Sorry

1.1K 220 40
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Gue ga sudi balikan sama lo..


Gue muak liat lo tau ga?

Mata gue lagi-lagi berair saat mengingat ucapan Haruto. Perkataannya kemarin terus terngiang-ngiang dipikiran gue. Gue mengusap air mata yang ga berhenti mengalir. Sumpah, sakit banget rasanya.

Pikiran gue benar-benar stuck saat ini. Gue dilema. Apakah gue harus berjuang maju buat ngelurusin semuanya sama Haruto atau berhenti dan pasrah aja nerima keadaan? Gue benar-benar buntu. Gue bisa aja maju terus, tapi apakah hati gue bisa tahan banting sama sikap Haruto yang saat ini? Perkataannya yang kemarin aja cukup membuat gue menangis semalaman.

Sebenci itukah Haruto sama gue? Gue tertawa miris. Hima bodoh. Mana ada cowo yang ga sakit hati setelah dipermainin gitu? Gue emang pantes dapetin ini semua.

Gue keluar dari bilik toilet setelah dirasa puas menangis. Akhir-akhir ini toilet adalah tempat pelampiasan gue menumpahkan tangis. Ga ada yang tahu setiap bel istirahat bunyi gue selalu berlari ke toilet sendirian dan menangis diam-diam kalau keinget Haruto.

Gue memandang penampilan gue di cermin. Kacau banget. Kedua mata gue merah dan membengkak. Buru-buru gue menyalakan air dan mencuci muka.

Gue keluar dari toilet setelah dirasa tenang. Berjalan di koridor sambil memainkan ponsel, membalas chat Ryujin yang menanyakan gue ada dimana.

Brukk!

Bahu gue bertubrukan dengan seseorang yang berlawanan arah dengan keras. Gue meringis kecil seraya mengusap-nguap bahu gue.

"Ck, kalau jalan jangan mainin hape. Gunain mata lo dengan baik."

Gue buru-buru mendongak saat mendengar suara yang ga asing itu. Seseorang yang nabrak gue adalah Haruto yang kini menatap gue datar.

"Haruto.." Gue buru-buru nahan tangan Haruto saat dia ingin beranjak pergi. Entahlah, gue memilih untuk berjuang terus dan berusaha ngelurusin semuanya dengan Haruto. Gue juga ga peduli dengan harga diri gue kalau sekarang gua masih gatau diri ngejar-ngejar dan mohon mohon ke Haruto.

Gue ga peduli. Yang gue ingin cuma satu, yaitu ingin semua berbalik seperti dulu. Egois? Emang. Gue benar-benar udah gila sama Haruto.

"Lepasin." ucapnya yang bikin gue malah mempererat genggaman tangan gue.

"Apa ga ada sedikitpun kesempatan buat gue, To?" Bodoh. Gue malah nanya hal yang sangat ga memungkinkan.

Haruto berdecih, menyentak genggaman tangan gue sedikit kasar. "Bodoh. Setelah lo permainin gue, lo pikir  gue mau ngasih kesempatan gitu aja? Lo udah bikin gue sakit kak, sakit sesakit sakitnya." Haruto memandang gue lurus. Gue terdiam kala melihat sorot Haruto yang tersirat kebencian dan kekecewaan itu.

JUNIOR Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang