How Could You

1.5K 257 192
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




"Apa lo gamau membuka sedikitpun hati lo untuk menerima gue? Kita coba pelan-pelan ya?"

Perkataan Kak Jeno terus menerus memutar di pikiran gue. Setelah dia mengatakan itu dua hari lampau di perpustakaan yang berakhir gue tolak mentah-mentah, gue ga pernah lagi bertemu sama dia. Kak Jeno ga pernah lagi nemuin gue. Mungkin dia udah nyerah.

Jujur, gue gatau harus senang atau sedih. Senang karena dia udah ga lagi nemuin atau gangguin gue. Dan sedih karena gue berpikir apakah penolakan mentah mentah  gue terlalu kasar dan menyakiti hati kak Jeno. Gue bener-bener dilema.

Maaf kak, meskipun lo bersedia dan rela jadi pelarian gue, gue ga akan pernah mau menjadikan seseorang tempat pelarian.

"Oy, bengong aja." Gue menoleh saat seseorang menepuk bahu gue pelan. Saat gue menoleh, dan bener aja.

Seseorang yang lagi gue pikirkan saat ini muncul di hadapan gue dengan gummy smile andalannya. Gue terdiam melihat Kak Jeno. Ini sudah dua hari setelah kejadian di perpustakaan, akhirnya dia muncul lagi di hadapan gue.

"Eh, kak Jeno." Gue tersenyum kikuk. Entahlah, gue merasa jadi canggung setelah kejadian di perpus. "Kak Jeno ngapain kesini? Mau fotocopy juga?" tanya gue basa basi. Gue sedari tadi memang ada di depan  tukang fotocopy, ada berkas yang harus gue fc.

"Engga. Gue ngeliat lo disini, jadi yaudah gue samperin hehe." Kak Jeno nyengir. "Eh bentar, apa jangan jangan lo ga suka lagi sama keberadaan gue? Lo pengen ngusir gue lagi?" tanya kak Jeno bercanda, menyinggung gue tentang kejadian di perpus dua hari lalu.

Gue tersenyum ga enak. "Hehe, santai aja. Ga bakal gue usir lagi kok kak." Tega bener kalau mengusir dia lagi. Yah lagian ga ada salahnya sih kak Jeno ngedeketin gue, asalkan jangan maksa aja.

"Makasih bang." ucap gue saat abang fotocopy menyerahkan helaian kertas yang udah selesai digandakan.

"Habis ini kak Jeno mau kemana?"

"Lo....udah makan belum?" Alih alih menjawab, kak Jeno malah bertanya balik.

"Belum sih." Gue melihat arloji yang melingkar di tangan gue. "Gue pengen beli bakso tapi jam masuk 10 menit lagi."

"Masih lama itu mah. Udah yuk ke kantin, ngebakso. Tenang, Abang Jeno bayarin hehe. Gue emang mau ajak lo makan Him. Kali kali lah kita makan bareng. Mau ya?"

Gue terdiam sejenak. Duh, tolak jangan ya? Tapi kan kak Jeno ngajakin makan bakso doang. Ditraktir pula. Hwhw, mana kuat gue sama yang namanya traktiran.

JUNIOR Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang