BAB 5

47 15 5
                                    

Senja yang melengkung di sebelah barat.
Meninggalkan cakrawala di sebelah timur.

Tidak apa-apa.
Tidak harus bertemu untuk saling memiliki.
Melihat dari jauhpun bukannya lebih cantik?

✿✿✿

Aku terlalu lelah untuk sekedar merutuki Jaehyun kali ini. Dia datang dengan keadaan berantakan. Bau alkohol menyengat menguar memenuhi ruangan kamar ini.

Jaehyun terus meracau mengungkapkan hal-hal yang tidak penting. Sementara aku susah payah mengganti semua pakaiannya.

Sebenarnya bisa aja aku meninggalkan Jaehyun di teras rumah. Tapi aku tidak tega. Benar-benar aku diperbudak cinta Jung Jaehyun.

Aku termenung memandangi Jaehyun yang terlelap. Kau kumat lagi, Jaehyun.

Apa salahku kali ini?

Malam itu aku meninggalkan Jaehyun sendirian. Aku memilih tidur terpisah dari Jaehyun.

Dan pagi ini aku terbangun, masih dengan segala rasa kesal yang memenuhi rongga dada. Apa ini saatnya aku berhenti?

Air mataku menetes perlahan. Memikirkan bagaimana hanya aku yang berjuang dan bertahan sendirian, kenapa terasa sangat berat dan menyiksa.

"Kamu kenapa?" Jaehyun tiba-tiba datang dan berjongkok menyetarakan pandangannya padaku.

"Coba sini liat aku!" Jaehyun menangkup pipiku. Aku terpaksa mendongak tapi pandangan mataku tetap sayu.

"Aku salah lagi, ya?" Jaehyun memeluk. Mengusap punggungku lembut. Aku tetap diam. Menghela napas panjang yang terasa berat berharap itu bisa mengeluarkan rasa sesak di dadaku.

"Maafin aku!" Jaehyun menumpuk dagunya di kepalaku. Aku hanya mengusak wajahku di dadanya yang sekarang bagiku ini adalah tempat paling kubenci sekaligus kurindukan. Aku memeluknya. Meremas tanganku. Rasanya sudah tidak ada yang sanggup keluar dari mulutku yang tertutup rapat ini. Kepalaku berdenyut. Aku mencoba mengatur tempo nafasku. Sesekali aku terisak lirih. Aku memejamkan mataku erat. Mencoba mengosongkan isi hati dan fikiran yang terus berkecamuk seolah telah siap meruntuhkan duniaku.

Aku bagai layangan yang ditarik ulur. Diterbangkan dengan angin lalu dihempas karena tersambar ratusan volt petir.

"Sampai kapan kamu gini?"

"Maafin aku!" Jaehyun berjongkok di hadapanku. Tangannya meremas tanganku.

"Aku mau pulang, Jae."

"Tapi ini rumah kamu."

"Aku gak pernah hadir di rumah ini dari awal. Aku gak dianggap di rumah ini. Aku cuma pembantu kamu. Aku cuma masak, cuma bersih-bersih. Aku bukan seorang istri di rumah ini. Aku bukan seorang nyonya Jung. Aku bukan siapa-siapa bagi kamu."

"Gak gitu, Ra."

"Jangan tahan aku, Jaehyun. Kali ini aku mau pulang." Aku berdiri. Menghempas Jaehyun yang kemudian mengekoriku.

"Jangan gitu, Ra!" Jaehyun meraih pergelangan tanganku. "Jangan pergi! Ini rumah kamu!"

"Aku capek, Jung Jaehyun!"

"Tolong fikirin aku, Ra. Aku bisa apa tanpa kamu?"

"Kamu bisa segalanya, Jaehyun. Kamu lebih bebas melakukan apapun tanpa ada aku di sini." Aku melangkah meninggalkan Jaehyun. Dia tidak berusaha mengejarku lagi.

PARASITETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang