Di Antara Dua Hati

73 2 0
                                    

Cinta menampakkan wajahnya dalam berbagai wujud. Perasaan Rangga dan Hansel terhadap Renata. Mengapa terasa sama? Tanpa sadar kami saling, mengeratkan genggaman tangan. Bertukar tatap, mencari makna tentang hal yang sama-sama ingin dipahami.

Detik berikutnya, aku seperti terlempar ke masa depan. Bersama pria ini, perasaan takut kehilangan begitu menyesakkan. Napasku terengah, hati ini serasa diremas dengan paksa. Mendadak Hansel melepaskan tanganku.

Pria itu beranjak dan menghempaskan tubuhnya ke hamparan pasir putih. Berulang kali mengusap wajah gusar. Sementara sekujur tubuhku gemetar, melihat sekilas pemandangan di atmosfer pikiranku. Ternyata kami tidak sekadar pernah bertemu. Di masa lalu maupun masa depan ada kekuatan dahsyat yang menyatukan aku dan dia.

Beberapa saat kami terdiam, menenangkan diri masing-masing. Rasa penasaran mengusik dan membuatku menghampiri pria yang masih termenung menatap lurus lautan luas. Hati-hati aku duduk di sampingnya, tanpa kuduga dia lebih dulu membuka suara.

"Mahera, apa perasaan kamu sepertiku? Kita sama Mahera, aku salah satu orang yang bisa melihat sesuatu yang buruk di masa depan," ujarnya menatapku lekat membuat lapisan atmosfer di benakku seakan bertambah pekat.

"Maksudmu?" tanyaku kehilangan banyak kata.

Lelaki itu menunduk dalam, kemudian mengembuskan napas berat.

"Mahera, sejak kecil aku sudah bisa melihat sesuatu buruk. Papa sempat mengasingkan aku untuk tinggal bersama keluarganya di London. Bisnis keluargaku dikelilingi orang mengerikan. Dan aku yang masih polos waktu menceritakan pada Papa. Aku tak ingin dia menjadi monster yang sama seperti yang lain."

Sejenak dia menghentikan ucapannya, mendongak dan menunggu responku. Inikah jawaban keterikatan yang kuat di antara kami berdua?

"Lanjutkan Hansel," ucapku.

"Papa menganggap aku penghalang kesuksesannya dengan memberi sugesti yang membuatnya ragu membuat keputusan. Baginya sugesti tapi bagiku itu adalah kejadian nyata. Mahera kamu bisa merasakan bagaimana rasanya tersiksa dengan kekuatan yang bahkan tak kita inginkan ada dalam diri kita?"

Tabir misteri pria ini perlahan terkuak. Lagi dia mengembuskan napas berat, membuang pandangan ke lautan. Kami sama dan itu menyedihkan.

"Hansel, apa kemampuan itu bertambah sekarang?" tanyaku hati-hati.

"Sejak aku sadar diasingkan karena kemampuan ini. Sendirian aku mencari tahu apa yang terjadi dalam diriku. Hingga dua tahun belakangan aku mulai mengenal Islam. Aku mulai meninggalkan semua kebiasaan burukku. Kemampuan itu sedikit bisa kuredam."

Mendadak Hansel melekat pandangan kepadaku, desiran jantungku berlomba dengan gemuruh ombak.

"Mahera, sejak bertemu dengan kamu. Kemampuanku mulai muncul lagi. Aku sudah mempelajari siapa kamu, tanpa Rangga ketahui. Kami bersamaan menyelidiki seorang Mahera Dewi," ucapnya.

Inikah firasat sejak pertama kali aku melihat foto Hansel. Insting yang menjerit sejak awal berjumpa Rangga. Ada kisah rumit di antara kami bertiga. Aku hanya bisa terdiam, lidah ini mendadak kelu.

"Mahera, satu hal yang bisa kamu pegang dari ucapanku. Aku nggak akan mau merusak hubungan kamu sama Rangga. Aku tahu bagaimana cara dia mencintai perempuan. Sama seperti Renata."

Jantungku seakan melompat, mendengar nama itu. Saatnya aku menuntaskan penasaran.

"Hansel, apa Renata adalah adikmu?"

"Iya, dia adik tiriku. Dia yang buat aku sadar untuk nggak lagi main perempuan. Aku sangat sayang dia Mahera. Aku sangat bersyukur ketika Rangga mau menerima dan menikahinya meskipun dia dalam keadaan hamil,"

Hati untuk MaheraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang