Chapter 24

1.3K 134 56
                                    


Ruangan itu begitu hening. Tiga orang berdiri, Jeonghan berdiri sendirian di satu sisi, dua orang lainnya berdiri di hadapannya. Minghao cukup terkejut Joshua tiba-tiba mengumumkan hal tersebut di depan Jeonghan, awalnya ia pikir karena lelaki itu adalah asistennya dan hubungan mereka dekat jadi Joshua ingin membertahuinya, tapi Minghao merasa ada yang tidak beres dengan reaksi dua orang itu. Seolah-olah memberitahu Jeonghan adalah sebuah kebutuhan pribadi bagi Joshua dengan motif tersembunyi, dan atmosfer berat di dalam ruangan memberi Minghao sedikit titik terang.

Seperti dugaan awal, lelaki itu bukan sekadar asisten. Dia memiliki posisi istimewa bagi Joshua. Minghao menundukkan kepala, dia sama sekali tidak merasa cemburu atau kesal mengetahui fakta ini. Ia hanya merasa dirinya sangat konyol menjadi alat bagi Joshua untuk membuat lelaki itu cemburu. Tapi, dirinya juga sama saja. Menyetujui permintaan Joshua menjadi pacarnya karena ingin membuat Junhui marah dan cemburu. Minghao ingin mencemooh Joshua karena menggunakan cara kekanak-kanakan untuk membuat orang yang dia suka cemburu, tapi dirinya juga sama, jadi ia hanya bisa diam-diam menahan tawa. Sialan. Kenapa dia harus menyeretku ke dalam konflik hubungan mereka? Batin Minghao. Masalah asmaranya sendiri sudah rumit, dan sekarang Joshua menyeretnya menjadi orang ketiga. Tidak heran dia tiba-tiba mengajaknya berpacaran. Untuk alasan ini?

Jeonghan tidak mengucapkan sepatah kata pun. Ia hanya menatap Joshua dalam diam, tatapannya dalam, sepasang mata cokelat karamel itu tak bisa menyembunyikan luka yang ia rasakan. Wajahnya yang kurus tampak pucat, matanya merah dan basah seperti kelinci putih yang rapuh.

Tiba-tiba Joshua teringat kembali hari dimana ayahnya dimakamkan. Hari itu ia melihat Jeonghan begitu sedih, dari awal hingga akhir lelaki itu menangis di samping makam ayahnya. Bahkan ketika acara sudah berakhir dan semua orang pergi, lelaki itu masih menangis di sana seperti orang bodoh. Ketika hujan mulai turun ia memaksanya pergi dari sana, tapi Jeonghan bersikeras menemani di samping makam ayahnya. Joshua ingat betul wajah pucat Jeonghan pada hari itu ketika hujan mulai menjadi deras, ketika petir menggelegar dan akhirnya dia tumbang dalam pelukannya. Malam sebelum acara pemakaman ia telah mendapatkan foto-foto dari pengacara ayahnya, Joshua akhirnya tahu siapa lelaki itu dan apa hubungan dia dengan ayahnya.

Ia membenci lelaki itu, kebencian yang begitu dalam meresap sampai ke sumsum. Namun, sejak hari pertama lelaki itu muncul di depannya tanpa sadar Joshua sudah peduli padanya. Semua pikiran dan energinya terkuras hanya untuk lelaki itu, setiap hari tiada hari tanpa memikirkan cara balas dendam; cara menyakitinya dengan cara paling menyakitkan. Tanpa Joshua sadari sejak awal lelaki itu sudah masuk ke dalam pikirannya, menjadi satu-satunya orang yang selalu ia pikirkan siang dan malam seperti orang gila. Di atas nama kebencian tanpa sadar ia telah menjadikan Yoon Jeonghan pusat dunianya.

Joshua benci dengan perasaan sakit berdenyut di hatinya setiap kali melihat sepasang mata itu menatapnya dengan tatapan sedih. Ia memalingkan wajah, meraih tangan Minghao di sampingnya. Jeonghan memerhatikan tangan Joshua yang menggenggam tangan lelaki itu, jari-jari mereka terjalin dan Joshua menggenggam tangan itu dengan erat. Jeonghan memerhatikan semuanya. Diam-diam Minghao memerhatikan detail reaksi Jeonghan, memerhatikan setiap perubahan kecil di wajah cantik itu. Dari apa yang ia temukan Minghao mengambil kesimpulan bahwa dua orang ini saling mencintai. Lelaki itu terlihat begitu terluka dan sedih ketika Joshua menggenggam tangan orang lain, seolah-olah tak ingin orang lain mengambil miliknya.

Ketika Joshua menariknya pergi dari tempat itu Minghao tak punya pilihan selain mengikutinya, ia hanya mengikuti arus permainan saja. Ia juga masih membutuhkan Joshua untuk rencana pribadinya.

Jeonghan berdiri seorang diri di ruangan besar itu. Rasanya begitu sepi dan dingin. Ia menoleh ke arah pintu, sosok Joshua sudah tidak terlihat lagi. Kenapa semua orang meninggalkannya? Ayahnya pergi selamanya meninggalkannya, ibunya membuangnya, ayah Joshua pergi meninggalkannya, sekarang Joshua juga meninggalkannya sendirian. Kenapa? Apakah ia tidak pantas mendapatkan cinta dan kasih sayang? Kenapa semua orang tidak menginginkannya?

Dead Wood [JIHAN FANFICTION]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang