18+ Chapter 9

3.6K 196 17
                                    


Dinding putih, tirai putih yang terbang tertiup angin, lampu terang di langit-langit terasa menyakitkan kepala. Selama berbulan-bulan Joshua berada di rumah sakit, pemulihan cedera tangannya berlangsung lama. Ia harus minum banyak obat setiap hari tiga kali sehari, bahkan mencium bau obat sudah membuat perutnya mual. Menjalani terapi melelahkan setiap hari. Hari terus berganti, setiap pagi ketika membuka mata semuanya sama, hari yang membosankan dan melelahkan kembali datang.

Kamar rumah sakit sangat sepi, begitu hening hingga rasanya sangat menakutkan. Hal yang paling menakutkan di dunia ini adalah kesendirian, kesepian seolah-olah ia hanya titik kecil sendiri di ruang tanpa batas hampa udara, rasanya sesak, gelap dan dingin.

Guru olahraga, pelatihnya, kepala sekolah dan Seungkwan setiap hari datang menemani, namun mereka punya kesibukan yang tidak bisa ditinggal, jadi Joshua selalu sendirian di siang hari. Berbaring di ranjang, berdiri di dekat jendela, atau sesekali keluar hanya untuk duduk sendirian di bangku taman rumah sakit. Menyaksikan beberapa pasien duduk di bangku taman ditemani anggota keluarga mereka, di kejauhan pasien duduk di kursi roda didorong oleh anggota keluarga yang dengan setia menemani; merawat anggota keluarga mereka yang sakit.

Tidak ada yang ingin berada di rumah sakit untuk waktu lama, setidaknya jika ada anggota keluarga yang menemani, memberi semangat; menjadi teman bicara itu akan mengurangi rasa sakitnya. Tapi, bahkan anggota keluarganya satu-satunya enggan menginjakkan kaki ke rumah sakit mengunjunginya. Ayahnya, satu-satunya keluarga yang ia miliki.

Joshua berbaring di ranjang rumah sakit, dalam kesunyian memandangi langit-langit putih di kamarnya. Sesekali ia akan melihat ke arah pintu, berharap ayahnya akan datang walau sudah sangat terlambat. Pria itu mungkin akhirnya mendapatkan waktu luang di hari-harinya yang sibuk dan datang ke rumah sakit untuk melihat putranya yang sedang dirawat.

Joshua masih berharap, ia menunggu setiap hari. Hari terus berganti, detak jarum jam terus berjalan; waktu tak mau beristirahat barang sebentar. Harapannya semakin tipis, kemungkinan ayahnya datang semakin kecil.

Joshua bertanya-tanya hal apa yang membuat pria itu enggan melangkahkan kakinya ke rumah sakit untuk melihat putranya walau hanya sebentar? Apakah sekarang sudah ada orang spesial di sisi ayahnya yang jauh lebih penting darinya? Pria itu sudah mendengar bahwa putranya mengalami kecelakaan, dia juga tahu di mana rumah sakit tempat Joshua dirawat, tapi sampai setangah tahun Joshua di rumah sakit pria itu tak pernah sekali pun muncul di sana.

Harapan yang ia genggam erat; keyakinan bahwa pria itu akan datang melihatnya akhirnya luruh seiring hari yang terus berganti. Joshua akhirnya menyadari bahwa ayahnya tak akan muncul di sana. Ia akhirnya sadar bahwa selama ini ayahnya memang tak pernah menganggapnya ada, tak pernah melihatnya, keberadaannya tak pernah berarti untuk pria itu.

Walaupun sekretarisnya datang membayar tagihan rumah sakit secara berkala, tapi pria itu tak pernah muncul seolah ia hilang. Sekretarisnya juga tak pernah mengatakan apa-apa, semua orang yang ada di sekitar ayahnya diam, mereka tahu sesuatu, tapi mereka memilih menutup mulut. Bahkan jika mereka bicara, mereka tak bisa membantu.

Joshua hanya ingin pria itu datang, walau hanya sebentar tak apa. Tak apa jika dia tak punya waktu untuknya, Joshua hanya ingin ada seseorang yang mengatakan padanya, "Shua-ya, tidak apa-apa, semua akan baik-baik saja..." "Jangan takut, ayah di sini."

Joshua tidak menginginkan banyak dari pria itu, ia hanya ingin pria itu datang dan memberinya semangat. Mengatakan padanya bahwa semua akan baik-baik saja, mengatakan dia ada di sana untuknya jadi Joshua tidak perlu takut atau khawatir.

Namun, sampai Joshua keluar dari rumah sakit, pria itu tak pernah muncul di sana. Kata-kata yang ingin Joshua dengar dari mulut ayahnya hanya menjadi sebuah harapan kosong yang tak pernah bisa menjadi kenyataan.

Dead Wood [JIHAN FANFICTION]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang