"Heyoo ibunda. Lihat jeli kopi Repa tidak?"
Seorang gadis yang baru saja menutup pintu kulkas itu berseru ria seraya melirik ibunya yang tengah menyeduh kopi tak jauh darinya.
Kirana, sang ibu itu tampak melirik ke arah putrinya sekilas, sebelum akhirnya menjawab. "Yang dalem cup bening bukan?"
Reva mengangguk antusias. "Hooh. Liat gak, Mah?" tanyanya.
Kirana mengangguk polos dengan tangan yang sibuk mengaduk kopi di dalam gelas. "Tadi sore di bawa Nathan," balasnya.
Mendengar ucapan lempeng sang ibu, Reva menurunkan bibirnya ke bawah. Rautnya yang tadi ceria kini berubah tak mengenakan. "Dia dimana?" tanyanya dingin.
Kirana menaikan satu alisnya, dia meneliti wajah Reva sesaat. "Sok-sok'an datar-datarin muka. Bukannya keliatan cool malah cem hantu muka rata," ucap Kirana.
Reva tak langsung menjawab, gadis itu balas menatap Kirana tanpa ekspresi sedikitpun. "Gausah mulai deh, Mah. Dimana Nathan?" tanyanya.
Kirana mencebikan bibirnya, anaknya ini kenapa berubah tidak seru seperti ini? Pikirnya.
"Kayaknya di kamarnya. Mama gak liat juga dari tadi sore," jawab Kirana. Tangannya mulai meraih gelas kopi, berjalan melewati Reva dan dapat di tebak bahwa Kirana akan pergi menuju halaman belakang. Tentunya guna berduaan dengan sang suami. Dah hapal Reva mah soal kelakuan Kirana kalau Mahes sudah pulang ke rumah.
Reva berbalik arah, berjalan menuju tangga dengan langkah yang segaja ia hentak-hentakan. Saat sampai di atas, Reva segera berjalan menuju kamar Nathan. Mendobrak pintu kamar Nathan dan langsung nyelonong masuk ke dalamnya. "Balikin Jeli kopi gue," pinta Reva dengan nada dinginnya.
Merasa tak mendapati jawaban, Reva mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru kamar Nathan. Kosong. Reva sama sekali tak mendapati sosok Nathan disana.
"Ish, nyebelin banget sih! Kemana coba?!" ucapnya dengan kesal. Percuma! Yah, percuma dari beberapa menit lalu Reva berusaha bertingkah dingin, karna mau bagaimanapun Andara Reva tak kuat mempertahan itu. Jiwa bar-barnya tak mengijinkan Reva untuk pindah haluan. Rasanya kaku kalau Reva mempertahankan wajah tanpa ekspresinya. Ia jadi heran mengapa beberapa temannya hebat sekali mempertahankan wajah seperti itu?
Dengan langkah kasar dan kaki yang ia hentak-hentakan di lantai, Reva berjalan menuju kamar mandi yang ada di kamar Nathan. Mengetik pintu dan berseru dengan heboh. "WOY BADAK! LO DI DALEM?!"
Tak ada jawaban, hal itu membuat Reva memanyunkan bibirnya kesal. Arrgh, kenapa moodnya semakin bertambah jelek saja?
Dengan kesal Reva berbalik arah. Memilih keluar dari kamar Nathan dan masuk ke kamarnya yang berada tepat di samping kamar Nathan.
Reva membuka pintu kamarnya, lalu kembali menutupnya dengan tenaga yang luar biasa. Terbukti dengan bunyi 'braakk' yang terdengar keras.
Reva berjalan mendekat ke arah ranjangnya, mulutnya terus saja mengoceh dan menyumpah serapahi Nathan. Tanpa tau kalau seseorang tengah memperhatikannya dengan kening yang berkerut.
"Sial, sial, sial, sial, sila, eh salah. Au ah. Pokoknya tuh badak kudu gantiin makanan gue. Titik!" gumam Reva.
"Makanan apa? Gue ada gitu ngambil makanan lo?"
Reva melotot saat suara Nathan secara tiba-tiba masuk ke gendang telinganya. Dia melirik ke arah ranjangnya, dan seketika emosinya langsung naik ke kepalanya.
"NGAPAIN LO?!" teriak Reva seraya berjalan ke arah Nathan yang tengah tengkurap di atas kasur Reva dengan laptop gadis itu yang menyala di depannya. Menampilkan sebuah serial anime yang baru saja keluar beberapa minggu lalu.
KAMU SEDANG MEMBACA
HAMA [COMPLETED]
Novela JuvenilBagi Reva, Nathan adalah Hama. Bagi Reva, kakak angkatnya itu adalah makhluk paling meresahkan yang pernah ia temui. Dan bagi Reva, hidup tanpa Nathan adalah impian jangka panjangnya. Bagi Nathan, Reva adalah adik yang sangat menggemaskan. Saking me...