BAB 7

42 12 5
                                    

Aku mencoba mengikuti jejak langkahmu yang mulai memudar. Mengikuti benang merahmu yang mulai rapuh.
Aku penasaran, Jung Jaehyun! Apa kita masih menuju tempat yang sama?


Aku urung memasuki ruangan Jaehyun setelah kulihat dia baik-baik saja. Tapi bukan itu masalahnya. Dia tampak tersenyum dengan wanita lain di sisinya. Aku tersenyum getir. Meremas lengan Kak Johnny.

"Ra?" Johnny memapahku duduk di kursi panjang.

"Gak pa-pa, kak. Aku baik-baik aja. Aku lega liat Jaehyun kayak gitu. Gak separah yang aku hawatirin." Aku tersenyum. Menghapus jejak air mata di pipiku.

"Ayok ke dalem," ajak Johnny.

"Nanti, kak. Aku masih kacau banget." Aku mengatur nafasku. Merapikan bajuku.

"Kita obatin kaki kamu dulu, ya!" Baru kusadari ternyata kakiku terasa sangat sakit. Bahkan beberapa butir batu kecil terlihat becokol di dalam kulitku. Aku hanya mengangguki ajakan kak Johnny.

"Lain kali tenangin dulu fikiran kamu, Ra. baru ambil tindakan. Kalo kayak gini, kamu sendiri yang sakit. Liat itu kaki kamu." Aku melihat kakiku yang sekarang terbungkus perban. Tapi siapa yang bisa tenang mendengar orang yang paling dicintai dalam keadaan tidak baik-baik saja?

"Beli sendal dulu deh ya." Kak Johnny sampai lupa membeli sendal untukku. Bukan lupa, tapi mana sempat.

"Gak usah, kak," tolakku.

"Kita ke dalam?" tanya Johnny yang terdengar seperti ajakan. Aku mengangguk. Johnny menggandeng lenganku. "Pelan-pelan."

"Ra?" Jaehyun menatapku. Wanita yang daritadi bersama Jaehyun beringsut minggir.

"Kamu kenapa?" Jaehyun kesusahan duduk, keningnya yang juga diperban tampak mengernyit melihat kakiku yang tampa alas kaki. Wanita tadi mencoba membantu Jaehyun, tapi Jaehyun menolaknya.

"Kenapa, Ra?" Ulangnya.

"Enggak, tadi kesandung." Aku menyembunyikan rasa sakitku di balik senyum.

"Sini." Jaehyun menarikku kedalam pelukannya. "Kamu dari mana?"

"Dari rumah kak Johnny." Jawabku singkat.

"Aku panik cariin kamu. Bilang sama aku kalo mau pergi." Dia mengusap rambutku. Aku hanya mengangguk.

Bahkan belum genap satu hari aku meninggalkan Jaehyun. Lihat apa yang sudah kami lakukan? Melukai diri masing-masing. Cih!

"Dia?" tanyaku ragu melirik wanita yang dari tadi hanya berdiri.

"Temen aku, Ra," jawab Jaehyun. Teman? Kenapa bukan sekretaris barumu saja Jaehyun? Jawabanmu barusan malah membuatku tak enak hati.

"Hay, aku Vivi." Dia menyodorkan tangannya.

"Ralia. Istri Jaehyun!" jawabku singkat. Aku tidak ingin menjabat tangan wanita ini. Tapi ya sudah. Sebentar saja cukup.

"Aku gak sengaja ada di deket lokasi Jaehyun kecelakaan tadi. Jadi aku anter dia ke rumah sakit." Siapa yang minta penjelasan?

"Hem, makasih. Maaf udah ngerepotin kamu." jawabku lagi. Kali ini aku tersenyum. Sedikit.

"Okey, aku pulang, ya. Cepet sembuh Mas Jaehyun!" Kalimat terakhirnya itu, terdengar sangat menjijikkan di telingaku.

"Boleh cemburu. Tapi tau kondisi." Johnny berbisik. Aku menatapnya sinis. Siapa yang cemburu?Kemudian dia ikut keluar ruangan meninggalkan aku bersama Jaehyun.

PARASITETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang