[]Part 29[]

288 38 1
                                    

Elvin melangkah kikuk memasuki rumah minimalis modern yang sudah sering ia lihat. Ini memang bukan kali pertama ia memasuki rumah ini, karna dulu ia pernah bejalar disini bersama dengan Nathan. Namun sekarang berbeda, ia datang kesini bukan sebagai teman Nathan, melainkan sebagai pacar dari Andara Reva. Jelas hal itu membuatnya sangat grogi.

Reva yang berjalan di sampingnya rasanya ingin meledakan tawanya saat ekor matanya tak sengaja menangkap raut panik milik pemuda itu. Sungguh, apa rumahnya sangat menakutkan hingga Elvin sampai membuat raut seperti itu?

"Santai kali El. Rumah ini gak ada setannya," ujar Reva.

Elvin menelan ludahnya kasar, dia kemudian menganggukan kepalanya satu kali. "Iya," balasnya.

"Duduk, El. Aku ambil minum dulu. Tenang, ini gratis," tutur Reva saat keduanya sudah sampai di ruang tamu.

Elvin kembali menangguk. Menuruti apa kata Reva, pemuda itu kini sudah duduk tegang di atas sebuah sofa. Percuma! Percuma ia menggumamkan kata-kata penenang dalam hatinya, nyatanya ia tetap saja tegang saat berada disini. Sudah dibilang kan Andara Reva terlalu berbahaya bagi Elvin? Begitupun dengan apapun yang menyangkut gadis itu.

Tak lama kemudian, suara langkah kaki terdengar di indra pendengaran Elvin. Sosok Reva mulai muncul lagi di penglihatan Elvin. Namun, bukan Reva yang menjadi fokusnya, melainkan seorang wanita paruh baya yang berjalan di sampingnya.

Elvin menelan ludahnya kasar, dengan segera dia bangkit dari duduknya. Menunjukan sikap sempurna layaknya sedang berupacara saat Kirana sudah sampai di depannya.

"Hormat gerak!" ucap Kirana tiba-tiba. Membuat Elvin tak tau harus bersikap seperti apa. Apa harus ia melakukan gerakan hormat? Tidak tidak, citranya akan jelek kalau ia melakukan itu. Bisa-bisa ia dicap aneh oleh ibunya Reva.

"Si--siang tante," ucap Elvin masih dengan sikap sempurnya.

Kirana memerhatikan Elvin dari bawah sampai atas, dia kemudian menjentikan jarinya tepat sebelah telinganya. "Ah, tante inget. Kamu Elvin kan? Iyalah pasti. Pacarnya Reva, yah? Nathan udah cerita loh," ucapnya sangat sangat santai.

"Ce--cerita?" beo Elvin.

Kirana mengangguk-nganggukan kepalanya. Wanita itu mulai medudukan dirinya di sebuah kursi single tak jauh dari Elvin. Sedangkan Reva, gadis itu memilih duduk anteng di kursi seberang Elvin. Memperhatikan Elvin dan Kirana yang berbincang-bincang.

"Iya, Nathan cerita. Baru aja semalem. Ya, walaupun ceritanya sambil baku hantam sama Reva sih. Jadi agak gak jelas," ucap Kirana. "Ngomong-ngomong, duduk aja kamu, gausah tegang kayak gitu. Rileks," lanjutnya yang dituruti Elvin.

"Tante introgasi kamu boleh gak nih?" tanya Kirana seraya menyorot Elvin jahil. Hal itu langsung membuatnya mendapat pelototan dari Reva. Tapi, siapa peduli? Toh ia bisa melotot lebih seram dari anaknya itu.

Elvin mengangguk. "Boleh, tan," balasnya.

Lama Kirana dan Elvin berbincang, bahkan Reva yang menjadi penyimak pun sekarang sudah tertidur dalam duduknya.

Kirana meregangkan otot-ototnya, dia kemudian menguap dan mengusap matanya. "Aduhh, cape juga, yah." ucapnya.

"Maaf tante," ujar Elvin seraya menunduk. Ia merasa bersalah karna telah memberikan Kirana berbagai cerita tentang hidupnya. Lagipula, suruh siapa Kirana menanyakan hal-hal seperti itu? Jadi, siapa yang salah disini?

"Gak usah minta maaf atuh, kamu gak salah juga," tutur Kirana.

"Iya tan."

Kirana kini menyorot ke arah Reva, rautnya memperlihatkan kalau dia tampak malas untuk melihat anak gadisnya itu. "Hih, pake tidur lagi si Reva."

HAMA [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang