🕊️Maureen kembali?🕊️

16 15 0
                                    

Part 20

"Maureen!" Alisha sungguh kaget saat melihat wajah sepupunya itu sangat jelas di depan mata, Maureen menatap tajam Alisha.

"Iya, aku Maureen. Sepupu, Shasa," kata Maureen.

Perlahan Maureen mendekati Alisha yang masih berdiri membelakangi cermin. Maureen langsung mencengkram erat kedua bahu Alisha.

"Kamu lupa, kalau si Varo itu hampir membunuh sepupu mu. Apa kamu gak ada dendam sedikit pun sama, Varo? Apa aku, Maureen, sepupu Shasa yang paling di sayangi oleh nya, tergantikan dengan Alvaro Pradipta yang kejam itu? Jawab, Sha! Jawab!"

"Kalau kamu masih hidup, terus kenapa kamu gak pulang, Maureen?" tanya balik Alisha dengan raut wajah sendu.

"Karena aku ingin melihat, apakah Shasa sepupu tersayang ku, membalaskan dendam atas kematian ku atau tidak. Tapi, ternyata kamu terlihat baik-baik saja, bahkan kamu gak pernah mencari keberadaan aku," jawab Maureen.

"Itu gak benar. Aku selalu mencari keberadaan kamu, Maureen. Sampai suatu saat aku nyerah dan semuanya aku pasrahkan kepada yang maha kuasa, karena--" (Alisha).

"Karena hidupmu sudah tidak lama lagi, bukan?" tebak Maureen.

"Dari mana--" Belum sempat Alisha memberi pertanyaan kepada Maureen. Gadis itu justru memotong pembicaraan Alisha.

"Aku selalu memata-matai mu," potong Maureen.

"Tapi, kenapa kamu--" Alisha tidak sanggup melanjutkan ucapannya, dia terduduk lemas di kursi tepat di depan meja riasnya.

"Shasa, kamu harus tau, kalau aku sangat menyayangi kamu. Aku gak mau kamu dekat, apalagi sampai tunangan sama psikopat kejam kayak Varo itu. Dia itu kejam, dia gak bisa mengendalikan amarahnya, sedangkan kamu? Kamu itu emosional. Tolong ngerti apa yang aku bilang ini, Sha," jelas Maureen dengan lembut sembari menggenggam erat tangan Alisha yang sudah basah karena keringat dingin.

"Kamu kok bisa selamat?" tanya Alisha.

"Waktu itu ...." Maureen pun menceritakan segalanya kepada Alisha.

Flashback on.

POV Maureen.

Aku terbangun dari pingsanku, melihat teman-teman ku yang sedang berdebat. Di saat aku melihat ke samping kananku, tampak wajah Rafael yang sudah pucat. Badannya dingin, bahkan darah tak berhenti keluar dari kepalanya.

Dengan samar-samar aku melihat seorang pria yang ingin menggendongku. Entah mau kemana dia membawaku. Tapi aku bukan melihat satu pria, ada pria lain yang menyusulnya saat kejadian itu berlangsung. Teman dari cowok yang menggendongku saat itu, membantu Rafael keluar dari basecamp itu.

Sampai di suatu gubuk yang sangat mengerikan. Entah orang tersebut akan membunuhku atau menganiaya diri ku, aku hanya bisa pasrah. Ternyata cowok itu tidak menganiaya ku, justru mereka berdua membawaku ke rumah sakit dan menguburkan mayat Rafael di belakang gubuk itu dengan lantunan ayat suci Al-Quran dan surah Yasin, aku selalu berziarah ke makam Rafael ku.

Sejak saat itu, aku memutuskan hubungan dengan KPM dan KPB, mereka semua bukan temanku lagi terkecuali dua orang itu.

Flashback off.

"Siapa dua cowok itu?" tanya Alisha.

"Mereka--" Ucapan Maureen terhenti kala mendengar suara seseorang di balik pintu.

"Alisha, apa kamu udah siap nak?" Suara mama Varo sudah terdengar jelas di balik pintu yang tertutup itu.

"Pergilah, cepat pergi!" suruh Alisha. Maureen menggeleng keras. Menggenggam erat pergelangan tangan Alisha.

"Jika Maureen pergi, maka Shasa juga harus ikut bersamanya," tutur Maureen dengan penuh penekanan.

"Enggak, gak bisa! Shasa harus bertunangan hari ini. Dan itu pasti akan terjadi!" sentak Rizky.

Bruk!

Maureen mendorong kuat tubuh pria paruh baya itu, sehingga kepala Rizky terhantuk dinding, membuatnya pingsan tak sadarkan diri.

'Maafin, Maureen om,' batin Maureen.

Maureen kembali menarik pergelangan tangan Alisha dengan paksa. Meski Alisha terus meronta-ronta, tapi tenaga gadis itu memang selalu kalah dengan tenaga Maureen.

"Maureen lepas, jangan kayak gini dong! Maureen, lepas!" teriak Alisha.

"Terus aja teriak, gak akan ada orang yang bisa mendengarnya," kata Maureen dengan tersenyum puas.

Maureen pun memasukkan Alisha ke dalam mobil dan langsung mengunci mobil, sehingga Alisha tidak dapat membuka pintunya.

"Varo harus ngerasain gimana rasanya gak bersatu dengan kekasihnya," kata Maureen. Gadis itu memang sudha di butakan oleh balas dendam nya!

Maureen pun terus menaikkan laju mobil nya. Tanpa memperdulikan teriakan Alisha. Entah kemana gadis itu akan membawa Alisha.

***
"Kok lama banget ya?" Monolog Vivi-mama Varo.

Vivi pun membuka pintu itu dan menutup mulut dengan kedua tangannya kala melihat Rizky yang pingsan tak sadarkan diri.

"Tolong, tolong!" teriak Vivi.

***
"Eh, itu kayak suara mama kamu deh, Var," kata Kayla kala mendengar suara teriakan Vivi yang berasal dari ruangan Alisha.

"Iya, itu suara mama," sahut Varo.

KPB dan KPM pun pergi untuk mengecek keadaan Vivi, Rizky dan Alisha.

"Mama!" Varo memeluk mama nya. Bertanya mengapa mama nya itu berteriak sangat mengerikan.

"Loh, kok om Rizky bisa pingsan gini, Tan?" tanya Jay.

"Tante gak tau, tapi Alisha kayaknya di culik sama seseorang. Soalnya Tante cari kemana-mana gak ketemu, terus jendelanya juga kebuka," lirih Vivi.

"Alisha," gumam Varo. Aku harus mencari Alisha. Pikir Varo.

"Eh, Var. Mau kemana?" tanya Kelvan.

"Nyari Alisha," jawab Varo.

"Aku ikut," kata Jay.

"Aku juga," sambung Rey.

"Enggak, biar aku aja. Mending kau di sini aja." Arsya berucap.

Varo, Jay dan Arsya pun pergi menggunakan mobil milik Jay. Jay yang mengemudikan mobilnya, Varo duduk di samping Jay dan Arsya duduk di bangku kedua.

"Alisha kamu di mana sih," lirih Varo.

***
"Maureen stop! Jangan ngebut-ngebut dong! Bahaya tau, emang kita mau kemana sih?" tanya Alisha.

"Aku mau membawamu ke suatu tempat di mana, kita lahir Alisha." Alisha menyernit.

"Tempat lahir?" tanya Alisha. Maureen mengangguk lalu berkata, "Bandung."

"Enggak! Jangan bawa aku ke sana, Maureen. Aku mohon, lagian rumah orangtua kita kan udah di jual."

"Tapi, udah aku beli lagi."

'Varo tolongin aku,' batin Alisha.

___________

Gimana sama part ini?

lvyu280.000🕊️🤍

Cinta Alisha {Tahap Revisi}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang