A Big Problem

1.6K 254 195
                                    

Guys, sebelum baca chapter ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Guys, sebelum baca chapter ini. Aku saranin biar kalian ga bingung, tolong baca ulang chapter sebelum2nya yang judulnya "malam pensi." Part ini nyambung sama chapter itu. Tapi kalau males ya gapapa, terserah kalian aja yaa wkwk

🌹🌹🌹

Gue menangis sepanjang perjalanan pulang. Badan gue basah kuyup karena air hujan, perban gue juga pada basah dan copot, tapi gue sama sekali ga peduli. Gue hanya berjalan lunglai di sepanjang jalan dan menangis diam diam di bawah derasnya hujan.

Gue menangis bukan karena sakit di badan gue, tapi juga menangis karena sakit mengingat perkataan Haruto di depan klinik tadi. Gue ga nyangka Haruto melakukan itu ke gue. Sebegitu rendahnya kah gue sampai dikasih uang gitu? Ga perlu dijabarin seberapa sakitnya hati gue sekarang ini. Hati gue hancur sehancur hancunya.

"Hikss, angkot mana sih? Ojek juga ga ada..." keluh gue sambil memegangi lutut gua yang dari tadi nambah sakit karena jalan jauh. Gue udah berjalan dari ke klinik buat nyari angkot atau ojek. Tapi satupun ga ada yang muncul. Mana langit sudah mulai gelap, hujan pun ga berhenti walaupun sudah rintik rintik kecil. Gue pengen nyewa grab tapi hp gue mati karena lowbat.

Kenapa sial banget sih hidup gue? Pengen teriak aja rasanya.

Tapi gue sedikit bersyukur karena di rumah orang tua gue ga ada, mereka lagi dinas keluar. Mama ga akan tahu kalau jam segini gue belum sampe rumah. Kalau tahu yang ada Mama ngamuk besar.

"Hiks....cape, pegel..." gue mengelap air mata gue dan berjalan sempoyongan. Gue memutuskan untuk berjalan beberapa meter lagi ke pangkalan ojek diujung jalan. Semoga aja ada. Kalau ga ada mau ga mau gue harus berjalan kaki sampe rumah.

Jeder!

"Aaa mama!" gue sontak menutup kuping gue kala langit mengeluarkan kilat petir.

Dari kecil, gue takut banget sama yang namanya petir. Gue trauma karena pernah pas kelas 5 SD gue main game sambil mendengarkan musik di hp yang posisinya lagi di charger. Dan kilat petir langsung menyambar ke rumah gue, tapi untungnya saat itu gue ga kesamber petir. Sekarang gue cuma takut sama suaranya.

Karena takut, gue pun meneduh di bangunan ruko yang udah terbengkalai. Gue memandang langit. Hujan udah berhenti turun, tapi langit masih gelap dan mengeluarkan kilat kilat petir menyeramkan. Gue menoleh ke sekitar, dan jalanan sepi banget. Ga ada satupun orang yang lewat. Gue mulai merasa takut.

"Ah, akhirnya ketemu juga nih anak."

Gue menoleh saat dua orang laki-laki dateng menghampiri gue. Mata gue membelalak, itu adalah Yoonbin dan Changbin.

Gue melangkah mundur dengan perlahan. Rasanya udah hampir tiga bulan lebih gue ga pernah melihat genk-an Changbin. Tiga bulan yang lalu, tepat setelah hari pensi usai, Changbin dkk termasuk Yoonbin dikeluarkan dari sekolah  karena ada yang melaporkan bahwa genk-an Changbin lagi nyabu dan minum minum alhokol di hari pensi.

JUNIOR Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang