BAB 4

49 15 5
                                    

Membayangkan sebuah perceraian dengan Jung Jaehyun. Apa boleh?

Aku mencoba menjernihkan fikiranku. Mungkin sekedar berenang membuatku lebih tenang. Sore itu aku menghabiskan waktu di dalam air.

"Ra!" Jaehyun tiba-tiba datang.

"Jae? Kok sudah pulang?" Aku terkejut.

"Gak tau. Kangen kamu." Dia tersenyum manis. Aku serius! Melawan pesonamu. Hatiku kalah telak, Jung Jaehyun.

"Tumben banget?" Aku heran. Lebih heran lagi ketika dia membuka kancing kemejanya satu-persatu. Jangan bilang Jaehyun...

Byur!!

Benar dugaanku.

Jaehyun menceburkan dirinya ke dalam kolam. Berenang menghampiriku.

"Sudah lama kita gak berenang bareng," katanya. Senyumannya tak pernah berubah. Selalu tampan dengan lesung pipit yang tercetak jelas mengikuti senyumnya.

"Kamu pulang siang?" tanyaku.

"Gak boleh?"

"Ya boleh."

"Happy anniversary, Sayang!" Jaehyun mengeluarkan cincin dari genggamannya. "Maaf aku terlambat. Terlambat banget. Dan bahkan aku melakukan banyak kesalahan. Aku tau aku bukan suami yang baik buat kamu. Tapi aku masih terus berusaha, Ra."

Ya, lima tahun, Jung Jaehyun. Bahkan sekarang pernikahan kita menginjak usia keenam. Dan kamu masih terus berusaha.

Aku tersenyum. Membiarkan Jaehyun memasang cincin itu di jari manisku. "Terimakasih, Jae!"

"Aku kangen kamu!" Jaehyun memelukku.

"Jaehyun!" Aku menggeliat.

"Apa?" Dia malah tertawa.

"Minggir!"

"Gak!"

"ASTAGHFIRULLAH, JAEHYUN!" Tangan-tangan nakal Jung Jaehyun mulai beraksi.

✤✾✤

"Rumah kita terlalu sepi, seandainya ada suara tangisan bayi setiap hari." Jaehyun masih memelukku erat. Aku mengangguk.

"Bukan cuma kamu. Aku juga mau. Tapi aku gak tau kenapa Tuhan belum ngasih kita keturunan. Apa ini penyebab kamu selalu ngejauhin aku, Jaehyun?"

Jaehyun terdiam cukup lama.

"Aku fikir, aku yang gak bisa kasih kamu keturunan, Ra." Jaehyun terdengar sendu.

"Kita bisa memperbaiki semuanya, Jae. Selama ini kita belum berusaha maksimal. Kamu selalu pulang larut, bahkan setiap ada waktu bersama. Kita cuma ngabisin waktu kita buat ribut." Aku menepuk-nepuk bahu Jaehyun.

"Maaf." Bisiknya.

"Jangan minta maaf terus, Jae. Jangan bikin janji terus kalo kamu gak bisa nepatin. Kasih aku bukti. Bukan cuma omongan."

"I will."

"Boleh aku minta satu hal?"

"Apa?"

"Pulang ke rumah sebelum jam 8 malem, Jae. Bisa?" Jaehyun hanya mengangguk. Menarik selimut, memelukku lebih erat.

"Jae?" Panggilku.

"Hem?" Jaehyun menjawab dengan suara seraknya.

"Kalo suatu saat aku capek. Dan aku mau pergi-"

"Ssttt!" Jaehyun memotong ucapanku langsung, "Jangan ngomong gitu. Sampe kapanpun kamu bakal terus di samping aku. Aku gak perduli apapun. Kamu gak boleh pergi."

"Jadi, please, Jae. Tinggalin kebiasaan buruk kamu." Jaehyun melonggarkan pelukannya.

"Aku bakal berusaha. Kamu jangan pergi, please! I love you." Jaehyun mengecup pucuk kepalaku. Hembusan nafasnya hangat menyentuh rambutku.

Dengkuran halus mulai terdengar dari Jaehyun. Kutatap lekat wajah lelahnya. Aku rindu memandangi Jaehyun dari sedekat ini.

Malam yang temaram, bolehkah aku meminta satu hal? Tolong perlambat waktumu menjemput sang mentari. Aku masih ingin memeluk hangatnya rembulan dalam rengkuhan lelakiku.

Jangan terlalu cepat berlalu. Untuk malam ini saja, tinggallah lebih lama. Aku sedang menawar. Meminta. Memohon. Kali ini, tolong restui aku.

Kamar Jung Jaehyun, 9 Januari 2021

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kamar Jung Jaehyun, 9 Januari 2021

PARASITETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang