Pagi ini suasana meja makan keluarga Syihab masih seperti beberapa hari yang lalu. Sepi dan adem. Reva dan Nathan masih belum berulah dan membuat kekacauan yang bisa menyebabkan rumah bagai dilanda bencana alam. Hal itu cukup membuat Kirana uring-uringan dan nyaris frustasi.
Seperti saat ini, Kirana tengah menuangkan air putih untuk suaminya dengan raut muka yang sungguh tak ada bagus-bagusnya. Wajahnya terlihat gusar, seperti cemas akan suatu hal.
"Aduh, Reva kapan sembuhnya, sih? Mama tiba-tiba kangen toanya dia," ujar Kirana.
"Sabar aja, Mah. Reva masih butuh waktu," balas Mahes.
Kirana membalasnya hanya dengan decakan pelan saja. Ibu rumah tangga itu memilih untuk duduk dan mulai menyendok makanan agar masuk ke mulutnya.
Beberapa saat suasana hening melingkupi meja makan, Kirana kembali membuka mulutnya. "Nat, hari ini kamu resmi jadi murid SMA Kebaktian, kan?" tanyanya.
Nathan dengan segera menelan nasi gorengnya. "Iya, Mah," balasnya.
Kirana mengangguk-nganggukan kepala, wanita itu mengangkat sendoknya dan mengarahnya ke arah Nathan. "Mama sama Papa titip Reva, ya, Nat. Jagain dia jangan sampe ketemu sama Alvaro. Kalau ketemu, hajar lagi aja si Alvaro-Alvaro itu."
Nathan mengangguk. "Pasti, Mah. Lagian kan Nathan pindah kesana buat Reva," ujarnya.
Kirana tersenyum lebar, bagus, keputusaannya untuk membuat Nathan tinggal disini tak sia-sia. "Maka---"
"HAWLO EPRIBADIH, PWINCESS IKUTAN MAKAN DONG. LAPER BANGET GILA."
Kirana langsung terbengong saat sebuah teriakan langsung memotong ucapannya. Mahes yang tengah minum, dengan refleks menyemburkan minumannya hingga membasahi lantai. Sedangkan Nathan yang sedang anteng-antengnya makan dengan segera mengangkat kedua tangannya guna melindungi telinga.
Reva, gadis yang sudah berseragam lengkap dengan tas pink mungil yang tersampir di punggung berjalan menghampiri seluruh anggota keluarganya. Raut heran Reva muncul saat dia menangkap tatapan-tatapan aneh milik keluarganya. Reva memperhatikan penampilan dirinya dari bawah, takut-takut ia salah kostum atau apa gitu. "Kalian ini kenapa? Apa pwincess hari ini sungguh sangat cantik hingga membuat kalian terpesona seperempat mati, kah?"
Kirana yang pertama bereaksi, wanita itu dengan segera bangkit dari duduknya dan langsung memeluk Reva sangat erat. "Ini beneran kamu, kan, Re?" tanyanya.
"Iyalah, masa setan rumahnya Pak Bondan," jawab Reva tanpa dosa.
Kirana tersenyum lebar, wanita itu melepaskan pelukannya dan menatap Reva intens. "Coba sebutin kesukaan kamu apa?"
Reva memutar bola mata, ibunya ini mulai lagi bertingkah anehnya.
"Susu kotak stroberry, makanan pedes, dan hujat Nathan. Emm, Pwincess juga suka sama batagornya mang Aris. Kenapa? Mau beliin, ya?" jawab dan tanya Reva.
Senyum kirana semakin melebar, dia menepukan kedua tangannya tepat di depan muka Reva. "Sip, ini beneran Andara Reva anak teposnya Mama. Yaudah, ayo duduk. Mau makan, kan?" ujar Kirana seraya mengambil piring kosong dan mengisinya dengan nasi goreng.
Reva mengangguk dan dia dengan segera mendudukan diri di samping Nathan. Matanya menjelajah ruang makan ini, sungguh, rasanya dia rindu dengan ini semua. Setelah beberapa hari ia membenahi diri dan menguatkan mental, akhirnya dia berhasil melewati masa terpuruknya. Walau tak dipungkiri rasa takut masih sering menghantui dirinya. Tapi, demi dirinya sendiri dan orang di sekitarnya dia harus bangkit bukan?
"Nih, Re. Makan yang banyak, biar sehat," ucap Kirana seraya menyimpan piring di hadapan Reva.
Reva tersenyum, dia mengalihkan tatapannya ke arah piring. Sepersekian detik kemudian Reva membuka mulutnya tak percaya, netra hitamnya menyorot nasi di hadapannya dengan tatapan nyalang. "Mah, aku gak serakus Guguknya tante Mae tau. Kenapa ini banyak banget?" tanya Reva masih memperhatikan isi piringnya yang luar biasa banyak itu. Piring itu penuh dengan nasi goreng ditambah beberapa sayuran dan 3 potong ayam goreng. Serius, walau Reva sangat lapar, tapi ini sangat berlebihan.
"Gapapa, Re. Makan semuanya, ya, sayang, biar keren."
Reva menatap Mahes yang barusan berujar, bibirnya maju kedepan beberapa centi. "Papa~," rengeknya manja. Hal itu tentu saja membuat Nathan yang ada disampingnya bergidik ngeri.
Mendengar rengekan Reva, mahes terkekeh geli. Sungguh, rasanya ia ingin menguyel-uyel pipi Reva hingga gadis itu kejang-kejang di tempatnya.
Reva kembali menatap nasinya, dengan malas gadis itu mulai menyuapkan nasi itu ke mulutnya. Mengunyahnya penuh penghayatan hingga setengah dari nasi itu habis Reva telan.
Reva menggeser piringnya, dia kemudian meraih gelas berisi air mineral dan segera menegaknya. Setelahnya Reva menyandarkan punggung pada sandaran kursi dan menghela napas berat. "Hah, rasanya kenyang banget. Jadi pengen tidur lagi," ucapnya.
Mendengar kalimat yang keluar dari bibir Reva, Nathan dengan segera memukul kepala gadis itu hingga menciptakan ringisan lebay dari Reva. "Sekolah, onta," ujar Nathan.
Reva membrenggut. "Iya-iya, ini gue mau sekolah, kok," balasnya dan dirinya segera bangkit dari kursi. Menyalimi Kirana dan Mahes, setelahnya dia mulai berjalan meninggalkan ruang makan.
Langkah Reva terpaksa berhenti saat kirana memanggilanya. "Re, kemana kamu?" tanya Kirana.
Reva menepuk jidatnya pelan. Bukankah ibunya tahu kalau dirinya akan ke sekolah? Toh, dirinya sudah memakai seragam lengkap dan tentunya ia memakai tas juga.
"Ya ke sekolah atuh Ratu, masa pergi mengunjungi kebun binatang."
Kirana menggeleng pelan. "Bukan itu maksud Mamama, Re. Kamu mau kemana pergi sendiri gitu? Mulai sekarang kamu berangkat sama pulang bareng Nathan," jelas Kirana.
Reva sedikit melotot, sama Nathan katanya? Oh, ayolah Reva mana mau seperti itu. Dirinya sudah memutuskan kalau ia itu alergi Nathan. Ya, itu keputusannya sendiri.
"Mah, jangan dong. Itu artinya Reva menghambat Nathan. Nathan sama Reva kan beda sekolah, jadi Reva berangkat sendiri, ya?" tutur Reva.
Kirana bangkit dari duduknya dan berjalan menghampiri Reva. "No, no, no," ujarnya seraya menggerak-gerakan jari telunjuknya ke kanan kiri tepat di depan wajah Reva. "Lagian Nathan udah pindah ke Kebaktian," lanjutnya.
Reva seketika menjatuhkan rahangnya dengan ekspresi kaget. "Mah, se... serius?"
Kirana mengangguk mantap. "Tiga rius malah, Re. Udahlah kalian berdua berangkat sana. Ngerumpi bae kita," ujar Kirana. "Nathan, sana berangkat. Jangan duduk-duduk mulu cem aki-aki," lanjutnya yang kali ini sambil menatap pada Nathan.
Nathan dengan segera menuruti apa kata Kirana. Pemuda itu berjalan ke arah Mahes dan menyaliminya, berlanjut berjalan ke arah Kirana dan melakukan hal sama. Setelahnya, Nathan segera menarik tas Reva untuk keluar dari rumah. Tentunya setelah ia mengucapkan salam terlebih dahulu.
Setelah Nathan dan Reva sampai di luar rumah, Reva dengan segera menarik dirinya dari Nathan. Enak saja Nathan narik-narik dirinya. Apalagi nariknya via tas mahalnya lagi. Huh, sungguh tidak indah.
"Enak aja sentuh-sentuh barang gue," cibir Reva seraya berjalan terlebih dahulu ke arah garasi.
=====
Alhamdullilah Pwincess Repa dah normal lagi. Muehehehehehe.
Janlup vote ma krisar yah maniez😉----------∆TBC∆----------
KAMU SEDANG MEMBACA
HAMA [COMPLETED]
Teen FictionBagi Reva, Nathan adalah Hama. Bagi Reva, kakak angkatnya itu adalah makhluk paling meresahkan yang pernah ia temui. Dan bagi Reva, hidup tanpa Nathan adalah impian jangka panjangnya. Bagi Nathan, Reva adalah adik yang sangat menggemaskan. Saking me...