Di perjalanan ke perusahaan, mereka berhenti di sebuah kafe untuk sarapan. Jeonghan tidak mengungkit soal ulang tahun ayahnya, jadi Joshua pikir lelaki itu sudah menyerah. Mereka berdua sarapan pagi di satu meja, duduk di sisi berseberangan, saling berhadapan. Meja makan hening, tidak ada obrolan atau sekadar perbincangan singkat. Joshua makan dalam diam, lelaki di hadapannya juga makan dengan tenang, dia bahkan terus menunduk menyembunyikan wajah indahnya.Joshua menyendok sup di depannya, menyuapkan sup hangat itu ke mulutnya sembari tatapannya tak meninggalkan lelaki itu sebentar pun. Lelaki itu terus menghindari menatapnya, entah memang enggan atau takut. Entahlah, Joshua tidak ingin tahu.
Jeonghan bekerja seperti biasa, dia tidak banyak bicara. Joshua pikir lelaki itu sudah melupakan ide untuk pergi ke makan ayahnya.
Tapi, ketika istirahat makan siang tiba, Joshua tak bisa menemukan lelaki itu. Jeonghan tak berada di meja kerjanya, Joshua mencoba menelepon berkali-kali, namun teleponnya tidak kunjung dijawab. Joshua mendengar suara dering ponsel, berjalan ke belakang meja Jeonghan dan membuka salah satu laci. Ternyata lelaki itu meninggalkan ponselnya di dalam laci meja kerja.
Joshua pergi ke kantin, dia mencari lelaki itu di seluruh penjuru kantin, namun tidak menemukan sosoknya.
Di tengah ruangan kantin yang ramai oleh karyawan yang sedang istirahat makan siang, Joshua berdiri di tengah ruangan dengan napas terengah-engah, memerhatikan sekitar mencari sosok lelaki itu. Suara banyak orang di sekitarnya dan lalu-lalang orang yang melewatinya, aroma perfum banyak orang yang bercampur membuat kepalanya berdenyut, pandangannya berputar, perutnya mual, telinganya berdengung.
Tiba-tiba terpikir olehnya bahwa lelaki itu memang tidak bisa melupakan ayahnya. Dia (ayahnya) masih menjadi orang terpenting bagi Jeonghan, pria nomor satu di hatinya.
Kenapa Joshua merasa marah ketika berpikir bahwa dirinya bukan siapa-siapa bagi lelaki itu? Tapi, kenyataannya memang begitu bukan? Mereka berdua tidak punya hubungan apa-apa; tidak ada ikatan apa-apa diantara mereka berdua. Lelaki itu tinggal di rumah utama karena keinginan ayahnya sebelum meninggal. Jeonghan tidak pergi karena ayahnya ingin dia tinggal.
***
Matahari bersinar terik siang itu. Lelaki itu berjongkok di tengah area pemakaman yang luas, dia membawa buket bunga dan kotak kue ulang tahun. Mengeluarkan kue ulang tahun dari kotaknya, lelaki itu menaruh lilin-lilin kecil warna-warni di atas kue ulang tahun dan mengambil korek api dari sakunya. Karena di luar ruangan dan angin berhembus cukup kencang, lelaki itu kesulitan menyalakan api di lilin. Dia mencoba berkali-kali, tapi api di sumbu terus mati karena tertiup angin. Akhirnya lelaki itu menyerah, berhenti mencoba menyalakan lilin. Toh yang berulang tahun tidak bisa meniup lilin ulang tahunnya. Fakta yang membuat hati Jeonghan terasa hampa.
Dia memegang kue ulang tahun tanpa nyala lilin itu di kedua tangannya.
Bibirnya tersenyum, dia mulai menyenandungkan lagu selamat ulang tahun dengan kue putih cantik yang tidak terlalu besar di tangannya.
Ketika mereka tinggal bersama, setiap hari Jeonghan selalu duduk di depan televisi menunggu pria itu pulang kerja. Saat mendengar suara pintu terbuka, dia langsung melompat turun dari sofa, berlari ke arah pintu seperti anak kecil yang tidak sabar. Dia langsung berlari ke pelukan pria itu.
Hari itu Jeonghan melihat pria itu membawa banyak kotak hadiah dan buket bunga.
"Untukku?!" Dia bertanya dengan wajah sumringah dan penuh semangat. Jeonghan pikir lelaki itu membelikannya banyak hadiah dan buket bunga.
Pria itu hanya tertawa kecil sembari berjalan masuk, Jeonghan mengikutinya seperti anak anjing kecil.
"Hadiah dari karyawan di perusahaan. Beberapa dikirim dari rekan bisnis." Pria itu berkata sembari meletakkan paper bag ukuran besar yang penuh dengan kotak hadiah, dia juga mendapat banyak buket bunga dan kartu ucapan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dead Wood [JIHAN FANFICTION]
FanfictionJeonghan salah paham dengan kasih sayang yang diberikan pria itu padanya, tanpa sadar ia menjadi serakah dengan kasih sayang dan cinta pria itu. Ia menuntut lebih dari yang seharusnya. Sampai suatu hari pria itu pergi dan tak kunjung kembali. Jeongh...