Part 16 : First Truth

876 45 3
                                    

- Jullian's POV -

Alesia buru-buru mengancingkan kemejanya, lantas kabur dari ruanganku secepat kilat. Aku terduduk diatas sofa dengan lemas, merasa kesal dan marah karena interupsi yang dibuat bodyguard baru Alesia ini. Lelaki itu lantas menutup pintu, dan menapakkan kakinya ke seberang sofa didepanku. Matanya terus menatapku lekat, sementara aku sibuk mengancing kemejaku dan memakai dasi.

"Jadi, bisa jelaskan apa yang barusan kau lakukan pada gadis itu?"

Aku selesai mengikat dasiku dengan rapi. Kemejaku nampak sedikit kusut, namun aku tidak menghiraukannya. Kutatap lelaki didepanku ini, sorot matanya nampak kesal dan penasaran. Aku menarik nafas panjang dan menghelanya dengan keras. Tidak mudah menjawab pertanyaannya dengan tubuh panas dan kepala yang masih berputar-putar begini.

"Bisakah kau izinkan aku ke toilet dulu? Kau baru saja mengganggu acara 'make out with your secretary'-ku. Aku butuh cuci muka dengan air dingin."

Aku bangkit dan keluar dari ruanganku. Alesia tidak ada dimejanya. Ketika aku akan masuk ke toilet, Alesia keluar dan terkejut. Rona merah menjalari wajahnya. Ah, dia pasti masih terkenang kejadian beberapa menit lalu. Aku mendekat, memerangkapnya di pintu toilet. Kutempelkan bibirku ditelinga gadis itu dan menikmati tubuhnya yang bergetar.

"Next time, ingatkan aku untuk mengunci pintunya."

Aku mengecup lehernya lembut. Kulepaskan tanganku disekitarnya dan beranjak masuk kedalam toilet sebelum pikiranku berubah, menarik gadis itu dan mencumbuinya lagi didalam sini. Ah.. aku sungguh-sungguh perlu air dingin sekarang!

Setelah selesai mencuci muka dan membasuh kepala, aku kembali ke ruanganku. Alesia tidak kelihatan, mungkin dia keluar sebentar untuk menenangkan diri. Aku masuk keruanganku dan mengambil sebotol air mineral dari dalam kulkas, menenggak setengah isinya dan kembali mendudukkan diriku disofa.

"Kau ingin dengar versi panjang atau versi pendeknya?"

Lelaki itu memutar matanya, menatapku dengan kesal dan malas. Aku terkekeh kemudian menyandarkan tubuhku.

"Jullian, you know the rules. Jangan berbuat yang aneh-aneh padanya. Kau tau kan alasan mengapa aku harus dikirim kemari dan menjagai gadis itu 24 jam? It's because of you."

Aku mendesah, berdebat dengan Sean tidak akan pernah ada habisnya. Lagipula dia benar, akulah penyebab dia akhirnya dikirim kemari.

"Kurasa itu yang disebut 'insting lelaki', Sean. Untuk ukuran gadis yang baru memasuki masa dewasa, Alesia punya tubuh yang bagus dan menggoda."

Sean melempar bantal sofa kearahku dan meleset. Aku terkekeh melihat kelakuannya.

"Apa tadi kau berniat untuk memperkosanya? Atau kau memaksanya agar dia mau menyerahkan dirinya padamu?"

Aku menggeleng, sebuah seringai muncul disudut bibirku. "Sayangnya tidak Sean, gadis itu justru membalas ciumanku dengan sama bergairahnya. Dia benar-benar seperti harta karun; polos, murni, dan sangat menggiurkan."

"Hentikan omongan mesummu Jullian, atau kau akan mendapatkan kakiku melayang disela selangkanganmu."

Aku tertawa menanggapi ekspresi geli lelaki didepanku ini. Trauma masa kecil yang terlampau parah membuatnya benci berurusan dengan wanita. So technically, he is a 'virgin'.

"Sean Klarrfield, don't be so harsh to yourself. Cobalah cari seorang wanita dan berkencan, one-night-stand terdengar cocok untukmu. Kau butuh lebih banyak belaian dari dugaanku."

Sean mendengus. Seulas senyum akhirnya melebar dibibirnya.

"Thanks for your advice. Bila nanti aku butuh sedikit masukan mengenai 'merk kondom apa yang bagus', kupikir aku bisa menemuimu."

The EngagementTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang