- Alesia POV -
Flashback...
Kakek menyeret Jullian, menarik kerah bajunya dan menghantamkan pukulan demi pukulan ke wajah Jullian dengan berang. Satu-satunya yang bisa kulakukan hanya menyaksikan adegan itu dengan perasaan bingung.
"Sekarang jelaskan apa yang tadi kau lakukan pada Alesia!!"
Kakek menatap garang padaku dan Jullian bergantian. Tatapan kemarahan yang paling kutakuti, persis seperti tatapan murka Papa saat dulu aku membantah tiap ucapannya.
"Maafkan aku Kek." Jullian berbicara lirih, sudut bibirnya pecah akibat tinju maut Kakek barusan.
Kakek melirikku, pandangan matanya menyelidik memintai kejujuran. Itu adalah tatapan paling mengintimidasi yang pernah kutau, dan aku benci ditatap seperti itu.
"Bisa ceritakan padaku apa yang tadi kulihat, Alesia?" Kakek memandang lurus padaku, tapi yang ditatap justru malah menunduk dalam.
"A... Ak... Akkuuu..." Lidahku mendadak kelu. Aku bahkan tak tau harus berkata apa. Apa yang harus kujelaskan? Aku bahkan tak tau tadi dimulai darimana.
Kakek menggeram. Kemarahan yang sepertinya tidak bisa ditahannya lagi. Aku hanya menunduk pasrah.
"Aku benar-benar tidak mengerti apa yang terjadi diantara kalian. Tapi yang jelas, kau, Jullian, akan dihukum karena telah berlaku lancang pada Alesia." Kakek menggulung lengan bajunya, berjalan santai kearah pintu keluar.
"Akan kupikirkan bagaimana cara menghukummu nanti ketika aku kembali."
Bunyi pintu berdebam mengiringi kepergian Kakek. Aku memandangi Jullian yang masih mematung. Perlahan Jullian pun bergegas meninggalkanku.
"Jullian, aku..." Aku menghentikan ucapanku, tapi Jullian tak berusaha menghentikan langkahnya. Dia meninggalkanku tanpa menoleh ataupun menyahut.
Dia pasti marah padaku...
***
Aku sudah mengganti pakaianku. Setelah makan malam dengan Jullian, perasaanku sepertinya membaik. Aku tau, setidaknya aku salah menilai Jullian diawal. Dia bukan tipe lelaki playboy seperti yang aku pikirkan. Dia bahkan menyesali sudah menciumku dengan membabi buta tadi sore.
Mengingat tadi sore, mengingat ciuman itu...
Kepalaku masih dipenuhi memori ketika Jullian menyatukan bibirnya ke bibirku dengan lembut. Aroma nafasnya bahkan masih bisa kuingat. Bibirnya yang tegas menyapu setiap inchi dipermukaan bibirku. Dan lidahnya yang basah dan hangat mencecap dengan rakus, seolah ciuman itu adalah hal terakhir dalam hidupnya.
Ya ampun...!! Dicium olehnya saja bisa membuat tubuhku meleleh seperti ini! Tidak Alesia, sadarlah!!!! Hentikan pikiran kotor itu dari kepalamu!!
Aku merebahkan tubuhku diranjang. Kamar Jullian ada disebelah kan? Kira-kira apa yang dilakukannya ya? Apa dia sudah tidur?
Aku bergegas keluar menuju balkon. Udara malam bisa membantu menyegarkan otakku yang masih dipenuhi pikiran kotor akan betapa seksi dan maskulinnya the guy next room. Aku menghela nafas panjang berulang kali, berusaha melupakan kejadian tadi yang masih di-auto replay otak mesumku ini.
"Masih belum bisa tidur ya?"
Oh shit...!!!
Kenapa yang sedang dipikirkan malah muncul? Dasar sial!!
Aku memalingkan kepalaku kesumber suara yang baru saja menegurku. Berusaha agar wajahku tetap terlihat senormal mungkin.
Oh fuckingly shit...!!!
Disana, dibalkon yang ada di seberang kiri kamarku, bisa kulihat lelaki itu berdiri memandangku sambil tersenyum. Dibawah sinar bulan yang terang, bisa kulihat dengan jelas betapa tampannya dia. Tapi bukan itu yang kuperhatikan.
Dia berdiri disana, hanya mengenakan celana boxer. Dia bertelanjang dada!! Tubuh bidangnya yang kupikirkan semenjak tadi sore, kini dengan jelas memampangkan dirinya. Otot-otot keras menonjol didada, bahu, lengan dan ohhh, perutnya eight-pack?!? Tuhan benar-benar menciptakan lelaki ini dengan penuh cinta. He's incredibly sexy!
"Alesia, kau baik-baik saja??"
Aku tersadar, bodohnya aku yang malah menikmati keseksian tubuhnya.
"Ah, ii-iya, aku belum bisa tidur. Masih kepikiran soal Kakek tadi."
Dengan cepat kupalingkan kepalaku. Berharap bahwa aku bisa cepat pergi dari sini. Jullian punya pengaruh buruk untuk kewarasanku!
"Jangan pikirkan soal Kakek. Aku tidak ingin membuatmu sakit kepala karena memikirkannya." Jullian mengakhiri kalimatnya dengan senyuman, kadar kemanisannya bisa menimbulkan diabetes kalau untuk orang biasa.
Aku bahkan lupa entah sejak kapan kepalaku memutar dan menatap matanya. Dia pria dewasa yang baik, harusnya dia tidak terjerumus pada pernikahan konyol ini. Dia pasti meninggalkan pacarnya karena aku. Aku menyesali surat wasiat itu sekarang.
"Hey, aku masuk duluan ya. Jangan berlama-lama diluar. Udara malam bisa membuatmu masuk angin. Apalagi kau hanya mengenakan Lingerie setipis itu..."
Ada nada geli diakhir kalimatnya. Eh tunggu, dia bilang apa?!? Lingerie...?!!
Aku melihat pakaian yang kukenakan. Ohh shit...!!!
Ini memang lingerie, hadiah gila dari sahabatku Indah pada Valentine tahun lalu, rencananya pakaian ini akan kukembalikan ke dia besok. Pasti aku melamun hingga memakai pakaian ini tanpa berpikir. Ya Tuhan, aku baru saja mempermalukan diriku sendiri!!
Aku berlari masuk kekamar, menutup balkon kemudian menerjang lemari. Kuganti secepatnya pakaian sialan ini dengan baju tidur satin. Dengan cepat kuhempaskan tubuhku diranjang dan menarik selimut hingga kepala. Aku berharap hari ini tidak pernah ada!!
===============================================================================
Hai hai hai, update so late... #jrengjreng
Mohon maaf lahir bathin ya semuanya, maaf baru bisa ngucapinnya sekarang, heuheu... *sungkem readers satu2*
Sedikit pemberitahuan, mungkin aku gak bakal update sering, soalnya aku kan kerja plus kuliah, jadi waktu sibuknya lebih banyak,
So buat yang pastinya nunggu apdet cepet ataupun yang pernah aku janjiin apdet cepet, mohon maaf lahir bathin kalo aku gak bisa memenuhi janji aku ya teman2...Jangan khawatir, aku bakal bales tiap komen kok, suerr deh,
Karena tiap vote dan komen yang masuk adalah bentuk perhatian readers, penyemangatnya aku, jadi pasti bakal aku bales sesegera mungkin :)Makasih banyak buat yang udah masukin cerita gaje ini ke reading list,
Makasih banyak juga buat yang selalu ngevote dan komen,
Cerita ini emang bener2 aku tulis buat kalian :') *peluk jauh satu2*As a promise, di mulmed ada Jullian yang disgustingly hott ya, #mimisan
KAMU SEDANG MEMBACA
The Engagement
RomancePernikahan harusnya menjadi hal yang sakral dan penuh cinta, tapi tidak bila pernikahan itu atas dasar perjodohan. Dan lebih gila lagi, bila harus dijodohkan dengan saudara angkat yang tidak pernah dikenal sebelumnya. Akankah pernikahan itu bisa mem...