IV : Dibalik pintu rumah

39 31 29
                                    

Pak Herza Mahendra.
Jgn lupa untuk dinner malam ini, mocca. Banyak hal ttg J.Corps yg langsung saya ingin tau dari kamu.

Matanya membelalak, Mocca menepuk pelan dahi nya, mengapa ia bisa lupa tentang meeting bersama dengan Pak Herza. Ia menghela napas pelan, dengan lincah jari-jari nya bekerja untuk mengetik pesan balasan.

Mocca adia bimala

Baik pak.

Ibu jari nya menekan tombol kirim. Mocca memasukan ponselnya ke dalam tas coklat vintage miliknya. lalu menaruh tas nya di pangkuan.

"Kenapa sayang?" Tanya Ratna yang sedang menyendokan lauk ke piring Halim.

Tatapan mereka tertuju pada Mocca. Gadis itu menengok ke arah Ratna, dengan tatapan yang tak enak. Pandanganya beralih pada Ayah dan juga kakak nya.

Latte menghentikan kegiatan mengunyahnya, dilihat sang adik memunculkan tatapan tak enak dari wajahnya yang cantik.

"Kayanya aku ngga bisa makan malem disini deh mih, pih, kak"

Ibu menatap mocca bingung. Ayah yang sedang menyendokan makanan kedalam mulutnya harus terjeda sejenak karena kalimat yang dilontarkan Mocca. Begitu pun juga dengan Latte, yang langsung menengok kearah mocca dengan wajah yang bertanya-tanya.

"Loh, kenapa?" tanya ayah

"Aku ada dinner malam ini" jawab Mocca tak enak hati.

"Dinner? sama siapa? Malam minggu lagi, inget ada rizal!" segudang pertanyaan dari Latte mengarah pada Mocca.

"Bukan siapa-siapa kok, dia investor baru di J.Corps"

Semuanya mengangguk sambil membulatkan bibir nya menyerupai huruf O.

"Tapi kok pake segala dinner sih? kalo mau bahas soal perusahaan kan, bisa meeting di kantor" Tanya Latte lagi.

"Mungkin, ada hal yang mereka kurang paham dari meeting di kantor sayang.." Ucap ibu begitu lembut.

"Iya latte. Lagian, dia itu kan investor pasti banyak mau nya. Sama kaya cewe, banyak maunya. Iya kan mi?" ayah menyenggol manja bahu ibu yang ada di sebelah nya sambil menengok kearah Ibu, lalu mengedipkan salah satu mata nya.

"Papi ih!" omel Ibu.

"Maaf ya mi, pi. Aku ngga bisa ikut makan malem disini"

"Yes!" ucap latte sambil melakukan gerakan seperti orang yang habis menang undian.

"Kok, yes kak?"

"Iya dong! berarti makanan mami bisa aku abisin sendiri" Latte mengeluarkan senyum liciknya pada Mocca.

"Enak aja kamu sendiri. Papi juga mau dong, dasar rakus!"

"Siapa dulu dong papi nya? Halim Bimala! Yang juga rakus pastinya" Ledek Latte pada ayah kesayanganya itu.

"Wah! papi sunatin sampe abis ya kamu!" ancam Halim pada putranya yang konyol di usianya yang tak lagi kanak-kanak.

"Jangan dong pi.." mohon latte sambil menyatukan kedua tanganya.

Mereka pun tertawa bersama. Melihat ayah dan anak laki-lakinya, yang bertingkah konyol bak seumuran.

"Ayo mocca! makan dulu nak, piring kamu masih kosong itu. Nanti semua makanan ini keburu disedot loh sama latte" pinta ibu.

BRIDGE OF NUELATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang