Part B : Malaikat-malaikat Tanpa Sayap - Chapter 7

133 14 0
                                    

-Third Person POV-

Jam besuk pasien tersisa kurang dari 30 menit. Lino menyesal telah menemani Lia lantaran kedatangan sang nanny yang terlalu ngaret.

Dari balik kaca pintu ruang rawat Han, Lino melihat sosok Hyunjin yang sedang menggambar bersama Han.

"Oh. Anda wali pasien paru-paru basah bernama Han Jisung."

Mengenali suara orang yang menyebut nama anak asuhnya, Lino menoleh ke arah orang tersebut, Dokter spesialis paru yang menangani Han, Dokter Junho.

"Kebetulan sekali. Bisakah kita membicarakan kondisi terkini Jisung di ruangan saya?" pinta Dokter Junho.

"Bisa, Dok." Lino refleks mengiyakan.

***

Ruang Konsultasi Dokter Spesialis Paru

Dokter Junho memperlihatkan sebuah dokumen berupa foto rontgen beserta kertas hasil pemeriksaannya, "Seperti yang Anda lihat, hasil rontgen thorax minggu ini menunjukkan masih terdapat banyak cairan di dalam paru-paru khususnya di bagian kanan paru-paru pasien. Ini artinya, kondisi Jisung tak kunjung membaik melainkan memburuk secara perlahan."

"Memburuk secara perlahan...?"

"Dahak yang ada di dalam paru-paru Jisung kian banyak dibandingkan dengan hasil rontgen minggu-minggu sebelumnya. Jika dibiarkan, lama-kelamaan seluruh paru-parunya akan tertutupi cairan yang cepat atau lambat dapat menimbulkan komplikasi serius."

Sang Dokter mengambil secarik kertas, hendak menuliskan gejala dan diagnosis pasien, "Mungkin saya telat menanyakannnya, apakah Jisung sering batuk di depan Anda?"

Pertanyaan tersebut menyentil keras logika Lino. Mengapa ia tidak menaruh curiga? Pasalnya selama dirawat di RS, Lino tak pernah sekali pun melihat Han terbatuk-batuk padahal ia mengidap penyakit paru-paru. Hal itu mungkin saja terjadi berkat efek obat yang manjur. Anggap saja benar begitu, lantas mengapa Han tak kunjung sembuh dari penyakitnya?

"Dia tidak pernah batuk di depan saya."

"Apa dia pernah mengalami kesulitan bernapas?"

"Ti-" Teringat akan suatu kejadian, suara Lino tertahan. "Dia pernah menekan dadanya beberapa hari yang lalu."

"Dada di sebelah mana? Ketika pasien melakukannya, bagaimana ekspresi wajahnya?"

"Seingat saya, di sebelah kanan. Wajahnya terlihat baik-baik saja. Saat saya menanyakan alasannya, dia bilang, dia sudah terbiasa mengalami nyeri ringan di dadanya. Katanya itu efek samping dari obat yang diminumnya...!" Detik itu juga, Lino seketika yakin bahwa Han telah membohonginya, Han tidak meminum obatnya.

"Efek obat, hm." Tampaknya sang Dokter memahami sesuatu, ia pun memberikan selembar kertas berisi rincian biaya berbagai operasi kepada Lino, "Ini hanya sekadar saran saya, sebaiknya Jisung menjalani operasi penyedotan cairan paru-paru. Dengan demikian, semua antibiotik dan vitamin yang diperlukan akan disalurkan melalui cairan infus sehingga ia tidak perlu meminum obat pengencer dahak yang menjadi pemicu nyeri di dadanya."

Operasi? Apakah itu pilihan yang paling tepat demi keberlangsungan hidup Han? Kendati merupakan keputusan yang mendesak, Lino tak berminat memikirkannya sekarang.

"Baik, Dok. Akan saya pertimbangkan."

***

Panti Asuhan Ulurkan Tanganmu

[Minsung] Only One Reason: Your Precious SmileTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang