Part A : Anak Asuh - Chapter 5

256 32 1
                                    

Hari minggu, hari di mana seharusnya gue asik memanjakan soonie-doongie-dori, tapi gue malah lebih milih bengong di RS, ngeliatin sih anak autis gambar. Gak tenang gue ngegame, kepikiran soal penyakitnya mulu. Ada kali sejaman gue ngelamun.

"Gelang aku kasih kakak pakai hehehe," celetuk sih anak autis, membubarkan lamunan gue.

"Kan udah gue bilang bakal gue pake."

"Hehehe."
Seneng kan lo pake gelang kembaran ama gue.
Eh, pergelangan tangannya kosong...?

"Han, lo gak bikin gelang buat diri lo sendiri?"

Dia menggeleng-gelengkan kepalanya, menjawab pertanyaan gue.

"Bukannya lo mau kembaran sama gue?"

"Kakak pakai gelang aku ingin." Dia menunduk, memainkan jari-jari tangannya, "Gelang kembal aku mau kakak pakai gak tapi."

"Kata siapa gue gak mau pake gelang kembaran ama lo?"

"Wajah kakak."

"Ekspresi gue?"

"Hehehe wajah kakak ngomong ke aku."

Heh... gue se-ekspresif apa coba sampai-sampai anak autis ini mampu memahami perasaan gue.

"...H-Han! Lo mimisan!"

Secepat kilat gue menempelkan tisu dan menekan batang hidungnya.

"Duduk yang tegak dan teken hidung lo kayak gini selama sepuluh menit."

Dia pun terduduk tegak serta menekan hidungnya sesuai intruksi gue.

Udah berapa lama dan berapa kali dia mengalami gejala ini? Gak ada satu pun orang yang tau tentang penyakitnya inikah termasuk Ibu kepala panti?

"Lo gak ada cerita ke orang lain apa soal penyakit lo ini?" tanya gue setelah memastikan mimisannya sudah benar-benar berhenti.

"... celrita pelrcuma, gak satu pelrduli olrang."

Perkataannya nancep sekali... diri gue yang dulu gak mungkin peduli.

"G-Gue peduli. Ibu kepala panti dan kakak Keriting juga peduli."

"Dan kakak Ayam aku tau..."

"Kakak Ayam siapa?"

"Kakak banyak bintik-bintik di wajah."

"Oh maksud lo Felix."

"Hehehe kakak Ayam kakak Felix."

Sepertinya dia cukup dekat dengan Felix. Syukurlah nambah satu orang yang peduli dan berpotensi menahan lo pergi...

"Tadi lo bilang, lo tau kita semua peduli lalu kenapa lo gak cerita?"

Dia memejamkan matanya, senyuman getir ditujukannya ke gue, "Kakak rasa kasihan aku mau gak hehe."

Alasan yang masuk akal... namun, ketimbang rasa kasihan, yang gue rasain baik sebelum maupun sesudah mengetahui penyakit lo adalah rasa bersalah...

***

"Han, hari ini lo harus bikin gelang bareng gue," perintah gue sembari meletakkan semua bahan kerajinan tangan ke atas ranjang sih anak autis.

Dia menjatuhkan pensil yang ada di tangannya, "Gelang buat balreng aku kakak mau?"

"Iye gue mau, gue juga mau pake gelang kembaran ama lo."

"Hehehe gelang kembal sama kakak Lino, kakak Kelriting dan kakak Ayam."

"Gue gak bilang mau kembaran sama mereka. Gue cuman mau kembaran gelang sama lo doang."

[Minsung] Only One Reason: Your Precious SmileTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang