🕊️Hampir saja🕊️

21 14 0
                                    

Part 18

Semingu kemudian, Alisha dan Rizky pun memutuskan untuk pulang ke rumah mereka. Karena Alisha akan masuk sekolah.

Alisha pun pergi ke sekolah menggunakan ojek. Saat tiba di sekolah, entah kenapa sekolah mendadak sunyi, sepi sekali. Alisha pun melangkahkan kakinya menuju kelas.

***
"Kemana semua orang?" monolog Alisha dengan bergumam.

"Ba! Happy birthday Alisha ... Happy birthday, happy birthday, happy birthday Alisha!" Teman-teman Alisha menyanyikannya lagu selamat ulang tahun untuk Alisha. Karena penyakit yang di deritanya, Alisha sampai lupa kalau hari ini adalah hari ulang tahunnya.

"Makasih ya semuanya," ucap Alisha.

"Sha, kok wajah kamu pucat banget?" tanya Bunga.

"Ah masa sih," elak Alisha.

"Mungkin karena aku gak pakai make-up, jadi gini," sambung Alisha.

"Kipas dong lilinnya!" seru teman-teman Alisha. Alisha langsung mengipasi lilin-lilin yang ada di kue tersebut. Kue yang berwarna serba hitam dengan tulisan Happy Birthday Tepung Shasa yang menggunakan warna putih di atasnya membuat keindahan kue itu bertambah.

"Yey!"

"Makasih banyak ya, aku kira. Kalian kemana tadi, soalnya semua ruang sekolah kosong," tutur Alisha.

"Kami sengaja, biar suprise gitu." Kayla terkekeh.

"Siapa orang pertama yang mau kamu suapin?" tanya Dino.

Mata Alisha terus mencari keberadaan Varjam nya. Tapi nihil! Di setiap sudut yang di lihat Alisha, sama sekali tidak ada Varo.

Kemana dia? Pikir Alisha.

"Apa tepung Shasa ku mencari Varjam nya?"

"Suara itu," gumam Alisha. Alisha menoleh ke arah pintu sekolah, tampak Varo, Kelvin, dan juga Jay sedang tersenyum kepadanya.

"Varjam," monolog Alisha dengan senyuman. Tapi, senyuman itu kembali pudar kala dia melihat keberadaan Jay.

"Ini hadiah dariku," tutur Varo seraya menyerahkan sebuah kotak berwarna biru langit yang berbentuk love.

"Ini apa?" tanya Alisha. Varo pun membuka kotak itu, memperlihatkan cincin yang sangat indah dengan ukiran bunga mini berwarna biru muda bercampur putih di tengah-tengah cincin itu.

"Sebentar lagi kita akan lulus, jadi ... apa kamu mau bertunangan denganku?" Pertanyaan dari Varo membuat degupan jantung Alisha lebih cepat dari biasanya.

Bagaimana ini, apa yang harus aku lakukan sekarang? Pikir Alisha.

"Terima, terima! Terima dong Alisha!" sorak teman-temannya.

Alisha semakin bingung, di satu sisi jika dia menerima tunangan itu maka dia akan memberi harapan palsu untuk Varo, sebab umurnya pun sudah tidak lama lagi.

Di sisi lain, jika Alisha menolak, maka hati Varo pasti sakit. Bukan Varo, tapi Alisha pun ikut merasakannya. Tapi, pilihan mana yang harus di ambil olehnya?

"Tenang, aku udah setuju kok dengan hubungan kalian berdua. Dan maaf, karena aku udah buat kalian backstreet," tutur Jay. Alisha tersenyum kecut, mengapa baru sekarang? Itulah yang ada di benak Alisha.

"Jika kau menolaknya, maka rahasiamu akan terbongkar." Entah suara siapa itu, tapi suara barusan, sangat terdengar jelas di telinga Alisha. Pandangan Alisha mencari-cari suara aneh itu, siapa yang mengucapkan kata itu. Siapa yang tau tentang rahasianya?

Alisha memejam sesaat, menghela nafas berat dan menatap lekat mata indah milik Varo. Dia tersenyum dan mulai mengangkat tangan kanannya, menampakkan jari manisnya. Varo pun memakaikan cincin tersebut ke tangan Alisha. Varo pun memeluk erat Alisha. Begitupun dengan Alisha.

"Selamat ya Alisha," tutur Bu guru.

Alisha kaget dan melepaskan pelukannya, dengan cepat Alisha menjauh dari Varo. Apa lagi? Takut kena marah guru. Varo tahu kalau hal ini tidak pantas dilakukan di sekolah. Tapi, Varo sudah meminta izin dengan kepala sekolah beserta majelis guru lainnya, tak lupa juga teman-temannya.

"Gak pa-pa kok, Sha. Kita semua udah tau, kalau kalian itu saling suka. Dan bentar lagi juga kalian kan lulus, jadi kalau lulus mau tunangan. Apa hak, kami para guru untuk melarang kalian? Hm." Alisha menghela nafas lega dan tersenyum.

Sungguh hari ini adalah hari yang sangat indah. Entah kenapa, tapi bagi Alisha hari ini adalah hari awal dari perpisahannya dengan Varo. Gadis itu terus saja menatap wajah Varo yang gembira, entah bagaimana nanti wajah Varo ketika mengetahui tentang penyakit Alisha.

***
"Shasa, kalau suatu hari nanti kita--" Ucapan Varo terhenti kala wajah Alisha yang sangat pucat.

"Kamu gak pa-pa kan?" tanya Varo sembari meletakkan telapak tangannya ke dahi Alisha. Kening gadis itu sangat panas.

"Kamu sakit?" tanya Varo lagi. Alisha hanya menggeleng pelan dan memberikan senyuman yang tak bisa di tebak.

"Tapi, kok wajah kamu pucat?" tanya Varo.

"Aku gak pa-pa, mungkin karena kecapean doang," elak Alisha. Varo menarik gadis itu ke dekapannya dan mengusap pelan rambut Alisha yang terurai.

"Varjam, kalau suatu hari semua impian kamu untuk hidup bersama aku pupus. Kamu jangan putus asa ya, kamu harus tetap berjuang untuk hidup dengan bahagia. Kamu gak boleh meneteskan air mata, walau hanya setetes." Ucapan Alisha membuat Varo melepaskan dekapannya dan menatap Alisha dengan sorot mata yang tak dapat di tebak. Sedang yang di tatap, tersenyum misterius ke arahnya.

"Aku tidak suka dengan kata-kata mu barusan," tutur Varo dengan penekanan pada setiap perkataannya.

"Tapi jika itu memang terjadi, maka kamu harus siap, hm," kata Alisha.

Apa sebenarnya, maksud dari perkataan Alisha barusan? Pikir Varo.

***
"Shasa udah pulang. Ayo, sini duduk," ajak Rizky saat melihat Alisha berjalan dari pintu rumahnya. Alisha pun duduk tepat di samping Rizky.

"Selamat ulang tahun, anak tersayang ayah. Semoga yang kamu harapkan terkabul semua ya, sayang," tutur Rizky seraya mencium sekilas puncak kepala putrinya.

"Makasih ayah," ucap Alisha. Rizky mengangguk dan mengucapkan kata "Iya sayang," kemudian memeluk Alisha.

"Gimana, udah mendingan belum?" tanya Rizky yang di balas anggukan oleh Alisha.

"Mendingan? Emang Alisha sakit, om?"

Alisha dan Rizky yang mendengar perkataan itu pun menoleh ke arah ambang pintu. Terlihat Varo yang membawa sebuah kotak sedang yang di hiasi pita di atasnya. Sangat indah!

Varo mulai berjalan menuju Alisha dan Rizky berada saat ini. Langkahnnya sangat cepat, bahkan kotak itu pun sampai tak terkondisikan lagi keadaannya.

"Jawab, Sha!" tegas Varo.

"Em, itu, anu, eng--" Alisha bingung ingin menjawab apa.

"Iya, semalam Alisha kurang enak badan. Dia agak demam, makanya om nanya kayak gitu," potong Rizky. Alisha menghela nafas lega.

__________

Stop!

lvyu280.000🤍🕊️

Cinta Alisha {Tahap Revisi}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang