Who's that girl?

1.1K 219 54
                                    

---

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

---

Setelah malam dimana Haruto mabok,  gue udah jarang bertemu dengan dia. Bahkan di sekolah pun gue ga pernah lagi bertemu atau papasan sama Haruto untuk beberapa hari. Setelah menidurkan Haruto di apartmen Asahi malam itu, gue langsung pulang ke rumah dan berpesan ke Asahi untuk ngerahasiain kalau gue yang nganterin Haruto ke apartment. Gue ga mau Haruto tau kalo gue yang nemenin dia saat itu.

Karena gue tahu, sepertinya Haruto akan marah jika tahu yang nganter itu gue. Yah, semoga aja Asahi ga bilang.

Gue membasuh muka gue di wastafel dan memandang penampilan gue di kaca. Tulang pipi gue kelihatan tirus. Jira dan Ryujin juga bilang kalau badan gue semakin kurus, kaya tengkorak jalan kata mereka. Sialan emang. Tapi ya bener juga. Gue semakin kurus karena nafsu makan gue menurun akhir-akhir ini.

"Eh, ada kak Hima. Kirain siapa, gue kira setan." Pintu toilet terbuka, sosok Nako dan kedua temannya masuk ke dalam sambil memandang gue dengan tatapan mengejek. Nako juga termasuk kumpulan genk yang membully gue setelah kasus dare Haruto itu.

Dan, dia juga yang menjadi awal dalang semua permasalahan ini. Nako yang bilang ke Haruto tentang dare. Ternyata saat gue membicarakan dare itu dengan Jira dan Ryujin saat di toilet saat itu, ada Nako yang ternyata lagi nguping di salah satu balik toilet. Fyi, Nako itu temen sekelas Haruto. Gue juga ga tahu mereka dekat apa engga.

Saat mendengar kalau Nako yang ngebocorin dare itu, gue marah banget. Sampai-sampai saat itu gue pengen banget labrak dia. Tapi gue berpikir panjang, ini semua salah gue. Gue yang menciptakan dare itu dari awal. Gue ga bisa marah ke Nako.

"Udah mainin Haruto, tapi masih aja ke sekolah. Gue mah malu kalo jadi lo. Iyuh.." salah satu temen Nako memandang gue sinis.

"Bacot. Bukan urusan lo." balas gue tak kalah tajam. Kemudian beranjak keluar dari toilet.

"Eits, jangan kabur dulu dong kak. Belum juga kita mulai." Nako mencengkram tangan gue dan mendorong tubuh gue ke dinding toilet cukup keras. Anjing banget nih adik kelas dajjal.

"Mau lo pada apasi?" tanya gue seberusaha mungkin menahan emosi.
Gue masih mandang mereka adik kelas gue. Kalau orang lain mungkin udah gue tonjok dari tadi.

"Ga mau apa-apa. Cuman ga betah aja kalo ga nyakitin orang yang udah bikin Haruto gue sakit." jawab Nako, sedetik kemudian menjambak rambut gue. Refleks gue meringis karena jambakan Nako lumayan kuat. Kedua teman Nako tertawa senang melihat gue kesakitan.

Gue memandang dia sinis. "Haruto lo? Sejak kapan Haruto jadi milik lo? Pernah ga lo sekalipun dilirik Haruto? Kaga kan? Gausah halu."

JUNIOR Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang