Saat Joshua sadar, orang pertama yang ia lihat adalah pelatih renangnya, guru olahraga juga ada di sana menungguinya. Kepala sekolah datang tak lama kemudian."Kau sudah sadar?" Pelatihnya bertanya khawatir.
"Saem, ini jam berapa? Kita bisa terlambat ke pertandingan.... " Joshua hanya ingat satu hari sebelum pertandingan adalah hari ia mengalami kecelakaan. Ia harus bangun dan mengikuti pertandingan itu, ia sudah menghabiskan banyak waktu untuk berlatih, bekerja keras menyiapkan diri mengikuti kejuaraan ini. Walaupun harus menyeret tubuhnya, ia harus datang ke pertandingan itu. Sampai ke final bukanlah hal yang mudah, Joshua sudah mengorbankan banyak waktu dan tenaga untuk sampai ke titik ini. Ia tidak ingin menyerah di sini.
"Kita harus berangkat sekarang, kita bisa terlambat..." Joshua memaksakan diri bangun dari tempat tidur, namun guru olahraga-nya segera berjalan maju menahan Joshua untuk kembali berbaring. Pelatihnya berbalik badan, menyembunyikan wajah sedihnya. Kepala sekolah hanya berdiri tanpa kata-kata.
"Sekarang kau istirahat dulu... " ucap guru olahraga menahan bahu Joshua untuk tetap berbaring.
"Saem, kita harus datang ke pertandingan itu..." Joshua mulai merasakan perasaan tak nyaman, seolah-olah ada sesuatu yang sedang mereka sembunyikan darinya.
"Aku harus memenangkan juara satu, aku ingin ayahku melihatku naik podium satu. Aku ingin membuatnya bangga... " Joshua mulai memaksakan diri bangun, memberontak saat guru olahraga memeganginya.
"AKU HARUS PERGI KE PERTANDINGAN ITU!" Ia mulai histeris, mendorong guru olahraga hingga pria itu jatuh ke lantai.
Joshua turun dari tempat tidur, ia berlari ke arah pintu, pelatih dan kepala sekolah segera menahannya, tapi Joshua seperti orang kesetanan, ia mendorong siapapun yang mendekatinya. Hatinya sudah merasakan sesuatu yang tidak beres. Perasaan takut dan gelisah seolah mencengkeram jantungnya hingga membuat tak bisa bernapas.
Kedua kakinya masih lemah, baru beberapa langkah tubuhnya terhuyung. Joshua jatuh dengan keras ke lantai.
"JOSHUA-YA!" Kepala sekolah berlari ke arahnya, membantunya berdiri, namun didorong hingga jatuh ke belakang. Joshua tidak membiarkan siapapun mendekatinya.
"Aku harus datang ke pertandingan itu... " gumamnya lemah. Ia mencoba bangun, menopang tubuhnya dengan kedua tangan. Namun, saat menggerakkan tangan kanannya, ia tak dapat merasakan apapun. Joshua menatap tangan kanannya yang sama sekali tidak terluka, bahkan luka gores kecil pun tidak ada. Itu tampak baik-baik saja, tapi ia tidak bisa merasakan tangannya sendiri. Ada apa denganku?
Ia mencoba mengepalkan tangan kanannya, tapi jari-jarinya sama sekali tidak mau bergerak. Ia tidak bisa menggerakkan tangannya; tak bisa merasakan tangannya sendiri.
"Ini... ini..... " Ia bergumam lirih. Mengangkat kepalanya untuk melihat tiga pria yang menungguinya. Pelatihnya berbalik badan, tidak mau memperlihatkan air matanya. Guru olahraga-nya hanya diam kehilangan kata-kata, dia menunduk tidak mau menatap mata muridnya. Kepala sekolah yang memiliki rambut abu-abu mendekati Joshua, berniat membantunya berdiri.
"Ada apa denganku? Kenapa... kenapa aku tidak bisa merasakan tanganku sendiri?" Joshua menatap tiga orang di sana, tapi tidak ada satupun dari mereka yang mau menjawab. Wajah semua orang terlihat sedih, bahkan untuk melihat wajah Joshua mereka tidak tega.
Ekspresi orang-orang itu semakin membuat perasaannya tidak enak, Joshua menjadi semakin ketakutan.
"ADA APA DENGANKU?! APA YANG TERJADI PADA TANGANKU?! KENAPA AKU TIDAK BISA MERASAKAN TANGANKU SENDIRI.... " Joshua mulai menangis histeris. Kepala sekolah tidak mengatakan apa-apa, dia hanya memeluk pemuda itu dengan erat, membiarkannya menangis untuk melepaskan semua beban di dadanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dead Wood [JIHAN FANFICTION]
FanfictionJeonghan salah paham dengan kasih sayang yang diberikan pria itu padanya, tanpa sadar ia menjadi serakah dengan kasih sayang dan cinta pria itu. Ia menuntut lebih dari yang seharusnya. Sampai suatu hari pria itu pergi dan tak kunjung kembali. Jeongh...