~Mungkin sang fajar
Dan sayap-sayap burung patah
Menyaksikan kita berseteru
Selalu tak pernah damai~~Mungkin cintaku
Terlalu kuat dan menutupi
Jiwa yang dendam akan kerasmu
Sehingga kita bersama
Mungkin~Mungkin- Melly Goeslaw
Aku tersenyum kecil. Sedikit kebahagiaan terselip di hatiku. Jaehyun mulai kembali seperti dulu. Setidaknya aku melihat itu dari layar telpon di tanganku. Kali ini entah apa yang Jaehyun fikirkan sehingga dia mengirimiku pesan singkat.
Aku jelas saja membalasnya dengan kecepatan yang semoga mengalahi kecepatan angin. Aku berharap dia kembali membalas dan kemudian mengajakku pergi bersama malam ini. Jujur saja aku rindu Jaehyun. Aku rindu seorang laki-laki yang sebenarnya berbagi atap denganku setiap hari.
Lama aku menunggu. Ternyata tidak ada balasan.
Aku diam tapi fikiranku terus berputar kesana-kemari.
Kenapa aku merasa rumah tangga yang kami jalani dengan penuh kebahagiaan sekarang seolah mulai terguncang. Pertahananku seolah menipis.
Hanya menerima pesan dari Jaehyun yang sekedar menanyai aku sudah makan apa belum saja seperti aku mendapat sebuah kado istimewa. Padahal ini dulu sering Jaehyun lakukan padaku.
Aku menghela nafas membuang semua rasa sesak yang memenuhi ruang dadaku.
Sekedar kata cinta dan kecupan kecil di keningku sebelum Jaehyun berangkat kerja, itu seperti hal lumrah yang kami lakukan. Dulu.
Ya, dulu.
Sekarang tidak sama sekali. Bahkan mengobrol di meja makan saja seolah berat sekali untuk kami memulai.
Apapun awalnya, pasti berakhir dengan pertengkaran.
Rumah besar yang kutempati bersama Jaehyun kini terasa semakin lengang dengan hanya aku yang berada di sini.
Aku rasa rumah ini terlalu besar dan dingin, kehangatan keluarga yang kuharap bisa menghangatkan rumah ini ternyata tidak kuasa kulakukan, aku terlalu sendiri. Aku tidak mampu menyalurkan rasa hangat pada rumah besar milik Jung Jaehyun ini. Aku merasa hampir menyerah.
Tiba-tiba suara ketukan di pintu ruang tamu memecah kesunyian. Aku meletakkan lap yang aku gunakan untuk mengelap meja di ruang tamu.
Aku bergegas ke depan. Menemui seorang yang mengetuk pintu di depan.
"Selamat siang!" sapanya setelah pintu terbuka. Dia tersenyum ramah. Pengantar paket itu kemudian menyodorkan kertas. Meminta tanda tanganku kemudian pergi dengan cepat. Aku hanya sempat mengucapkan terimakasih. Kemudian memandangi kotak berbungkus kertas coklat di tanganku.
Tidak ada alamat pengirim. Hanya ada sebuah kertas, alamat rumah ini.
Aku membuka paket itu.
Tidak ada yang istimewa, kupikir.
Hanya beberapa lembar foto.
Beberapa lembar foto yang kemudian mengubah semua warna di dunia menjadi hitam pekat.
Bagiku, tak ada yang lebih menyakitkan daripada menerima sebuah penghianatan.
Haruskan aku akhiri sekarang? Atau aku harus tetap bertahan?
KAMU SEDANG MEMBACA
PARASITE
Fanfiction"Kenapa aku merasa rumah tangga yang kita jalani dari awal dengan penuh kebahagiaan sekarang seolah mulai memudar,"-Ralia. "Aku minta maaf, aku hilaf, aku hanya mencintaimu, jangan pergi,"-Jaehyun "Lupakan dia, aku lebih membutuhkanmu!" - Doyoung