Part 2 : Disaster?!? No, it's Doomsday!!!

2.3K 97 11
                                    

- Jullian -

Aku menginjak rem mobil terburu-buru. Akibat tidak konsentrasi, aku hampir saja menabrak truk didepanku. Nafasku ngos-ngosan mengikuti jantungku yang hampir meledak karena terkejut dan ketakutan. Ya ampun, aku hampir meregang nyawa karena melamun!

Pikiranku masih semrawut. Telepon yang kuterima tiga hari yang lalu sukses membuatku seperti orang gila. Aku kehilangan konsentrasiku, melamun hampir disetiap aku mencoba fokus. Alhasil, semua pekerjaanku kacau balau. Bahkan aku harus membujuk beberapa klien penting akibat kebodohanku itu. Dan sekarang, aku hampir menyeruduk pantat truk karena menyetir sambil melamun lagi. Sial!!

Smartphone ku berdering, menyelamatkan kesadaranku yang hampir hilang lagi. Kulirik nama sekretarisku dilayar. Aku tersenyum miring. Pasti soal klien yang ngambek lagi.

"Mr. Xavier, jam berapa anda kembali?" nada suaranya terdengar ketakutan. Ada apa?

"Aku sudah diperjalanan kembali Del, mungkin 15 menit atau kurang aku akan tiba. Ada apa? Kau terdengar seperti orang ketakutan?"

Lama dia tidak bersuara. Tiba-tiba aku merasa was-was, apa yang terjadi? Sedetik kemudian kudengar deheman dari seseorang, suara lelaki. Dan telingaku mendengar suara Delia yang bergetar.

"A..ada seseorang yang menunggu anda, sebaiknya anda cepat kembali." telepon ditutup begitu saja. Aku mengernyit.

Delia, sekretarisku memang sangat pendiam. Selain pendiam, sifat juteknya membuat banyak karyawan tidak menyukainya. Bila ada tamu yang tidak dikenalnya mencariku, apalagi saat aku tidak ada, dia langsung memasang sikap juteknya hingga para klien pun takut olehnya. Tapi, kenapa dia bisa sebegitu ketakutan? Dan siapa pula 'tamu' yang dia maksud? Apa jangan-jangan...?

Aku menekan kecepatan mobilku, ada yang tidak beres. Aku harus kembali ke kantor secepatnya. Dan untuk pertama kalinya, pikiranku bisa fokus setelah seminggu hampir melayang tidak menentu. Bahkan kini aku juga tidak peduli lagi pada caraku mengemudi. Firasatku mengatakan 'tamu' ini adalah orang yang sangat penting. Orang yang menyebabkan semua kekacauanku selama 3 hari ini. Aku makin kesetanan melajukan mobilku.

==================================================

Aku menyandarkan tubuhku ke jok mobil. Rasanya penat sekali. Kepalaku sudah tidak sanggup berpikir, andai bisa dicopot akan kucopot dan kubawa ke dokter. Ahhh,,, hidupku rumit sekali...

Flashback.....

Tadi siang, setelah Delia meneleponku aku langsung tancap gas. Ketika tiba dilantai ruanganku, aku sedikit tertegun. Persis seperti dugaanku. Aku berjalan cepat menuju ruanganku. Sepintas aku melihat Delia yang duduk ketakutan dengan wajah pucat, didekatnya berdiri enam orang lelaki berbadan tegap besar, sangar dengan otot-otot mereka yang keras. Aku melirik sedih kearah Delia, dia pasti ketakutan diapit para bodyguard itu, batinku.

Salah seorang bodyguard itu membuka pintu kearah ruanganku. Aku masuk. Mataku menyapu seisi ruang kerja. Di bar dekat sofa ruanganku, sosok itu berdiri gagah memandangku. Tangannya menggenggam segelas whisky, dan dengan tenang menatapku tajam. Bulu kudukku meremang, benar-benar terasa terintimidasi didekat lelaki ini.

"Duduklah, aku kemari ingin bicara." ujarnya sambil duduk di sofa. Aku mengikuti pasrah.

Douglas Calvin Leonard. Raja bisnis paling disegani se-Eropa. Kemahiran tangan dinginnya dalam mengelola perusahaan tambang minyak membuat usahanya sukses mendulang pundi-pundi emas, hingga membuat namanya masuk dalam 10 orang terkaya didunia. Usianya hampir 70 tahun, namun wibawa dan kharismanya tak pernah padam disurut usia. Bahkan melihatnya saja, orang-orang masih berpikir bahwa usianya mungkin baru kepala lima.

"Bagaimana kabar anda?"aku mencoba berbasa-basi, menghindari kegugupanku dibawah hujaman matanya yang tegas.

"Tidak buruk." ujarnya sambil menyesap whisky nya.

"Bagaimana perusahaan ini? Ada kendala?" tangannya meletakkan gelas whisky yang setengah kosong keatas meja. Kemudian mengambil posisi duduk didepanku.

"Se.,semuanya aman terkendali, Sir. Tidak ada masalah." aku menundukkan kepalaku, sekarang pelipisku basah oleh keringat walaupun ruangannya sangat dingin. Aku benar-benar gugup dan takut.

"Bagus, kau memang bisa diandalkan. Sekarang, aku akan ke poin pembicaraan." Deg! Jantungku berdebar keras, ini saatnya.

"Kau pasti sudah mendengar isi surat wasiat itu dari Rufus. Nah, bagaimana pendapatmu? Kau siap menikah dengan tuan putri Leonard?"

Ya Tuhan, aku harus jawab apa? Aku belum ingin menikah, apalagi dengan anak kecil yang masih SMA! Aku bahkan tidak mengenal anak itu! Bagaimana ini?!?

"Ehemm...!!!"

Kakek berdehem keras, membuatku melonjak kaget. Matanya memicing, nampak tak sabar. Aku rasa aku akan kalah. Aku menelan ludah dengan susah payah agar mampu membuka mulutku.

"Kek, terus terang, aku tidak siap. Lagipula, aku tidak mencintai gadis itu. Bahkan tidak mengenalnya sama sekali. Bagaimana kami akan menikah? Kurasa dia juga akan menolak Kek, aku tidak siap untuk menikah."

Rahangnya mengeras, matanya tampak membara. Ah, aku akan mati! Bodohnya aku melawan pak tua yang galak ini! Darahku serasa berhenti mengalir melihat wajahnya yang nampak murka. Aku menunduk pasrah. Bahkan lelaki sekeras aku pun akan takut pada kemarahan Kakekku sendiri.

"Kau beruntung." Kakek tersenyum tipis memandangku. Apa aku tidak jadi dibunuh?

"Princess Leonard akan berlibur disini selama beberapa hari. Kau akan menggunakan masa-masa itu untuk pendekatan dengannya. Selama itu, aku akan mempersiapkan pesta pernikahan megah untuk para cucu-cucuku." Kakek tersenyum puas. Aku menunduk lemas.

"Batalkan semua jadwalmu. Jemput dia besok dibandara. Tugasmu sekarang adalah menemaninya selama disini. Dan mulai besok, kau cuti dan aku akan mengambil alih pekerjaanmu. Paham?" nada bicara Kakek sangat tak terbantahkan. Aku mengangguk pasrah.

"Sekarang pulanglah, istirahat dan persiapkan dirimu."

Aku bangkit, membungkuk sopan pada Kakek dan berjalan lesu menuju pintu. Ini lebih buruk daripada kiamat..

"Jullian..."

Aku berhenti ketika tanganku meraih gagang pintu. Kubalik kepalaku menoleh pada Kakek. Beliau tersenyum lembut padaku.

"Namanya Alesia. Semoga kau bisa menyukainya." suara Kakek menggema seperti sangkakala ditelingaku.

Masa sekarang....

Aku membuka pintu mobil, masuk kerumah dengan langkah gontai. Kulepaskan pakaianku dikamar. Aku butuh mandi air hangat untuk menjernihkan otakku.

Dibawah guyuran shower, aku kembali terngiang akan percakapanku dengan Kakek. Inilah alasan aku tidak bisa konsentrasi selama tiga hari belakangan. Kakek memaksaku menikah dengan cucu kandungnya yang masih dibawah umur. Aku pasti dianggap pedofil setelah ini!

Apa yang harus kulakukan besok? Yah, aku tidak punya pilihan lain. Tiba-tiba sekelebat pikiran jahat muncul dibenakku. Mungkin, selama dia ada disini beberapa hari, aku bisa membuat gadis itu berubah pikiran. Bila aku berkelakuan buruk, gadis itu pasti akan menolak menikahiku.

Dan sambil menikmati mandiku, aku menyusun rencana untuk besok....


==================================================================

So sorry baru bisa apdet,
Lagi UAS nih soalnya, hehe..

Makasih buat yang udah baca, semoga bisa suka ya....

Like dan komment nya boleh dong dikit,
Biar bisa nambah semangat nulis, hehehe...

So sorry kalo ada typo, maklum masih newbie dan ngetiknya pake andro....

Happy reading, muachhh... :*
#kecupbasah

The EngagementTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang