BAB 6

47 13 7
                                    

Aku duduk bersandar, memijat keningku yang terasa pusing.

"Gak mau coba pulang ke rumah mamah?" Kak Johnny menyodorkan sebotol air padaku.

"Aku gak mau mamah tau kalo aku berantem lagi sama Jaehyun, kak. Aku mau di sini aja." Kemudian aku meneguk air mineral darinya.

"Kakak juga gak tau kenapa Jaehyun jadi kayak gitu."

"Jangan ngomongin dia lagi, kak. Aku pengen istirahat."

"Dia tau kamu ke sini?"

"Gak! Aku pergi setelah dia pergi ke kantornya. Jangan bilang Jaehyun kalo aku ke sini. Aku cuma mau Jaehyun mikir, Kak. Aku mau Jaehyun ngerasain gimana kalo gak ada aku di rumah itu. Aku mau tau dia butuh aku apa enggak."

"Gak mau cerai aja sama dia?"

"Kak?" Aku melotot.

"Oke," Johnny mengangkat kedua tangannya kemudian beranjak dari duduknya.

"Mau kemana?"

"Rahasia!"

Iya, kenapa aku tidak cerai saja? Haha! Tidak semudah itu. Parakteknya tidak semudah teori. Orang boleh saja mengatakan: tinggalin aja, ngapain bertahan dengan orang kayak gitu. Makan hati.

Tapi apa orang merasakan apa yang aku rasakan. Aku terlalu mencintai Jaehyun. Menerima semua kelakuan buruknya. Memaafkan semua kesalahannya. Bertahan dalam kesendirian. Itu semua aku lakukan tulus dari hatiku.

Dering ponsel memacah lamunanku. Jaehyun, itu Jaehyun yang sedang menelpon. Aku hanya memandangi layar ponselku. Membiarkan sambungan terputus sendiri.

Jaehyun, apa kau mencariku?

Satu pesan masuk. Itu pasti dari Jaehyun. Aku tidak perduli.

Aku meninggalkan ponselku. Beranjak dari tempat duduk menuju kamar Kak Johnny. Aku ingin tidur saja kali ini.

Aku membuka kamar Kak Johnny. Sama sekali tidak ada yang berubah dengan terakhir kali aku kemari. Tetap dengan nuansa gelap yang sangat maskulin.

Untungnya kak Johnny belum menikah. Ada untungnya, ya, aku bisa keluar masuk kamar kakakku tanpa sungkan.

Aku merebahkan diriku di kasur. Menarik selimut Kak Johnny yang terasa sangat lembut menenangkan. Aroma parfumnya sangat melekat. Aku suka. Seperti milik Jaehyun.

Jaehyun lagi. Padahal aku berniat kabur dari Jaehyun. Ternyata hanya ragaku yang menjauh dari raganya. Hatiku, fikiranku, sepertinya masih melekat erat pada sosok Jung Jaehyun.

Aku mencoba memejamkan mata. Menarik nafasku panjang.

Belum juga aku terlelap. Kak Johnny datang melompat padaku. Aku terkejut.

"RA! JAEHYUN KECELAKAAN!"

Sedetik,

Dua detik,

Tiga detik,

Aku masih terdiam. Apa? Apa kata kak Johnny?

"Ra! Ayok cepetan!" Johnny menarik kesadaranku.

Aku melompat turun. Fikiranku hanya Jaehyun, Jaehyun, dan Jaehyun. Bagaimana keadaan Jaehyun sekarang?

Tidak perduli aku bertelanjang kaki. Aku berlarian di lorong rumah sakit. Johnny tampak kesulitan mengejarku.

"RALIA! BERENTI!" teriaknya. Aku berhenti. Nafasku tersengal, fikiranku linglung. Aku tidak tau harus ke mana? Jaehyun di mana?

"Ra?" Johnny memelukku.

"Sabar. Tenang. Jaehyun baik-baik aja. Sini!" Johnny menggandeng tanganku. Nafasku tersengal.

Air mataku sudah tidak terbendung membasahi pipi. Aku berjalan pelan. Pandanganku memburam karena air mata.

PARASITETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang