BAB 9

36 12 9
                                    

Dulu ada sebuah kisah, tentang seorang bidadari yang tidak bisa kembali ke khayangan karena selendangnya disembunyikan seseorang. Namanya Nawang Wulan.

Sampai akhirnya ia bertemu lelaki baik hati yang menyelamatkan dirinya, kemudian mereka saling jatuh cinta. Mereka menikah lalu lahirlah seorang putri nan cantik yang diberi nama Nawang Asih.

Nawang Wulan memiliki satu permintaan pada suaminya. Jangan pernah membuka tutup penanak nasi saat ia sedang memasak nasi. Nawang Wulan tidak memberitahu alasannya, yang jelas, suatu keajaiban sedang terjadi di sana. Hanya itu.

Kehidupan mereka awalnya bahagia. Sampai akhirnya sang suami melanggar permintaan Nawang Wulan. Menyebabkan keajaiban itu menghilang. Karena itu padi di lumbung mereka cepat habis.

Sampai Nawang Wulan menemukan selendangnya, ia menyadari fakta bahwa suaminya lah yang menyembunyikan selendangnya. Akhirnya ia mengetahui kebohongan suaminya selama ini, dan kembali ke khayangan meninggalkan suaminya yang penuh penyesalan.

✿✿✿

Aku mengemas sampah yang sudah menumpuk. Berniat membuangnya sendiri. Aku sudah terbiasa. Menunggu Jaehyun melakukan ini rasanya kelamaan.

Sampai aku menemukan foto yang beberapa waktu lalu dikirim seseorang padaku. Aku tercenung sebentar memandangi foto di tanganku yang sudah tampak kotor.

Aku menyadari sesuatu, gambar seorang wanita ini. Bukannya ini Vivi?

Aku merasa seperti Nawang Wulan yang menemukan selendangnya ditumpukan jerami. Selendang yang lama disembunyikan suaminya sendiri. Yang menyebabkan dia tak bisa kembali ke khayangan.

Dan sekarang aku adalah Nawang Wulan yang menemukan sebuah kebohongan dari suamiku sendiri. Apa benar Jaehyun berselingkuh? Dengan wanita ini? Vivi?

Apa aku harus seperti Nawang Wulan yang kembali ke khayangan? Atau aku harus bertahan di bumi?

Kali ini sepertinya aku tidak bisa hanya tinggal diam. Aku harus mencari tahu sendiri.

Aku mendatangi kantor Jaehyun. Sudah begitu lama aku tidak kemari. Hidupku hanya terkurung di istana Jung Jaehyun.

"Jaehyunnya ada?" tnyaku pada sekretaris Jaehyun yang tampak terkejut melihat kehadiranku.

"Lagi pergi, Bu," katanya gugup.

"Ke mana?"

"Emm, saya kurang tau."

Aku mengangguk. Sengaja berjalan meninggalkan wanita itu, karena ia sepertinya akan langsung menelfon Jaehyun.

"Wah! Busuk sekali permainanmu, Jung Jaehyun." Benar dugaanku. Aku tertawa getir. Masih jelas kudengar sekretaris Jaehyun mengatakan "Ibu datang nyari bapak. Iya, saya bilang saya gak tau bapak kemana."

Cih! Berapa bayaran sekretaris Jaehyun ini?

Giliran aku yang menelfon Jaehyun.

"Sayang?" Sapanya.

"Lagi dimana, Jae?" tanyaku. Masih dengan suara tenang.

"Di tempat makan. Kamu dimana?" Pura-pura ya, Jaehyun?

"Di kantor kamu, kebetulan aku masih di deket meja sekretaris kamu!"

Jaehyun tersedak di sana. Aku memutuskan sambungan telfon dengannya. Kembali ke meja sekretaris Jaehyun.

"Makasih!" Aku tersenyum menatap dia yang tampak gelagapan.

Perasaanku sangat kacau. Dadaku penuh sesak. Ingin menangis. Tapi tidak bisa. Terlalu banyak yang meledak di dalam sana. Semuanya terasa sangat mendadak dan sangat menghancurkan.

"Ra!"

"Kak Johnny? Kok di sini?"

"Pulang dulu." ucapnya.

"Jangan bilang...." Aku tercekat. Lidahku kelu. Terlalu banyak pertanyaan untuk kak Johnny.

Apa aku satu-satunya yang tertipu? Benarkah aku sudah menjadi Nawang Wulan?

PARASITETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang