"Terharu banget gue selesai ulangan. Heu heu, menangis pwincess."
Yah, begitulah, kalimat pertama yang Reva ucapkan saat dia baru saja tiba di ruang keluarga dan langsung merebahkan tubuhnya yang masih terbalut seragam di salah satu sofa. Emang dasar Andara Reva, bukannya ucap salam dia malah berkata hal yang tak ada bobotnya sama sekali.
"Ucap salam dulu atuh cantik, baik, pinter, rajin menabung, dan tidak sombong."
Gadis berseragam itu menampilkan cengiran garingnya saat sosok ibu ratu di rumah ini mengomentarinya seraya berdiri dan berkacak pinggang tepat di depan kursinya. Berasa di tagih rentenir Reva tuh kalau Kirana sudah berpose seperti itu. His, menyeramkan.
"Assalamu'alaikum ratu, pwincess balik setelah selesai putar otak di sekolah," ucap Reva seraya menarik tangan Kirana dan menyaliminya, ia melakukan itu tanpa ubah posisi terlebih dahulu. Hal yang membuat Kirana kini berdecak kecil seraya menyorot Reva dongkol.
"Waalaikumssalam," balas Kirana singkat.
Tak mendapati balasan apa-apa dari putrinya, Kirana kini memilih berjalan kecil ke arah sofa di seberangnya. Ingin mendudukan dirinya disana sambil menonton tv. Kebetulan, waktu sudah menunjukan sore hari, tontonan untuknya pasti sudah mulai sekarang.
Reva melirik ibunya dengan ekor matanya. Kirana sangat fokus sekarang, dia bahkan tak sadar sedang diperhatikan oleh Reva. Hebat sekali konsentrasinya.
Reva yang lelah lirik-lirik ibunya sendiri, memilih untuk bangkit dan duduk secara normal. Gadis itu kini sudah menghadap sempurna pada sang ibu. "Mah, minta uang dong. Mau beli dress buat acara itu loh. Biar estetik si anak," ucapnya.
Mendengar ucapan Putrinya, Kirana akhirnya kehilangan fokusnya, wanita itu kini menengok dan melihat ke arah Reva. Tatapannya jelas sekali terlihat kalau ia sedang meremehkan sesuatu."Mau berapa?" tanyanya.
Reva tersenyum sumbringah, gadis itu menjulurkan telapak tangannya ke arah Kirana. "2 kartunya mama dong. Sini sini," ujarnya.
"2 matamu, Re! Mana bisa. Udah, ah, sama mama yuk. Lagian kamu mana bisa belanja sendiri. Mumpung episode ini gak seru-seru amat. Yok lah, gaskeun, kak," ujar Kirana bangkit berdiri dengan semangat.
Reva yang sudah biasa dengan perilaku ibunya, hanya bisa menghela nafas lelah. Gak sadar aja dia, kalau kelakuan dirinya pun 11 12 dengan sang ibu. "Yaudah-yaudah, Repa mah nurut aja sama ibu Ratu."
=====
Langkah Reva dan Kirana terhenti saat mereka berjalan sempurna di depan salah satu toko perhiasan yang ada di mall ini. Bukan karna mereka melihat maling atau apa, hanya saja keduanya kini melihat dua orang yang amat mereka kenal sedang berada di toko itu.
Dengan langkah girangnya, Kirana menghampiri dua orang itu. Reva? Tentu saja anak itu ikut, mana mau dia ditinggal di depan toko begitu saja. Lagipula ia ingin menyapa dua orang itu.
"Woah banget bisa ketemu kalian disini."
Kedua orang yang dihampiri mereka menoleh ke arah mereka saat Kirana selesai melemparkan kalimatnya. Raut kedua orang itu sedikit terkejut saat melihat Kirana dan Reva berada di sana.
Nathan, salah satu dari mereka mengulurkan tangannya dan menyalimi Kirana, dilanjutkan dengan satu orang lainya. Vivi.
"Wes wes wes, pasti mau beli cincin kaween kan? Eh, tunangan maksut pwincess," ucap Reva.
"Cenayang, yah?" tuduh Vivi menunjuk Reva dengan senyum jahilnya.
"Wo iya, dong. Repa kan sakti," balas Reva menyombongkan diri dengan suara yang cukup keras.
Nathan mendelik pada gadis itu, bisa bisanya dia berkata demikian di tempat umum seperti ini. Meski ini bukan kali pertama Nathan menjadi saksi kegilaan Andara Reva, tetap saja pemuda itu merasa sedikit canggung saat beberapa pasang mata melihat ke arah mereka.
"Kok baru sekarang sih belinya? Mepet amat kalian berdua tuh," ujar Kirana.
"Enggak kok, tan. Kami cuma mau ngambil pesenan doang. Dulu udah dipesenin sama mommy, dan baru sekarang jadinya," balas Vivi.
"Owalah, gitu toh. Yaudah yaudah, tante sama Reva ke atas dulu yah, nih anak satu minta dibeliin dress baru," ujar Kirana seraya menunjuk Reva saat kata-kata terakhirnya.
"Iya, Tan."
"Hati-hati, mah."
Setelah Kirana mengangguk, wanita itu berlalik dan berjalan pelan menjauhi toko perhiasan itu.
"Tolong yah kalian, nanti pas kalian-kalian ini tunangan, bookingin makanan yang banyak buat pwincess. Yang enak pokoknya. Jeli kopi harus ada. Wajib! Pai Vivi," ucap Reva sebelum ia berjalan pergi dan menyusul Kirana. Seperti biasa, gadis itu hanya berpamitan pada Vivi saja, mana mau kan dia lambai-lambai tangan pada Nathan. Mustahil!
"Mereka cocok enggak, Re menurut kamu?"
Reva menoleh ke samping, ke arah Kirana, saat wanita itu menanyakan hal yang menurutnya sangat tidak penting itu. Namun, Reva tetap saja menjawab pertanyaan dari Kirana. Gak baik kan kalau ia gak jawab dan disumpah serapahi oleh ibunya di tempat ramai seperti ini?
"Ya cocok-cocok aja, sih, menurut aku, mah. Walau Nathan meresahkan, tapi aku ngakuin kok kalau dia baik. Cocok lah buat Vivi," jawab Reva.
"Tumbenan kamu jawabnya gak ngawur, Re? Sehat, kan?" tanya Kirana menatap putrinya penuh selidik.
Reva mencebikan bibir bawahnya mendengar pertanyaan Kirana. "Sehat walafiat kok, mah. Makasih udah khawatirin aku," balas Reva dengan senyum lebar dipaksakannya.
"Sama-sama, Re. Mama juga setuju sama mereka. Meski kit hert banget mama gak dikasih tau pas Adel sama Mayang bikin perjanjian itu," ucap Kirana sedikit curhat.
"Mamanya meresahkan sih, jadi tante Adel sama tante Mayang males ngajak-ngajak mama," balas Reva dengan kurang ajarnya.
"Berdosa banget kamu."
"Tapi-tapi, mah, ini teh sampe kapan kita ngobrol sambil lewat-lewatin toko pakaian?"
Berhenti! Yap, Kirana menghentikan langkahnya saat Reva bertanya demikian, dirinya kemudian mengedarkan matanya ke sekeliling. Setelahnya wanita itu menepuk keningnya sendiri. "Aduh, kok gak sadar sih ada toko baju?" tanyanya.
Reva menghela nafasnya, dia dengan sabar berusaha mengembangkan senyum terbaiknya. "Udah sadar kan, mah? Ayo masuk. Pegel kaki si anak," ucapnya melangkah memasuki salah satu toko yang ada di sana. Tentu saja Kirana mengekor di belakangnya.
=====
Ppiw, maniez! Krisar sama votenya dong, kak😉
KAMU SEDANG MEMBACA
HAMA [COMPLETED]
Teen FictionBagi Reva, Nathan adalah Hama. Bagi Reva, kakak angkatnya itu adalah makhluk paling meresahkan yang pernah ia temui. Dan bagi Reva, hidup tanpa Nathan adalah impian jangka panjangnya. Bagi Nathan, Reva adalah adik yang sangat menggemaskan. Saking me...