******
Gue bisa mendengar suara isak tangis seseorang samar samar. Saat gue membuka mata secara perlahan, bau antiseptik dan obat-obatan langsung menerpa Indra penciuman gue. Ruangan dengan langit-langit bernuansa putih adalah hal yang pertama kali gue lihat. Gue juga bisa merasakan tangan gue yang digenggam seseorang beriringan dengan Isak tangis yang masih terdengar.
Saat gue menunduk, manik gue melihat sosok laki laki yang menundukkan kepalanya sambil menggenggam tangan gue erat. Kedua bahunya bergetar, menandakan dia sedang menangis.
"Hiks, kak, maafin aku..maaf..hiks.." Haruto masih menangis sambil menunduk, dia belum tahu kalau gue udah sadar. Gue bertanya-tanya sudah berapa lama Haruto nangis seperti ini sambil nangisin gue.
"Aku nyesel kak. Selama ini aku cuma pura pura kejam di hadapan kak Hima. Aku berusaha benci kak Hima, tapi tetap ga bisa. Rasa ini masih sama. Aku ga akan bisa benci kak Hima setelah apa yang kakak lakuin ke aku. Aku masih cinta kak Hima hiks...."
Gue bisa merasakan Isak tangis Haruto semakin kencang beriringan dengan genggamannya di tangan gue yang semakin erat. Hati gue merasa sakit kala Haruto mengatakan itu. Gue jadi pengen ikut menangis juga karena mengingat semua sikap kejam Haruto selama ini, mengingat kesalahan yang gue lakuin karena mainin Haruto. Semua ingatan itu berputar di otak gue dan membuat gue ingin menangis. Tapi sebisa mungkin gue menahan tangis karena gue ga mau Haruto tahu gue udah bangun. Gue masih ingin mendengar penjelasan dia selama ini.
Dan gue seharusnya senang mendengar bahwa Haruto masih mencintai gue. Tapi kenapa....sekarang rasanya berbeda? Jujur, ada secungkil rasa benci terhadap Haruto yang hinggap di hati gue setelah kejadian dimana Chanbin hampir memperkosa gue. Gue bertanya-tanya, apakah jika Haruto mengantar pulang gue hari itu, apakah gue ga akan mengalami kejadian ini? Gue masih sangat ingat gimana sakitnya hati gue saat Haruto memberi gue lembaran uang.
Semua sikap kejam Haruto selama ini kembali teringat di ingatan gue. Dan itu membuat gue semakin sakit.
Semuanya membuat gue menyalahkan Haruto atas semua yang terjadi. Kenapa To, kenapa? Kenapa lo baru menyesal sekarang setelah semua yang terjadi sama gue? Apa gue harus menderita dulu baru lo menyesal?
"Saat mendengar kak Hima cuma macarin aku karena dare saat itu, aku sakit banget kak hiks. Aku berusaha benci, berusaha ngelupain kak Hima dalam hidup aku, tapi tetap ga bisa kak..hiks...Semua dunia aku udah terlanjur terpusat pada kak Hima."
"Maafin aku kak..hiks, aku nyesel ninggalin kak Hima saat itu. Aku sakit dan ga kuat melihat kak Hima kaya gini.. Hiks, maaf..."
Gue bisa merasakan tangan gue dikecup. Dan itu membuat gue semakin memejamkan mata gue menahan tangis.
Cukup, gue udah ga tahan."Apa gue harus menderita dulu To, baru lo menyesal dan minta maaf kaya gini?"
Haruto yang mendengar suara lirih dari gua pun langsung mendongkak dan bangun. Dia menatap kondisi gue prihatin, cowok itu memalingkan wajahnya seraya mengusap air matanya, enggan bersitatap dengan gue. Dia kaya ga kuat melihat kondisi tubuh gue yang banyak diperban.
KAMU SEDANG MEMBACA
JUNIOR
Fanfikce"Kak, aku mau gombal. Apa perbedaan kakak sama kuyang? Nih aku kasih tau jawabannya..Kalau kuyang melayang di udara, kalau kakak melayang di hatiku, hehe..." "Bacot." Tentang Watanabe Hartono, eh typo, maksudnya tentang Watanabe Haruto, cowok kela...