Part 17 : A Piece Of Memories

721 51 2
                                    

- Alesia's POV -

Aku melangkah pelan kembali ke kamarku. Apa yang terjadi diantara mereka berdua? Mengapa aku merasa ada sesuatu yang disembunyikan oleh kedua pria itu...?

Aku menutup pintu kamarku dan menguncinya. Sejak kejadian make out diruangan Jullian 1 minggu yang lalu, aku nyaris tidak pernah berdekatan lagi dengan lelaki itu. Aku dengan segera menjauhkan diriku darinya, dan hanya mendekatinya ketika aku punya urusan mendadak.

Bukan tanpa alasan, tapi aku masih sedikit takut berhadapan dengannya. Takut dia akan menciumku lagi, dan takut bila hal itu terjadi lagi, aku tidak bisa menahan diriku untuk tidak terlena pada pesonanya.

Ya ampun... Lelaki itu sangat misterius. Dia pendiam, galak, sangat kaku ketika dikantor, dan suka mengintimidasi dengan tatapan matanya. Dan bila sifat bossy-nya sudah muncul, dia bisa jadi menyeramkan.

Aku merebahkan diri diranjang empukku. Bergelung dalam selimutku, menikmati kehangatan dan kenyamanan yang melingkupi. Hingga akhirnya aku merasa terlalu mengantuk, aku pun menyerah dan memejamkan mata.

***

Apakah ini mimpi?

Aku merasa hangat di punggungku, seperti merasakan pelukan seseorang. Aroma dari cologne dan keringat bercampur menjadi wangi seksi yang maskulin menguar disekitarku. Aroma ini sangat familiar. Wangi yang selalu sukses membuatku terpesona pada si empunya tubuh. Ah.. Ini pasti mimpi. Mungkin aku terlalu banyak memikirkannya sebelum tidur.

Aku merasakan sentuhan-sentuhan lembut dileher dan pundakku. Ringan dan menjalar dari bahu sampai tengkukku, dan rasanya sangat menggelikan. Aku menggeliat, merasakan ada tangan kekar yang melingkari perutku. Mengapa rasanya sangat nyata..?

Aku kemudian membalik tubuhku, lantas berhadapan dengan sosok lelaki berparas tampan. Ah.. Malaikat macam apa yang menghampiri mimpiku? Mata coklat hazel yang dalam, menatapku seolah ingin melahapku hidup-hidup. Oh, aku pernah ditatap seperti itu. Tatapan itu mengingatkanku pada...

"JULLIAN...!!! Ya Tuhan, apa yang kau lakukan dikamarku?!?"

Aku membuka mataku lebar-lebar, menyadari bahwa aku tak lagi bermimpi. Aku bangkit dan terduduk. Kucubit pahaku dengan tak percaya, ini sungguh bukan mimpi! Mataku nyalang menatap sosok atletis yang sedang berbaring miring menghadapku. Ini sih bukan malaikat, tapi iblis!!!

"Aku tak bisa tidur. Biarkan aku tidur disini."

What the hell...??

"Kau sudah gila ya? Bagaimana caramu masuk ke kamarku? Aku ingat sudah mengunci pintu dan..."

Mataku menatap horror pada pintu balkon yang sedikit renggang. Ah ya, aku lupa bagian yang itu! Dia pasti melompat dari balkon kamarnya kemari. Dasar brengsek cerdas!

"Jullian, kau tau apa yang kau lakukan sekarang? Kalau Sean tau, dia akan mengadukan ini pada kakek."

"Jangan khawatirkan dia. Anak itu tidak akan mengatakan apapun pada kakekmu."

Jullian berbaring telentang, matanya tertutup dengan sebelah lengan diatas kepalanya. Ekspresinya nampak letih.

"Aku sedang banyak pikiran Alesia, aku ingin sesuatu untuk mengalihkan pikiranku. Dan satu-satunya yang selalu sukses mengalihkan pikiranku hanya kau."

Aku merasakan pipiku merona mendengar kalimatnya barusan. Apa dia sedang berusaha menggodaku?

"Lagipula banyak hal yang ingin kutanyakan padamu. Selama seminggu ini kau terus menghindar dariku. Malam ini jangan menghindar lagi. Kemarilah."

The EngagementTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang