II : Dinner?

40 36 25
                                    

Happy reading guys!

Mocca telah sampai di basement.
Kali ini basement terlihat sepi, mungkin karna hari sudah beranjak sore, sehingga beberapa karyawan kantor sudah ada yang pulang ke tempat tinggal mereka masing-masing.

Seketika Mocca merasa seperti ada yang mengintainya dari kejauhan, tapi siapa?

Kok gue ngerasa, kaya ada yang ngeliatin gue ya?” batin Mocca.

Perasaanya menjadi tak enak, ia mengelus tengkuk lehernya berkali-kali.Sesekali kepalanya menoleh ke kanan dan kiri ternyata tidak ada siapa pun.

Lampu basement yang berkedap-kedip pelan, seolah membuat suasana semakin terlihat horor dan mencekam. Ingin sekali rasanya gadis itu menoleh ke belakang. Namun, perasaan takut ini selalu bergejolak. Takut kejadian di film yang ia tonton terjadi pada dirinya.

Setelah dilanda dilema. Sepertinya wanita memang selalu dilanda dilema, dimana itu tempat dan momentnya, bukan begitu kan para wanita?.

Mocca memberanikan diri untuk memberhentikan langkahnya dan menengok ke belakang. Ia menengok dengan sangat lamban. Slow motion. Orang lain biasa menyebutnya. Setelah kepalanya memutar ke belakang, ternyata yang ia lihat adalah...

Tak ada siapapun.

Mocca  menghela napas kasar. Ternyata dugaanya memang salah, tidak ada siapa pun disana. Hanya ada ia sendiri, ditemani beberapa mobil yang terpakir dan jangan terlupakan dengan lampu-lampu yang masih saja berkedap-kedip.

Mocca bergegas menuju mobil mini copper berwarna mocca yang terparkir manis disana, ia mengabaikan semua pikiran buruknya. Ketika mobilnya telah ditemukan, ia segera masuk kedalam mobilnya, menaruh tasnya di samping tempat duduk yang kosong lalu memasang sealtbelt dan se-segera mungkin untuk menyalakan mobil kesayanganya itu.

Tok tok tok

Ketukan itu menginterupsi kegiatanya. Sontak membuat gadis berambut tebal itu menengok ke samping kanan, dan ternyata...

“Pak herza?”

Yaa Pak Herza Mahendra, ia adalah investor baru di perusahaan tempat Mocca bekerja. Yang tadi siang melakukan meeting denganya sekaligus membuat Neni jadi salah fokus, karna cool kalo kata Neni sih.

Pak Herza memang sangat tampan dan cool. Badanya sangat proporsional, tampilanya seperti elite-elite yang bisa kalian bayangkan sendiri bagaimana wujudnya. Tatapanya tajam dan dalam, yang membuat kaum hawa mungkin bisa meleleh dibuatnya. Dari tampang, sepertinya usia tak jauh beda dengan Mocca, mungkin lebih tua 2 tahun dari Mocca.

Pak Herza mengisyaratkan untuk Mocca keluar dari mobil sebentar. Dan Mocca menurut. Kini ia telah berhadapan dengan Pak Herza.

“Pak Herza bikin saya kaget aja, saya kira ada—“

“Hantu?” tukas Herza dengan cepat

Herza tertawa geli, tak menyangka ternyata mocca yang dia anggap crush woman, memiliki rasa takut juga.

“Kenapa ketawa Pak? Perasaan saya lagi ngga ngelawak” tanya mocca bingung hingga mengernyitkan dahi nya.

“Saya ketawa, karna kamu lucu” ucap Herza yang masih sedikit menyisakan tawa.

“Lucu?”

“Wanita sehebat kamu, ternyata bisa parno juga” Jawab Herza sambil mengulas senyum hangat pada Mocca.

Mocca tersenyum kaku, tenaganya telah habis tak ada ekspresi lagi yang bisa ia gambarkan. Sebenarnya ia ingin sekali segera pulang ke apartemenya. Namun, karena Herza adalah investor perusahaanya. Ia harus bersikap profesional

BRIDGE OF NUELATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang