13 : new me

2 0 0
                                    

Enam bulan kemudian..

Bumi selalu berputar pada porosnya, kehidupan manusia pun akan dipaksa berjalan maju. Seolah akan membaik, tapi tak semuanya begitu.

Neni yang kembali merasakan keluarganya yang utuh, kini hanya senyum manis yang menghiasi wajah mereka. Siapa lagi kalau bukan Mocca sahabatnya yang selalu menebar kebaikan.Tapi sang penebar, cahayanya telah redup.

Duduk termenung mengarah ke jendela dengan sorot mata yang lelah, bawah mata yang menggelap, bibir yang juga tak lagi merona. Kehilangan rizal membawa perubahan besar baginya. Tubuhnya seperti ringkih, ia sampai harus kehilangan berat badan hingga sepuluh kilogram. Hidup tak sanggup mati tak mau, begitulah keadaanya.

"bagaimana dok?"

Tanya ratna pada dokter cika yang baru saja keluar dari kamar mocca.

Dokter cika menghela napas panjang lalu berkata.

"kondisi mocca akan terus memburuk, kalau tidak ada kemauan dari dirinya untuk bangkit"

Kaki ratna seketika melemas, tatapan sendu mengarah pada halim. Seolah mengerti, Halim mengelus bahu ratna untuk menenangkan. Halim dan ratna sama-sama frustasi menghadapi keadaan mocca yang tak ada tanda akan sembuh.

"kalau dibujuk untuk liburan, apa bisa dok? Untuk refreshing maksudnya, mungkin aja Mocca perlu suasana baru?" saran Latte.

"iya dok, apapun yang bisa bikin mocca pulih akan kita lakukan"

Dokter mengangguk mengiyakan "apa yang mocca suka?"

"taman"

"baik, saya akan coba bujuk dia untuk kesana"

"sebenernya mocca kenapa ya dok? Dia ga pernah kaya gini selama hidupnya, pikiranya paling positif diantara yang lain"

tanya Latte yang masih tak percaya bahwa adiknya akan berduka se-lama ini.

"saya belum bisa memberikan jawaban yang spesifik. Selama ini mocca tidak ada respon apa pun kepada saya. Kita bisa katakan ini adalah trauma. Tapi menurut saya ada mental illness yang lebih spesifik dialami mocca"

Mocca tak mau berbicara, bahkan bertemu dengan siapapun. Dia seolah menutup diri sama apa yang terjadi.jendela besar yang ada di kamar mocca pun selalu ia tutup rapat, seolah cahaya tak diperkenankan masuk kesana. Mocca kini berteman dengan kegelapan serta kesunyian.

"tapi ada perkembangan sedikit dibulan ketiga ini"

"apa dok?" tanya ratna

"mocca sudah mau membuka tirai kamarnya, artinya ia sudah mau melihat keluar rumah dan saya akan coba bujuk untuk mengajak mocca ke taman kota. Setelah itu, saya bisa meneliti responya seperti apa sehingga kita bisa tau apa yang terjadi dengan mocca"

Setelah beberapa jam membujuk mocca akhirnya ia mau. Langkah mocca keluar dari kamar, ini pertama kali tapaknya menyentuh lantai selain lantai kamarnya. Ratna tak sanggup melihat kondisi mocca yang tak seperti dulu, ia meminta halim untuk mengantarnya ke kamar.

***

Gadis berambut coklat itu telah berada di taman komplek bersama dengan wati. Mereka duduk di kursi berwarna putih dekat pohon rindang. Wati melupakan sesuatu, sebelum ke taman mereka memang sempat ke toilet, ponsel wati tertinggal disana.

"mba sebentar ya, wati ngambil hp yang ketinggalan, gapapa kan mba?"

Bukan tanpa alasan wati mau meninggalkan mocca sendirian karna toiletnya pun masih bisa digapai mata. Mocca mengangguk mengiyakan.

BRIDGE OF NUELATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang