Epilog

168 11 2
                                    

-Third Person POV-

"Dasar gila!"
Secara kasar, tangan Lino tiba-tiba ditarik menjauh dari tabung oksigen Jisung oleh seorang perempuan bermata kucing.

"Lo...!" Lino samar-samar mengingatnya sebagai salah satu teman sesama pasien rumah sakit Jisung.

"Kak Yeji!" Ayen terlihat kelelahan setelah berlari bersama Chan mengejar Yeji.

"Silakan berdiskusi di kafe atau tempat lain." Tak banyak basa-basi, Chan mendorong ketiganya keluar dari ruang rawat Jisung.

Di lorong rumah sakit yang sunyi, Lino menanyakan  identitas perempuan asing tersebut, berniat memastikan ingatannya, "Lo siapa?"

"Gue Yeji, teman Jisung dan juga alasan mengapa Seungmin memberikan obat nyeri itu ke Jisung."

"Apa...! Lo mastermind-"

"Bentar Kak Minho. Dengerin penjelasan Kak Yeji dulu." Ayen menghadang Lino yang hampir melambungkan tinjunya ke arah Yeji.

"Ada banyak hal yang perlu gue luruskan. Pertama, gue minta maaf sebesar-besarnya atas perbuatan gue dan Seungmin yang telah membuat Jisung koma sampai sekarang." Yeji membungkukkan tubuhnya 90 derajat. Ia kemudian mengambil nafas panjang. "Jisung pernah bilang ke gue, dia pengen ikut malaikat, dia juga ada cerita soal kakak asuhnya. Gue pikir keinginannya tuh unik. Cepat atau lambat dia bakal lupain keinginan uniknya itu."

"Tapi... selama gue dirawat di rs, gue ada nyaksiin PTSD-nya kambuh. Jisung benar-benar serius, dia benar-benar ingin ikut malaikatnya, si Eric. Daripada dia menderita kayak gitu, mending gue bantuin dia ngewujudin keinginannya. Makanya, gue ngajakin Seungmin buat wujudin keinginan Jisung bertemu malaikatnya." Mata Yeji berkaca-kaca, sejumlah tetesan air mata jatuh ke pipinya, "Dan gue salah besar... bunuh diri bukan cara yang benar...."

"Udah kelar ceritanya? Tujuan lo mengakui dosa ke gue buat apa? Mau bikin keributan? Bikin gue marah?" Tidak ada rasa iba, amarah Lino malah semakin memuncak terhadap Yeji yang seenaknya menangis selepas mengakui dosanya.

"Enggak gitu. Gue menyesal-"

"Kegh. Menyesal? Hahahahahahaha." Lino tertawa dengan lantangnya. "Pelaku utamanya bahkan tidak menyesalinya."

"Kak Umin menyesali perbuatannya! Dia teramat sangat menyesalinya!" Ayen yang tadinya hanya mau menyimak terpaksa melibatkan dirinya. "Kak Umin sampai cuti kuliah di semester ini karena rasa bersalahnya. Dia mimpi buruk tiap malam, mimpiin kak Jisung yang tersiksa api neraka gara-gara bunuh diri."

"Jujur, gua udah menduganya, ujungnya bakal begini. Kejadian Hwi terulang kembali..."

'Yang gue lakuin, semuanya salah....'
Ayen teringat perkataan Seungmin beberapa hari yang lalu. Bagaimanapun juga, Ayen memahami perasaan berserta tindakan Seungmin yang masih menyesali sikap dinginnya pada Hwi.

Sedari awal teman-temannya membahas tentang malaikat-malaikat memusingkan itu, Ayen sengaja mendengarkan sekilas saja dan menimpali sebatasnya, ia tak ingin terlibat terlalu dalam. Ia tak ingin merasa bersalah, kecewa, dan terluka apabila hasilnya tidak sesuai rencananya.

Kasus Jisung merupakan kasus Daehwi pt. 2 bagi Seungmin, Ayen dan Felix. Hwi, teman kecil mereka, menderita depresi akut akibat kematian keluarga besarnya. Hwi sering merasa kesepian kendati ia masih memiliki tiga teman kecilnya yang peduli serta menyanyanginya. Ayen dan Felix menunjukkan kepeduliannya, mereka selalu mengajak Hwi menginap di rumah mereka. Sedangkan Seungmin tidak menunjukkan kepeduliannya, ia kerap kali bersikap acuh tak acuh yang bertujuan untuk melatih mental Hwi sebab mereka bertiga mustahil berada di sisi Hwi setiap waktunya.

[Minsung] Only One Reason: Your Precious SmileTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang