersuara laki-laki itu berjalan keluar kelas begitu saja. Sarifah tak memusingkan itu, bukankah dia telah diwanti-wanti bahwa disekolah pura-pura tidak mengenalnya.
Saat Sarifah disibukkan dengan novelnya. Tiba-tiba saja sebuah kotak makan sudah berada diatas mejanya.
"Makan." Hanya kata itu yang terucap dari seorang laki-laki dan kemudian pergi entah kemana.
Belum sempat mengucapkan terima kasih, Ara datang dan langsung menghampiri Sarifah.
"Ya ternyata dikelas udah gue cariin diUKS juga." Sarifah tidak menanggapi, isi kotak makan lebih menggoda untuk segera dihabiskan karena cacing-cacing diperutnya meminta jatah."Wahhhh harumnya. Kamu bawa bekal ya." Sarifah hanya mengangguk, tak mungkin kan dia bilang bahwa kotak makan itu dari Abidzar.
"Minta boleh?" Aravah dengan puppy eye nya, dan diangguki oleh Sarifah.
'Kamu itu cuek Bi tapi sebenarnya perhatian dengan caramu sendiri'
💫💫💫
Sarifah berjalan kaki sampai ditempat persetujuan Abidzar dan Sarifah ketika berangkat sekolah bareng. Mereka tidak mau ada yang tau bahwa mereka saling kenal. Ah lebih tepatnya Abidzar yang tidak mau tau bahwa pembantunya satu kelas dengannya.
Sudah setengah jam ia menunggu Abidzar, namun belum kunjung juga terlihat. Hingga ia melihat seseorang yang sepertinya ia kenal.
Ia melihat temannya, Aravah sedang berbicara dengan seorang laki-laki paruh baya. Namun tunggu tapi perempuan itu tidak memakai kerudung. "Ah mungkin salah liat."
Disaat ia ingin memperhatikan secara seksama, mobil putih milik Abidzar sudah datang. "Cepet masuk !" Perintah pengemudi.
Tak mau membuat sang tuan muda nya itu marah karena menunggu lama, Sarifah segera masuk mobil.
Mobil pun melaju meninggalkan seorang perempuan yang dicurigai adalah sahabat Sarifah.
"Itu bukannya temen lo? Kok lepas kerudung." Abidzar bertanya."Ndak tau." Sarifah berhusnudzon aja mungkin dia hanya mirip sahabatnya. "Ah mungkin besok bisa ditanyain dikelas." Batinnya untuk tidak ikut mengurusi privasi orang lain.
"Mas Abi mandek pasar sek yo. Bik Mala nitep sayur." ucap Sarifah ditengah keheningan yang menyelimuti keduanya.
Abidzar yang memang tidak tau banyak bahasa daerah Sarifah melongo mendengarkannya. Ia bahkan baru saja pertama mendengarkan bahasa yang menurutnya aneh karena memang Abidzar sama sekali belum pernah mendengarkan.
"Apa tadi kata lo ? Ngomong yang jelas gak sah pake bahasa daerah gue kagak tau nj*r." tanya Abidzar.
"Eeehhh.. iyo-iyo maap maksud Ipah mampir pasar. Bi Mala nitip sayur katane." Sarifah menepuk dahinya sadar bahwa ini kota Jakarta dan majikannya besar diKota jadi belum pernah mendengar bahasanya.
"Lo nyuruh gue. Siapa yang babu, siapa yang tuan kalau gitu." kesal Abidzar yang merasa dirinya tuan tapi diperlakuakan layaknya babu.
"Eeehh ora begitu Mas Abi. Iki sayur dek omah wes habis, dadi sekalian titip kan lewat pasar iki perintahe ibuk kok. Iki ra percoyo." Sarifah menyodorkan handphonnya didepan Abidzar memperlihatkan pesannya yang berarti dirinya tidak bohong.
Namun bukan kepercayaan Abidzar yang Sarifah dapat, melainkan kekesalannya. "Lu.. singkirin handphonnya gue lagi nyetir. Lu kalau bosan idup gak sah ngajak gue."
,
,
,
,
,
,
,
,
,
,
,🍃🍃🍃
Ayayayaaa ayeyeyeye !!
Wahhh.. Comeback, seneng nih seneng yang masih nungguin.
Pd banged mimin,,, hehehehehe..
Yang nungguin mana suaranya ??Cerita ini mungkin dah berkarat dahh ,,, maapkeun,,,
Habis prahara perbatinan antara lanjut atau udahan.
Butuh rasa kemauan tinggi untuk melanjutkan.
Ckckckck..Pokoknya mimin gak tau kisah ini, cerita ini masih ada pembaca lagi gak, mimin lagi pengen aja berkisah.. wkwkwk
Jadi mohon maklum.Yang udah vote, comment makasihhh 🙏🙏🙏
Tungguin kisah selanjutnya ya..
Yang udah lupa kisahnya bisa dibaca ulang biar nyambung wkwkwk..Mimin pun mau lanjut harus baca lagi.
Udah segitu aja see you next part .
KAMU SEDANG MEMBACA
SARIPAH (P/F) _ Slow Update !
Teen FictionSarifah, Gadis desa yang pintar, lugu, ramah dan selalu ceria. Dia bekerja sebagai pembantu dikota atas saran dari bibinya yang juga jadi pembantu diKota. Seharusnya dia sekarang masih kelas 2 SMA namun karena keterbatasan biayanya dia memilih untuk...