Chapter 17

1.7K 170 31
                                    


Setelah makan tteokbokki keduanya kembali ke mobil, dan mobil derek sudah ada di sana untuk membawa mobil yang mogok ke bengkel. Mereka pulang naik bus. Sudah lama sekali sejak terakhir kali Joshua naik bus, ia tidak ingat pasti kapan, sepertinya ketika ia masih sekolah? Entahlah, dia sudah agak lupa.

Itu adalah bus terkahir. Bus itu kosong, hanya mereka berdua yang naik. Bahkan jalanan yang selalu sibuk sekarang tampak lengang ditelan malam yang semakin larut.

Jeonghan mengambil tempat duduk di dekat jendela, Joshua mengikutinya dengan duduk di sampingnya.

Ia tidak percaya kalau di dalam bus hanya ada mereka berdua. Jeonghan menoleh ke samping dan belakang, benar saja, hanya mereka berdua plus sopir di depan. Ia pernah mendengar cerita-cerita horor ketika masih di sekolah, konon ada bus hantu yang sering melintas di tengah malam menculik orang-orang. Jeonghan tiba-tiba jadi penasaran dan paranoid kalau-kalau bus yang sedang membawa mereka saat ini adalah bus hantu yang ada di dalam cerita.

Jeonghan mengintip ke depan, ingin melihat apakah kaki sopi bus menapak lantai atau tidak. Kalau tidak sudah bisa dipastikan ini benar bus hantu. Di sampingnya, Joshua memerhatikan tingkah aneh lelaki itu.

"Apa yang sedang kau lakukan?" Joshua bertanya, kedua tangannya terlipat di depan dada dengan punggung bersandar di kursi bus, dia tampak sangat santai.

"Apa kau pernah dengar cerita bus hantu? Anak-anak di sekolah dulu sering menceritakan itu." Jeonghan sedikit berbisik, berbicara sembari menatap wajah pria di sebelahnya.

"Kau percaya cerita seperti itu?" Joshua melirik wajah serius orang di sampingnya.

"Oleh karena itu," Jeonghan mendekatkan wajahnya, berbisik di samping wajah Joshua "aku ingin memastikan apakah kaki sopir bus menapak atau tidak. Kalau tidak sudah bisa dipastikan ini bus hantu."

Tuk!

"Ouh!"

Joshua menyentil kening lelaki itu seraya bergumam, "Konyol."

Jeonghan terpaku oleh senyuman hangat itu, dengan senyuman bodoh ia mengelus keningnya yang terkena sentilan ujung jari telunjuk Joshua. Jika saja Joshua lebih sering tersenyum seperti ini.... dia benar-benar pria yang sangat indah. Dia seperti lukisan yang hidup, berada di dekatnya seperti berada di bawah cahaya matahari musim semi, hangat namun juga menyejukkan.

Ia ingat sesuatu, Jeonghan merogoh saku jas mahalnya, mengeluarkan beberapa buah cokelat bulat yang masih terbungkus bungkusan berwarna emas yang berkilauan. Ia mengambilnya saat di pesta tadi bermaksud memakannya di perjalanan pulang.

Joshua duduk di kursi bus, pandangannya lurus ke depan. Karena dia bukan tipe orang yang suka mengagumi pemandangan kelap-kelip lampu kota di malam hari. Tiba-tiba sebuah telapak tangan muncul di depan wajahnya, ada cokelat bulat di telapak tangan halus itu. Joshua menoleh ke samping, di sana lelaki itu tersenyum padanya.

"Mau cokelat?" Lelaki itu menawarkan cokelat di telapak tangannya. Joshua hanya mengangkat sudut bibirnya, ia mengambil cokelat itu tanpa mengatakan sepatah kata pun. Dia membuka bungkus emas tersebut, cokelat itu beraroma manis dan terlihat sangat lezat. Alih-alih memakannya, Joshua memasukkan cokelat itu ke mulut orang di sebelahnya. Jeonghan hanya membelalakkan mata, mau tak mau mengunyah cokelat yang dimasukkan ke dalam mulutnya.

"Untukmu saja, aku tidak suka makanan manis." kata pria itu seraya mengusap sudut mulut Jeonghan dengan ibu jarinya. Entah mengapa Jeonghan merasakan cokelat di dalam mulutnya sepuluh kali lipat lebih manis dari sebelumnya, rasa manis itu merambat ke jantungnya yang tidak mau tenang. Itu terus saja berdegup kencang, memukul dadanya dengan suara keras. Ia diam-diam berharap agar Joshua tak mendengar suara degup jantungnya.

Dead Wood [JIHAN FANFICTION]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang