Seringai Haruto

2K 263 19
                                    

Gue menangis di uks selama kbm

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gue menangis di uks selama kbm. Ya, setelah dari tempat tongkrongan sialan itu, gue beralasan ke guru kalau gue sakit supaya dapet izin ke uks. Dan untungnya guru ngizinin. Gue nangis ga berhenti-henti di uks ditemenin Jira.

"Please rin. Cerita sama gue, lo habis diapain sampe nangis kaya gini?" tanya Jira khawatir sambil ngipas ngipas gue. Sedangkan gue ga ngejawab, gue masih aja sesegukan.

Susah untuk ga nangis setelah kejadian tadi. Dan, baru pertama kali gue diperlakuin kasar kaya tadi. Dibentak sama cowok. Walaupun Changbin ga nyerang fisik, tapi itu cukup membuat mental gue jatuh. Sumpah, gue takut banget. Gue bener bener blank untuk saat ini, sehingga yang bisa gue bisa lakuin cuma menangis.

Katakanlah gue lebay, tapi faktanya gue memang gadis lemah.

"Astaga Him. Lo kenapa si? Ada yang sakit?" Jira nampak khawatir, dia mengusap peluh di kening gue kemudian mengusap air mata gue.

"Hiks, Jira...Changbin ngebentak gue di warjok. G-gue masih takut..hiks.." akhirnya gue buka suara.

Mata Jira membulat. "HAH?! CHANGBIN BENTAK LO?! ANJING EMANG TUH ANAK! BERANINYA SAMA CEWEK!" Jira kemudian mengecek tubuh gue sambil menahan amarahnya juga.

"Dia mukul lo kaga?!" tanyanya was-was. Gue menggeleng lemah.

"Gue masih trauma aja digituin sama cowok. Baru pertama kali."

"Anjing emang si Changbin. Dia ada ngomong apa lagi sama lo?" Sembari sesegukan, gue menceritakan kejadian tadi pagi ke Jira. Tentang dia yang ngejek anak osis dan berniat ngancem.

"Bangsat emang si Changbin. Dari dulu ga pernah kapok-kapoknya sama osis." Jira menghembuskan nafasnya, dadanya naik turun, keliatan banget dia lagi nahan amarahnya. For your information, Jira emang wakil ketua osis. Dia bakal marah kalo hal yang bertentangan sama osis.

"Gue nyamperin Hyunsuk dulu. Mau gue bilangin masalah ini ke dia. Lo tunggu sini aja Him. Gue bentar kok."

"T-tapi Jir, sebaiknya jangan bilangin ke Hyunsuk dulu, takutnya---"

Gue belum sempet nyelesain perkataan gue, Jira udah pergi duluan. Tinggalah gue sendirian di ruang uks ini. Gue mendengus kesal sambil mengelap ingus dan air mata gue.

BRAKKK

"Eh copot copot!!!" Gue sontak melatah saat mendengar suara pintu digebrak. Dan disitu ada Haruto yang menatap gue khawatir, nafasnya engos-engosan. Kecirian banget dia habis lari kesini.

"Kak Hima! Kakak ga apa-apa kak?!"

Gue menggeleng dengan cepat sambil tersenyum. Berusaha nyembunyiin dari Haruto kalau gue habis nangis. Gue gamau kalau nangis di depan cowok.

"Gapapa kok, To. Kok lu bisa tau gue ada disini?"

Alih-alih menjawa pertanyaan gue, Haruto malah balik nanya. "Siapa yang udah buat kakak nangis gini?" tanyanya, gue bisa lihat Haruto menahan amarahnya.

"Bukan siapa-siapa kok, gua nangis gara-gara emang pusing." bohong gue. Sialnya Haruto tau gue berbohong.

"Changbin kan?"

Gue mengerjap. "Hah? Engga kok--"

"Pasti dia kan yang bikin kamu nangis?"

Gue menggeleng cepat, rada panik juga melihat raut wajah Haruto yang makin marah. Please, gue ga mau lagi ada perkelahian. Apalagi ngelibatin orang lain lagi. "Astaga, bukan To--"

"Tunggu disini kak, aku mau nyamperin Changbin dulu." Gue seketika panik. Gue langsung turun ranjang dan menarik tangan Haruto yang berniat keluar.

"Jangan tinggalin gue, please.." Dengan masih memegang erat lengan Haruto, gue berucap lirih. Gue harus mengatakan kalimat itu supaya Haruto luluh, ya walaupun jauh di dalam hati sebenarnya geli.

Dan, sepertinya cara gue berhasil. Tatapan mata Haruto yang tadi memerah menahan kesal, sekarang melembut. Matanya ga berhenti menatap tangan dia yang gue genggam. Dia speechlees.

Sepertinya Haruto seneng tangannya digenggam gue.

"Jangan kesana ya? Temenin aja gue disini." gue lagi-lagi memohon dengan memasang puppy eyes.

"Oke deh! Aku disini aja. Jagain pacar aku."

Gue tersenyum manis. "Hehe. Makasih ya."

"Kakak udah sarapan?" tanya Haruto setelah gue duduk di atas bankar.

"Udah kok." Bohong, mana gue sempet sarapan. Kalian tau sendiri kan gue subuh-subuh ngapain? Iya, dandan. Gue kesenengan tadi pagi karena ga sabar pengen dijemput Yoonbin dan alhasil ngelupain sarapan gue.

Oh iya, soal tadi pagi....

"To, gue mau minta maaf." gue menduduk. Merasa bersalah banget ke Haruto karena kejadian tadi pagi di depan rumah gue.

"Minta maaf buat apa kak?"

Astaga, Haruto aja ga sadar gue berbuat salah ke dia.

"Ehmmm, yang tadi pagi gue nolak jemputan lo dan ngakuin lo sebagai sepupu gue, bukan pacar."

Pas gue mengatakan itu, raut Haruto berubah jadi sendu. Tetapi kemudian dia senyum, seolah baik-baik aja.

"Gapapa kok, kak."

"Maaf ya To...Maaf banget. Yoonbin cuma temen gue doang kok. Gue ga enak aja nolak jemputan dia. Maaf ya? Janji deh ga bakal gitu lagi."

Haruto berbinar. "Bener janji ya?"
Gue mengangguk mantap.

"Tapi lo juga harus janji." ucap gue.

"Apa kak?"

"Jangan samperin Changbin ya? Apalagi berantem. Gue ga mau ada masalah lagi."

Bukannya menjawab, Haruto malah tersenyum. Oh engga. Lebih tepatnya menyeringai.

.

to be continue

Wow, hartono kalo udh marah serem loh gaysss.

JUNIOR Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang