18+ Chapter 27

937 75 17
                                    


Mobil itu memasuki halaman, berhenti di depan rumah besar yang sepi. Kedua tangan Joshua berada di setir, memegang setir tersebut erat. Ia duduk di dalam mobil memerhatikan rumah besar yang gelap, di luar maupun di dalam gelap tak ada satupun lampu yang menyala. Apakah lelaki itu sedang pergi? Pikir Joshua. Namun, Joshua teringat Jeonghan baru saja keluar dari rumah sakit karena pingsan di tempat kerja. Tiba-tiba Joshua menjadi panik, jangan-jangan lelaki itu pingsan lagi! Pikirnya panik. Ia keluar dari mobil, berlari masuk ke rumah. Ketika ia membuka pintu, pintu itu ternyata tidak terkunci. Joshua menjadi semakin panik. Bagaimana pintu rumah bisa dibiarkan tidak dikunci?

Di dalam rumah gelap gulita, tak ada satupun lampu yang menyala. Joshua berlari masuk, menyalakan lampu ruang tamu. Tapi, ruangan itu kosong. Ia masuk ke ruangan tengah, menyalakan lampu. Ruangan itu masih rapi seperti sebelumnya. Joshua berjalan ke arah dapur, menyalakan lampu.

Di atas meja makan ia melihat botol minuman beralkohol yang sudah kosong berserakan di atas meja. Joshua melihat punggung kurus lelaki itu duduk di depan meja makan, kepalanya sudah berada di atas meja entah tertidur atau pingsan.

‌Joshua berdiri di depan pintu dapur, menatap botol kosong di atas meja dengan tatapan marah. Dia baru saja keluarga dari rumah sakit, tapi justru minum sampai sebanyak ini? Apa dia ingin mati? Pikir Joshua marah. Ia berjalan mendekati meja makan, Aroma alkohol begitu menyengat di hidungnya. Ada delapan atau tujuh botol kosong di atas meja. Joshua mengalihkan pandangannya ke arah lelaki Itu, wajah Jeonghan tertutup rambut jadi Joshua tidak bisa melihatnya dengan jelas. Bau alkohol begitu kuat tercium, lelaki itu mabuk sampai tidak sadarkan diri. Joshua berjongkok di samping kursi Jeonghan, Mendekati lelaki yang tidak sadarkan diri itu. Joshua berlutut di lantai, ia mencondongkan tubuhnya ke arah lelaki itu, mengulurkan tangannya untuk meningkirkan rambut yang menutupi wajah orang tersebut.

Kedua pipi Jeonghan merah karena pengaruh alkohol. Joshua membeku ketika menemukan ternyata pipi lelaki itu basah oleh air mata. Dia mabuk sampai tak sadarkan diri dan terus menangis dalam tidurnya?

Tanpa sadar tangan Joshua bergerak untuk menghapus air mata yang membasahi pipi lelaki itu. Ketika jarinya menyentuh kulit orang itu ia merasakan kulit Jeonghan sangat panas. Dengan gerakan lembut jari-jari Joshua bergerak menghapus air mata yang membasahi pipi merah itu. Joshua teringat kembali ketika lelaki itu menangis di makam ayahnya, bahkan ketika hujan turun dia dengan keras kepala tidak mau pergi dari sana, bersikeras mengatakan ingin menemani di samping makam ayahnya. Saat itu Joshua merasa sangat marah, tapi di sisi lain ia juga merasa lelaki itu sangat konyol dan menyedihkan.

Sama seperti hari itu, hari ini Joshua juga marah karena sikap konyol lelaki di hadapannya. Tapi, dalam kemarahannya Joshua masih menghapus air mata di pipinya dengan lembut seperti hari itu.

Jari-jari di pipi lelaki itu yang tadi menghapus air mata sekarang bergerak lembut membelai pipi memerah yang terasa panas. Mata hitam Joshua yang marah berangsur-angsur berubah menjadi tatapan lembut. Ia kemudian berdiri, membungkuk meletakkan tangannya di belakang lutut Jeonghan dengan tangan lainnya berada di punggung kurus lelaki itu. Joshua mengangkat tubuh kurus itu, membawanya ke kamar tidur. Kepala Jeonghan bersandar di dada Joshua. Lelaki itu bergerak sedikit, tapi tidak bangun. Dalam tidurnya Jeonghan bermimpi dipeluk oleh Joshua, bermimpi mendengarkan detak jantung pria itu dan menghirup aroma yang akrab.

Dengan hati-hati Joshua naik ke tempat tidur, meletakkan tubuh kurus itu di tempat tidur. Joshua sekali lagi menyentuh wajah kecil itu. Kulitnya terasa panas karena mabuk. Joshua kemudian turun dari tempat tidur, pergi ke kamar mandi mencari handuk. Ia membasahi handuk kecil itu dengan air dingin, lalu kembali ke tempat tidur untuk membasuh wajah dan leher Jeonghan dengan handuk basah dingin. Jeonghan menggeliat, menghindari handuk dingin yang menyentuh kulitnya seperti kucing yang takut air. Joshua memegangi lengannya, membasuh wajah dan lehernya yang memerah seperti demam.

Dead Wood [JIHAN FANFICTION]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang