Joshua dibangunkan dengan sakit kepala hebat. Ia minum terlalu banyak tadi malam. Mengerang pelan, memegangi kepalanya yang sakit seolah-olah akan terbelah menjadi dua. Perlahan membuka mata yang terasa berat. Joshua menatap langit-langit, menoleh untuk melihat ruangan itu.
Ia terbaring di ruangan yang mirip seperti gudang, ya, itu memang gudang. Ruangan kecil dengan rak besi berisi kotak-kotak kardus. Tubuhnya terbaring di ranjang lipat kecil di sudut ruangan. Joshua tidak ingat bagaimana dirinya bisa berakhir tidur di dalam gudang, ia hanya ingat tadi malam Dokter Xu mengundangnya ke bar milik temannya lalu ia minum untuk melampiaskan pikiran yang kacau.
Sembari memegangi kepalanya yang sakit Joshua bangun dari ranjang kecil itu, sekujur tubuhnya sakit, punggung dan lehernya sakit karena semalaman tidur di ranjang lipat yang sangat tidak nyaman. Ia mengingat-ingat apa yang terjadi semalam, kenapa ia bisa mabuk dan tidur di gudang.
Gambar Jeonghan berdiri di kejauhan muncul dalam kepalanya. Senyum cerah lelaki itu memudar; hilang tergantikan oleh ekspresi terkejut. Dia berdiri di sana menatap apa yang ia lakukan. Wajah cantik itu membeku, ekspresinya lebih banyak ekspresi tak percaya dengan apa yang dia lihat. Joshua mencium lelaki di depannya, tapi matanya terus menatap Jeonghan di kejauhan; memerhatikan detail ekspresi di wajah cantik itu. Yoon Jeonghan tampak menyedihkan, Joshua senang dengan reasik di wajah itu. Ini yang ia harapkan dari tindakannya. Ia sudah menantikan saat-saat ini dimana ia akan menjatuhkan lelaki itu sejatuh-jatuhnya hingga berkeping-keping. Mengambil hatinya sebelumnya menghancurkannya.
Bukankah seharusnya ia merasa bahagia melihat reaksi di wajah itu? Tapi, kenapa dadanya sesak melihat ekspresi terluka di wajah itu? Kenapa hatinya terasa sakit melihat wajah cantik itu berubah sendu? Bukankah ini rencananya sejak awal? Rencana yang telah ia siapkan sejak jauh hari. Bukankah menghancurkan hatinya adalah rencananya? Bukankah ini yang ia inginkan? Kenapa hatinya sakit melihatnya terluka? Kenapa?
Joshua menunduk, menopang kepalanya dengan kedua tangan. Duduk di ranjang lipat dengan sakit kepala. Ingatan saat lelaki itu berbalik badan dan berjalan keluar dari bar berulang-ulang terus muncul di kepalanya. Ia ingat perasaan hampa di hatinya ketika Jeonghan berjalan keluar dari bar semalam, meninggalkan tempat itu; meninggalkan dirinya dengan perasaan berat di hatinya. Joshua tidak ingat apa-apa lagi setelah itu, ia terlalu banyak minum. Bahkan sampai detik ini perasaan hampa dan sesak masih memenuhi hatinya. Joshua tak mengerti dengan dirinya sendiri, ia tak mengerti apa yang sebenarnya ia inginkan.
Pintu gudang terbuka, seorang pria tinggi masuk membawa kotak kardus minuman. Joshua mengangkat kepala, melihat orang yang masuk. Itu adalah teman Xu Minghao, pemilik bar. Kim Mingyu.
"Dimana Dokter Xu?" tanya Joshua.
"Pagi ini dia mengirim pesan mengatakan ada urusan pribadi." kata Mingyu seraya berjalan ke rak besi, menaruh kotak kardus yang ia bawa ke rak.
"Semalam kau mabuk berat, jadi dia meninggalkanmu di sini." jelas Mingyu.
"Jam berapa sekarang?" Joshua menggaruk kepalanya, bertanya pada pria itu.
"Jam 8." Mingyu melirik arlojinya.
"Kau punya rokok?" Joshua mengangkat kepala menatap orang di depannya.
"Aku tidak merokok, tapi pacarku mungkin punya." Mingyu keluar dari gudang, beberapa menit kemudian ia datang lagi membawa rokok dan korek api. Dia bilang itu milik pacarnya.
Kim Mingyu membuka bar itu bersama kekasihnya sejak tiga tahun lalu, Joshua dengar dari Minghao kalo dia dan Mingyu sudah bersahabat sejak SMA. Bersama dengan kekasihnya dia menjadi pengusaha sukses di usia muda, memiliki bar dan kafe. Kekasih Mingyu adalah mantan atlet e-sport yang sekarang lebih fokus berbisnis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dead Wood [JIHAN FANFICTION]
FanficJeonghan salah paham dengan kasih sayang yang diberikan pria itu padanya, tanpa sadar ia menjadi serakah dengan kasih sayang dan cinta pria itu. Ia menuntut lebih dari yang seharusnya. Sampai suatu hari pria itu pergi dan tak kunjung kembali. Jeongh...