Suara gaduh terdengar dari salah satu bilik toilet laki-laki. Bilik paling ujung. Suara erangan kesakitan bisa terdengar, suara pukulan terdengar jelas di toilet sekolah yang sepi itu. Dua siswa berdiri di depan toilet menjaga, mereka akan mengusir kalau ada siswa lain yang ingin ke toilet, selain itu mereka juga berjaga-jaga kalau ada guru yang datang.Sepatu mahal dengan merek ternama itu sekali lagi menendang perut siswa yang meringkuk di lantai dingin bilik toilet, siswa itu tampak kesakitan, namun dia sama sekali tidak melawan, hanya erangan kesakitan yang terkadang lolos dari bibirnya yang berdarah. Wajahnya penuh dengan luka lebam dan darah sampai-sampai orang tidak akan mengenalinya.
Siswa itu meringkuk di lantai, kesakitan. Empat siswa lain sepertinya masih belum merasa puas setelah memukulinya sampai babak belur.
Napasnya terengah-engah kesakitan, keringat sudah membasahi seragamnya yang dipenuhi bercak darahnya sendiri. Dia batuk kering, meludahkan darah segar dari mulutnya.
"Sudah sudah, berhenti. Jalang ini sudah hampir mati." Salah satu siswa yang ikut memukulinya berbicara, menghentikan ketiga temannya yang masih memukuli siswa di lantai itu dengan mata haus membunuh mereka.
Mereka berhenti memukuli. Satu siswa menatapnya untuk beberapa detik, lalu meludah ke wajah penuh luka pemuda yang meringkuk tak berdaya di lantai. Keempat siswa itu pergi setelah merasa puas memukuli siswa itu.
Bel berbunyi, istirahat pertama sudah berakhir, semua murid kembali ke kelas mereka masing-masing.
Jeonghan meringkuk di lantai toilet yang dingin. Mencengkeram perutnya yang kesakitan karena tendangan dari beberapa orang tadi. Ia mengerang kesakitan sembari sesekali terbatuk kering, keringat dingin membasahi seragam sekolahnya yang bernoda darah. Ah, sial aku ketinggalan kelas lagi. Pikirnya.
Ia perlahan-lahan bangun, berpegangan pada kloset di dekatnya. Dengan susah payah Jeonghan berhasil duduk di lantai, punggungnya bersandar pada kloset. Matanya yang indah sudah bengkak dan lebam, memerah seolah matanya sudah berubah menjadi darah. Ada luka robek di pelipis dan bibirnya.
Semua orang membenci wajah cantiknya, orang-orang bilang wajahnya seperti pelacur, jadi mereka ingin menghancurkannya. Mereka merasa muak dan jijik dengan wajahnya yang seperti perempuan, hanya dengan alasan itu ia dibenci di sekolah, sekelompok siswa akan datang dan memukulinya hanya karena mereka tidak suka melihat wajahnya. Jeonghan tidak peduli. Sekali pun ia dipukuli sampai mati, ia tidak akan melawan. Ia juga membenci wajahnya sendiri, wajah cantik seperti perempuan yang membuat hidupnya sengsara. Ia hanya diam menerima dirinya dipukuli, yeah, lebih baik ia dipukuli agar orang-orang itu merasa lebih baik. Mungkin dengan memukulnya rasa muak dan jijik mereka akan sedikit berkurang.
Sembari menahan sakit di sekujur tubuhnya, Jeonghan hanya bisa menunggu sekolah hari ini berakhir agar ia bisa mengambil tasnya yang masih tertinggal di dalam kelas. Lagipula tidak akan ada yang menyadari kalau satu murid di dalam kelas tidak masuk, tidak akan ada yang menyadari kalau bangkunya kosong. Tidak ada orang yang pernah melihatnya, seolah-olah semua orang di sekolah tidak menganggapnya ada.
Jeonghan duduk bersandar di kloset, ia menunggu sembari menahan rasa sakit sampai ketiduran. Setelah sekolah berakhir, itu sudah hampir pukul 23:00. Jeonghan diam-diam pergi ke kelasnya untuk mengambil tas, lalu pulang dengan menyeret tubuhnya yang kesakitan.
Pulang. Kata yang terlalu menggelikan bagi Jeonghan. Karena sebenarnya, ia tidak pernah benar-benar memiliki tempat tinggal. Satu minggu ini ia tinggal di gudang penyimpanan di supermarket tempatnya bekerja paruh waktu. Satu minggu lalu, saat ia pulang dari sekolah Jeonghan mendapati semua barang-barangnya sudah dilemparkan ke luar oleh bibi pemilik flat yang ia sewa. Jeonghan menunggak uang sewa selama tiga bulan, ia diusir begitu saja tanpa tempat tujuan. Ia tidak memiliki orang tua atau pun saudara yang bisa jadikan tempat bergantung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dead Wood [JIHAN FANFICTION]
FanficJeonghan salah paham dengan kasih sayang yang diberikan pria itu padanya, tanpa sadar ia menjadi serakah dengan kasih sayang dan cinta pria itu. Ia menuntut lebih dari yang seharusnya. Sampai suatu hari pria itu pergi dan tak kunjung kembali. Jeongh...