Lucas tertidur sambil memelukku. Tampaknya bocah kecil ini kelelahan akibat kegiatannya yang sangat aktif. Bukan hanya Lucas, sebetulnya kakiku terasa pegal karena mengikuti Lucas, anak ini tidak mau diam dan berlarian kesana-kemari.
Aku mulai mengantuk.
Aku menatap Doyoung yang mengemudi dengan tenang di sebelahku.
"Ingin tidur?" tanya Doyoung. Apa dia sadar aku memperhatikannya?
"Iya," jawabku.
"Tidur saja."
"Enggak, Pak." Aku menolak. Bukan apa-apa. Rasanya malu dan juga tidak sopan.
Aku kembali menatap jalan. Memperhatikan banyaknya kendaraan yang berlalu-lalang di tengah gelapnya malam.
Mataku rasanya semakin berat. Ah, aku sudah tidak sanggup menahan rasa kantukku. Tidak apa-apa. Hanya sebentar. Nanti aku akan bangun ketika sudah sampai.
Aku memejamkan mataku. Memeluk Lucas lebih erat sebelum aku benar-benar jatuh ke dalam tidurku.
Rasanya nyenyak sekali, dan nyaman.
"Astaga!" Aku terbangun. Alangkah terkejutnya aku, aku ada di sebuah kamar dengan wallpaper dinding doraemon.
"Hemmm," rengekan itu membuatku harus menutup mulut. Kembali terkejut karena Lucas tidur di sebelahku sambil memeluk guling kecilnya.
"Gimana bisa aku ada di sini?"
"Jangan-jangan?" Aku sendiri tidak sanggup melanjutkan. Apa iya Pak Doyoung?
"Enggak! Enggak!" Aku tertawa sendiri. Kembali mengamati kamar Lucas.
"Kau sudah bangun?"
"Astaga!" Aku terkejut mendengar suara Doyoung yang tiba-tiba datang.
"Sstttt!" Dia meletakkan jari telunjuk di depan bibirnya. "Nanti Lucas bangun."
Aku turun dari tempat tidur Lucas dengan hati-hati. Takutnya anak itu terbangun.
"Maaf, Pak. Saya ketiduran." Sungguh aku tidak mau bertanya bagaimana caranya aku bisa ada di kamar ini.
"Ayo makan dulu, aku sudah masak." Doyoung langsung ke luar kamar. Membiarkan aku merapikan diriku sebelum mengikuti langkah kakinya.
"Pak, maaf. Saya jadi enggak enak." Aku begitu sungkan. Sudah numpang tidur, bangun-bangun langsung makan. Bukankah aku sangat tidak tahu diri?
"Tidak masalah. Makan lah dulu. Baru nanti ku antar pulang."
"Jangan, Pak. Nanti Lucas enggak ada yang jagain." Doyoung terdiam mendengar jawabanku.
"Kalau begitu makan dulu," ajaknya.
Jam sudah menunjukkan pukul sembilan malam. Nampaknya aku terlalu lama tidur. Apa-apaan ini Ralia!
Makanan yang dibuat Doyoung cukup enak, jika tidak malu, rasanya aku ingin menambah dua porsi lagi.
Selesai makan aku berinisiatif membereskan meja makan. Mencuci piring kemudian.
"Ini siapa, Pak?" Aku menatap sebuah figura dengan potret seorang wanita cantik yang tergantung di ruang tengah.
"Itu Ibunya Lucas."
Senyuman teduh dengan sorot mata yang sendu. Membuat pemilik rambut ikal itu terlihat sangat anggun dengan gaun coklat yang membungkus kulit putihnya.
"Cantik sekali," gumamku.
"Lucas pasti sangat merindukan ibunya," tambahku.
Doyoung hanya mengangguk. Aku tahu, bukan hanya Lucas, tapi juga Doyoung pasti sangat merindukan sosok cantik itu.
Mata Doyoung berkaca-kaca saat jemarinya mengelus figura itu. "Dia wanita yang baik, Lia."
Aku tersenyum.
"Tentu, Pak. Ibu Lucas adalah wanita luar biasa yang telah melahirkan anak baik seperti Lucas ke dunia ini," tuturku. Aku tidak tahu harus mengatakan apa, aku hanya ingin menghibur Doyoung sekarang. Salahku juga bertanya siapa wanita dalam figura ini.
"Maaf, Pak. Saya enggak bermaksud."
"Enggak apa-apa." Doyoung tersenyum kemudian.
KAMU SEDANG MEMBACA
PARASITE
Fanfiction"Kenapa aku merasa rumah tangga yang kita jalani dari awal dengan penuh kebahagiaan sekarang seolah mulai memudar,"-Ralia. "Aku minta maaf, aku hilaf, aku hanya mencintaimu, jangan pergi,"-Jaehyun "Lupakan dia, aku lebih membutuhkanmu!" - Doyoung