BAB 13

38 10 11
                                    

"Selamat, anda sudah diterima di perusahaan kami." Laki-laki yang baru saja mewawancaraiku menjabat tanganku.

"Terimakasih, Pak." Aku tersenyum.

"Silakan mempersiapkan diri. Besok anda sudah mulai bekerja Bu Ralia." Ia tersenyum hangat. Aku mengangguk.

Rasa lelah setelah beberapa hari menjadi seorang pelamar kerja rasanya terbayar lunas dengan ini. Aku melangkahkan kakiku mantap keluar dari ruang wawancara.

"Aduh!" Suara anak kecil mengaduh setelah tanpa sengaja dia menabrak kakiku. Aku terkejut.

"Hey, kamu enggak apa-apa?" Aku berjongkok menatap anak kecil yang terduduk di lantai. Anak itu mengerucutkan bibirnya. Mata bulatnya sudah berkaca-kaca.

"Maaf, Tante enggak sengaja, Sayang." Aku membantunya berdiri. Membersihkan celananya yang sedikit kotor.

"Maaf ya," Anak laki-laki kecil itu mecebik sudah siap menangis. Kemudian tangisannya pecah, aku kebingungan. Aku hanya berinisiatif memeluknya. Anak siapa ini? Di mana orang tuanya?

"Lucas," Panggilan itu berhasil membuat bocah kecil yang menangis dipelukanku berbalik.

"Papa," rengeknya. Ia kemudian berlari memeluk seorang laki-laki yang ia panggil papa. Aku hanya tersenyum. Menggemaskan.

"Maaf, tadi tidak sengaja saya menabrak anak Bapak." Aku tersenyum. Mendekati anak kecil yang sekarang sudah bergelayut manja dipelukan papanya.

"Enggak, anak saya memang sedikit nakal. Saya yakin tadi dia yang menabrak emm ..." Laki-laki itu mengangkat alisnya.

"Ralia, nama saya Ralia." Aku tersenyum sambil mengelus punggung Lucas. Ya, tadi papanya memanggil si kecil chubby ini dengan sebutan Lucas.

"Oh, maafkan anak saya, Ralia." Dia membungkuk. Sangat sopan.

"Tidak apa-apa, Pak... " giliran aku yang tidak tahu cara menyapa papa Lucas ini.

"Doyoung," sebutnya. Aku terkejut, aku tidak asing dengan nama itu. Dia adalah CEO perusahaan Kim Group, artinya dia atasanku nanti.

"Eh Pak Doyoung. Maaf saya kurang sopan. Saya Ralia, sekertaris baru Bapak." Aku membungkuk. Tidak sopan rasanya aku bersikap begitu sok akrab.

"Tidak apa-apa," ucap Doyoung. Dia tersenyum lalu berlalu setelah mengucapkan permisi padaku. Si kecil Lucas melambaikan tangannya padaku meski air mata dan ingusnya sudah meleber di wajah. Ah, menggemaskan.

Seandainya saja aku memiliki anak, mungkin anakku sudah seusia Lucas, lima tahun atau empat tahun. Lagi-lagi aku merutuki nasibku yang kurang beruntung, gagal menjalani pernikahan, gagal menjadi seorang istri, dan tentu saja, aku tidak memiliki keturunan.

PARASITETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang