"Mana Sarifah ?"
"Ketinggalan Mi."
Ibu Abidzar sudah melotot, dengan santainya anaknya itu masuk kedalam kamarnya tanpa sepatah kata lagi.
Sungguh untung Zahra orangnya sabar jadi tidak ada pertengkaran hebat hari ini hanya ada gelengan keoala dan decakan tak habis fikir dari Zahra. Beda halnya jika Raka yang tau kelakuan anaknya mungkin perang keluarga sudah terjadi.
"Assalamualaikum !! Ibuk!"
"Wa'alaikumussalam Warrahmatullahi Wabarakatuh, nak Ifah kok gak bareng Abi?"
"Ewh eum tadi Ifah piket Buk."
"Pulangnya ?"
"Naik bus."
Sarifah permisi untuk mengganti seragamnya sebelum majikannya, Zahra meminta kopi.
"Gue satu dong gak pake gula. Apa seh Mi liat-liat." Abidzar yang datang tiba-tiba sudah berganti dengan pakaian santai.
"Nggak papa." jawab Zahra cuek.
Sarifah pamit dan kembali lagi dengan membawa dua gelas kopi. Satu banyakin susu yang satu tanpa gula.
"Tumben gak main ?" heran Zahra melihat anaknya malah santai duduk disofa ruang tengah bersama dirinya.
"Mobil kan disita Mi." Abidzar menjawab dengan santai.
"Abi kan lagi gak dirumah." pancing Zahra. Abi memang sedang kerja diluar kota selama 3 hari.
"Laki-laki harus menempati janji Mi." Abidzar lagi-lagi menjawab dengan santainya yang membuat Zahra semakin terheran-heran. "Kesambet malaikat dimana." kan....
"Mi udah deh. Adek main salah nggak main salah. Kayaknya salah mulu adek dimata Umi. Mau pindah aja ah." jengkel Abidzar.
"Pindah kemana?"
"Hatinya Umi."
"Gombal."
Melihat interaksi mereka Sarifah jadi kangen orang tuanya dikampung. Sedang apa mereka disana ya, ah Sarifah harus rajin belajarnya biar bisa banggain orang tua dikampung.
Tak sadar bahwa kini Sarifah malah terbengong melihat interaksi mereka yang jarang terjadi itu.
"Niat kerja gak sih malah bengong. Kopi gue keburu dingin." maki Abidzar, seperti biasa tak ada kelembutan tak ada kesabaran.
"Eeehhhh iya Mas ini kopinya,, Buk ini." Sarifah tersadar dengan kebengongannya.
Ia meletakkan dua gelasnya dimeja. Tak mau mengganggu me time ibu dan anak itu Sarifah segera berlalu dari sana.
***
Sakembalinya menghantarkan kopi, Sarifah pergi menuju kamarnya dan bergegas mengganti pakaian.
Untuk menuju kamarnya Sarifah harus melewati dapur. Didapur banyak pembantu yang sedang berkutat membuat sajian.
"Ouh ini pembantu baru yang berlagak sok jadi majikan."
"Enak bener pembantu disekolahin."
"Pembantu kok gak pernah bantu-bantu."
Benar, Sarifah pembantu tapi pekerjaannya tidak seperti pembantu lainnya. Sarifah merasa diistimewakan, tapi Sarifah bisa apa? Dia tak pernah meminta disekolahkan, majikannya yang memaksanya bersekolah.
Memilih bersikap bodo amat dan gak mendengarkan celotehan mereka. Sarifah lebih baik membantu mereka, sebelum akan ada kata yang lebih menyakitkan lagi.
"Bu ada yang bisa Ipah bantu ?"tanyanya.
"Salen dikek nduk, mengko reged seragame." (Ganti dulu nak, nanti kotor seragamnya.) Bi Mala yang datang tiba-tiba.
Tak memusingkan hal itu Sarifah bukannya berganti pakaiannya malah langsung ikut terjun membantu pembantu-pembantu lainnya membersihkan udang.
"Ya ampun Sarifah itu seragamnya kotor. Ganti dulu jorok banged sih." Rose mengomentari.
"Gak popo Mbak Ros. Ik meh selesai, sedikit maneh. Iki lagi ada acara op to kok masak banyak ?"
"Bapak bakalan kedatangan tamu spesial."
"Mbak Bella pulang ?"
"Bukan tapi calonnya Mbak Bella yang mau datang."
"Beneran Mbak ?"
Rose hanya mengangguk lalu sibuk dengan pekerjaannya. Sarifah pun ikut membantu mereka selepas mengganti seragamnya.
Sungguh bagaimana pun juga, setegar-tegarnya perempuan pasti akan mengeluarkan air mata. Mungkin tampak kuat jika dilihat dari luar tapi hatinya benar-benar hancur.
Setiap pulang sekolah pasti ada aja yang menatapnya sinis. Tapi bagaimana juga hidup dikota memang keras dan sukses bukan hanya ditentukan dengan seberapa kerasnya dia bekerja tapi juga seberapa lama ia bertahan dengan kerasnya bekerja.
Sarifah perempuan yang kuat, bertahan hingga dititik ini pun dia sudah menjadi perempuan hebat.
----
Malam ini di kediaman Zahra-Raka sangatlah ramai. Penyebab utamanya karena kedatangan calon suami putri pertama mereka, Bella Azahra Wijaya.
"Mi Bella nggak mau keluar."
"Loh kenapa?"
"Bella nggak kenal orangnya."
"Ya makanya ini kenalan dulu sayang."
"Mampus loh Kak dijodoin. Makanya punya pacar." Abidzar yang tiba-tiba datang dari arah tangga.
Sungguh kebahagian tersendiri melihat wajah kesedihan sang kakaknya itu. Mungkin bisa dikategorikan Abidzar itu adek durhaka. Memang tertawa diatas penderitaan orang itu bahagianya luar biasa, sungguh. Ckckck... Tapi ingatlah selalu bahwa roda kehidupan itu bergerak.
"Adek...!!"
"Ih tu Mi. Adek aja ngetawain kakak."
"Adek !!"
Wlekkkk yah dan seperti biasa keduanya akan bercekcok jika bertemu, memang tidak bisa dipersatukan.
Ayah Bella begitu mendengar ada laki-laki yang ingin melamar putrinya langsung balik dari tugas kantornya yang diluar kota. Meminta asistennya untuk menggantikannya. Bagaimana pun seorang ayah pasti lebih mementingkan anaknya ketimbang pekerjaannya.
Dan malam itu menjadi malam saksi pertemuan pertama dua orang yang tidak saling mengenal. Menunggu skenario takdir yang akan datang menghampiri mereka berdua.
🌿🌿🌿
Dahlahhh... Mimin dah stuck sama cerita ini udah gak tau lagi mau dikemanain.
Ya ampunnn mimin mohon maaf.🙏🙏
Nyari inspirasi gak dapat-dapat,, 🙏🙏Gak tau lagi 😭😭
See you next part kalau ada ide ya 🙏🙏
Love All !!
😘😘
Vote n comenttt jan lupa 😄Temanggung, 271121
Salam Manis
Mimin 😘
KAMU SEDANG MEMBACA
SARIPAH (P/F) _ Slow Update !
Ficção AdolescenteSarifah, Gadis desa yang pintar, lugu, ramah dan selalu ceria. Dia bekerja sebagai pembantu dikota atas saran dari bibinya yang juga jadi pembantu diKota. Seharusnya dia sekarang masih kelas 2 SMA namun karena keterbatasan biayanya dia memilih untuk...