IX: Maaf Choki..

6 1 0
                                    

Happy reading guys!

“Eh bang baru dateng!”

Sambut Kiki heboh, kata-katanya memang seperti menyindir, tapi nada bicaranya menyambut kok.

“Yoi! Biasa.. nganterin bunda dulu. Maaf ya, gue suka telat akhir-akhir ini, soalnya bunda baru aja sembuh”

“Iya bang santai aja! Ada si Ruli ini. walaupun mukanya pas-pas an, kerja nya rajin die bang”

Ruli yang sedari tadi sibuk membuat kopi, seketika menatap Kiki dengan datar.

Mari kita berkenalan sedikit dengan Ruli.
Ruli adalah salah satu asisten barista di Bimala Kafe. Usianya paling termuda diantara yang lain, yakni Sembilan belas tahun. Setelah lulus dari bangku SMA, pria berambut kribo itu memutuskan untuk menjadi barista di Bimala Kafe.

Awalnya ia tak mau. Jiwa bermainnya kerap kali meluap-luap ketika bersama temannya, hingga membuat Ruli enggan untuk kuliah atau bekerja. Ruli memang tak suka diatur. Dirinya cenderung ingin berdiri sendiri.

Ibu nya selalu curhat kepada ibunda Choki, yang mereka bersahabat baik sejak masa kuliah dulu. Choki lah yang membujuknya habis-habisan untuk menjadi barista. Waktu bulan pertama, ternyata Ruli merasakan menemukan passionnya disini. Yaitu menjadi seorang barista.

“Ngga usah diperjelas juga kali! Gue emang ngga seganteng Bang Bas, tapi gini-gini gue udah punya pacar ya” Oceh Ruli tak terima.

“Wah parah banget lu! Maksud lo, Bang Bass ganteng-ganteng ngga laku gitu?!” cerca Kiki, memanas-manasi.

“Bukan gitu ANJIR!” geram Ruli diikuti bola matanya yang ingin keluar.

“Kalo Bang Bas mau ama gue, hari ini juga gue siap buat akad” Kiki menatap Bass dengan genit.

“Bang, bukan gitu maksud gue…”

Bass menatap Ruli dengan tajam, bak ingin dimakan hidup-hidup. Ruli sampai bergidik ngeri dibuatnya. Melihat wajah ruli yang ketakutan, Bass tertawa ngakak dan Kiki pun ikut tertawa.

“Maaf ya bang..” Ruli menggaruk lehernya yang tak gatal diiringi senyum kaku yang terpancar.

“Bang, ngga ada niatan buat punya pacar gitu?”

Maksud Kiki kalau memang benar ada niat, ia ingin mencalonkan diri untuk menjadi kekasihnya Bass. Kalau bisa sih jadi istri.

Ngarep aje lo ki!

Bass menggelengkan kepalanya pelan.“Buat apa? Toh tuhan udah menyiapkan jodoh untuk kita” ucap Bass enteng.

“Tapi bang, jodoh itu harus dicari bukan ditungguin” ucap Kiki.

"Justru, kalau dicari itu namanya bukan jodoh Ki. Tapi, barang yang hilang. Dan barang yang hilang, ngga akan jadi milik kita lagi”

Kiki dan Ruli tertegun oleh kalimat yang dilontarkan Bass. Betapa luas nya pikiran Bass, ia memang tak pernah memikirkan hal yang berjangka pendek. Apapun yang dia komit itu adalah keputusan yang tepat untuk hidupnya kelak. Tapi, terkadang karena pendirian Bass yang begitu teguh terhadap keputusan-keputusanya, membuat dirinya terjebak dalam keputusan yang tidak tepat.

“Oh iya, Choki mana? Batang hidungnya daritadi ngga keliatan” tanya Bass yang sibuk memakai apron miliknya.

“Ngga tahu bang, ngga ada kabar” jawab Ruli.

“Daritadi udah gue telponin, tapi ngga diangkat” jelas Kiki.

Bass segera mengambil telepon di sakunya. jari jemarinya sibuk mencari kontak Choki ,lalu menekan tombol panggilan. Setelah tiga kali ia telepon tak kunjung ada jawaban. Bass menghela napas pelan, apa Choki masih marah kepadanya. Tak pernah Choki semarah ini pada Bass.

BRIDGE OF NUELATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang