🕊️Alisha buta?🕊️

46 22 3
                                    

Part 5

"Kau kenapa Jes, kok matamu sembab?" tanya Kelvin yang melihat mata Jesi yang sudah sembab, sebab Jesi terus menangis saat perjalanan ke basecamp.

"Kamu nangis, kenapa?" tanya Jay.

"Al--alisha," lirih Jesi.

"Udah, bilang aja gak pa-pa kok," tutur Jay sembari mengelus-elus punggung Jesi agar membuatnya merasa tenang.

"Aku gak sengaja nabrak Alisha," sahut Jesi dengan isakan tangis yang begitu kuat.

"Terus dia kenapa?" tanya Gio.

"Kata Dokter kemungkinan mata Alisha gak akan berfungsi lagi karena udah terkena infeksi yang sangat bahaya."

"Terus dia buta?" tanya Varo. Jesi menggeleng ragu.

"Aku gak tau, soalnya itu masih kemungkinan."

"Ya udah sih, tenang aja." Perkataan Varo membuat Kelvin, Kayla, Jay, dan Gio menganga, membulatkan mata mereka.

"Tenang? Gimana aku bisa tenang. Ini semua salah aku, salah aku," lirih Jesi. Jay memeluk kekasihnya itu agar merasa nyaman dan tak depresi.

"Kita doakan aja semoga Alisha baik-baik aja," tutur Jay sembari mengusap lembut rambut Jesi.

"Kasihan Alisha," monolog Kayla.

"Gak, untuk apa kasihan sama orang kayak dia. Toh juga gak guna buat kita."

"Kau kenapa si Var, kesel sih kesel. Tapi, gak gini juga kali, biar gimana pun Alisha itu gak bersalah di sini. Karena dia baru di KPM," jelas Kelvin. Kalian jangan anggap remeh sifat bobrok si Kelvin ini ya gays, biar gimanapun dia juga bisa bijaksana, adil dan serius di situasi tertentu.

"Bodo." (Varo).

***
"Bunga, Amalia, Dino, Rey, Arsya. Kalian di mana sih, kok lampunya di matiin?" Pertanyaan ini yang sangat sulit untuk di jawab oleh Bunga, Amalia, Dino, Rey dan juga Arsya.

Arsya, Dino dan Rey sedang duduk di sofa RS itu dengan wajah yang menatap Alisha dengan tatapan sendu. Sedangkan Bunga dan Amalia duduk di samping brankar Alisha dengan isakan tangis yang pelan. Takut jika Alisha bertanya lagi mengapa mereka menangis.

"Hei, jawab dong. Ini kenapa lampunya di matiin?" Lagi-lagi Alisha mempertanyakan kebungkaman teman-temannya itu.

"Alisha, kau--kau ...," Bunga tidak sanggup menjelaskan kejadian yang sebenarnya. Sungguh hatinya tidak sanggup, demikian dengan yang lainnya.

"Kau buta, Alisha Princessa." Ucapan yang lantang itu membuat seluruh perhatian terpusat kepada orang yang mengucapkan kata itu.

"Buta, gak aku gak buta kok. Udah deh jangan ngeprank, ya udah aku janji gak marah lagi."

"Tapi ini faktanya."

"Gak, Bunga, Amalia! Kalian di mana sih! Dino, Rey, Arsya! Tolong dong jangan bercanda!" Alisha tersentak kaget mendengar ucapan Varo tadi. Dia mendudukan tubuhnya sambil meraba-raba tempat tidurnya. Hingga dia mendapati tangan Bunga yang berada di brankar nya.

"Bung--bunga, in--ini gak bener kan? Ini gak bener kan? Jawab!"

"Aku gak mungkin buta, ini gak mungkin!" Alisha menjambak rambutnya bahkan memukuli matanya agar dapat melihat. Dengan sigap bunga menghentikan tangan Alisha dan memeluk temannya itu.

"Alisha, maafin kita. Karena kita gagal jagain kau, maafin kita." Alisha mendorong tubuh Bunga. Matanya sudhs terbuka, tapi dia merasa semuanya gelap.

"Gak, Amalia kau gak pernah bohong kan. Jadi, jujur apa bener aku buta?" tanya Alisha dengan isak tangis yang menyedihkan.

"Ya," jawab Amalia.

Deg!

Kepala Alisha terjatuh ke bahu Bunga. Bahkan tangisnya seketika terhenti, entah karena dia kecapean menangis. Atau dia sangat tersiksa. Jika dilihat tatapan Alisha kosong, tapi dia hanya bisa melihat kegelapan.

"Alisha, kau harus kuat," lirih Bunga.

"Kita berlima janji bakal jagain kau," ucap Arsya. Tapi, tetap saja Alisha hanya terdiam.

"Siapa yang udah nabrak aku?" tanya Alisha dengan nada dingin.

"Jesi, kenapa, mau kau apain kawan ku?" tanya Varo sembari berjalan mendekati Alisha.

"Bilang sama dia, makasih banyak. Karena aku gak perlu capek-capek menghindari melihat wajah brengs*k kau!" bentak Alisha.

"Pergi kau, jangan pernah datang menemui ku lagi. Pergi ku bilang!"

"Kalau aku tidak mau bagaimana?" tanya Varo.

"Aku akan mengusir mu." Alisha beranjak untuk berdiri, meraba-raba tempat yang ada di situ.

"Gimana bisa seseorang yang buta kayak kau, ngusir aku. Bod*h!"

"Kau ...." Alisha tak mau melanjutkan ucapannya dan memilih untuk mendekati suara Varo.

"Aw," ringis Alisha saat telapak tangan kirinya tak sengaja memegang pisau yang berada di meja khusus peralatan Dokter yang sengaja di taruh di situ.

Alisha langsung mencabut pisau itu dan mengarahkannya ke Varo. Bunga, Amalia dan tiga cowok yang berada di tempat itu ketakutan saat Alisha memegang pisau yang sangat tajam.

"Baiklah, aku akan pergi. Tapi, aku akan kembali lagi," tutur Varo. Setelah itu Varo langsung pergi dari ruang rawat Alisha. Seketika pisau yang di genggam Alisha terjatuh bergitu saja ke lantai. Alisha terduduk lemah di dekat dinding bertepatan dengan pintu.

Bunga dan Amalia langsung menghampiri Alisha dan memeluk temannya itu. Memberi kehangatan dan ketenangan kepada Alisha. Alisha sangat anti pada yang namanya trauma. Jika, dia sudah trauma, susah sekali untuk membuat traumanya hilang.

***
Pagi hari menjemput. Dino, Bunga dan juga Rey sudah pulang malam tadi. Bergantian dengan Amalia dan Arsya. Alisha sudah di perbolehkan pulang, karena kondisi tubuhnya sudah baik-baik saja.

"Kau serius mau sekolah?" tanya Amalia. Dia sedang merapikan rambut Alisha yang sudah berpakaian sekolah. Arsya yang sudah membawakan perlengkapan sekolah Alisha, di bantu dengan Bunga. Mereka akan di jemput Dino dari rumah sakit dan di antar ke sekolah.

"Hm," jawab Alisha.

"Ya udah, ini tongkat mu," ucap Amalia sembari menyodorkan tongkat khusus untuk orang buta. Alisha menerima tongkat itu, lalu berjalan dengan di tuntun oleh tongkatnya. Amalia mengambil tas yang ada di sofa, lalu berlari kecil menuju Alisha.

***
"Eh seorang Alisha buta gays!"

"Ya ampun, kok pakai tongkat segala sih."

"Kasihan deh."

Begitulah ocehan siswa-siswi yang melihat keadaan Alisha saat keluar mobil menggunakan tongkat.

"Buta sekarang, tapi jangan sampai buta hatinya ya," ucap Varo dengan tersenyum remeh.

"Hati aku gak kayak kamu!" sentak Alisha. Alisha langsung berjalan cepat entah kemana. Sebab dia belum kenal betul titik-titik yang ada di sekolah itu.

'Jangan melangkah lagi, atau kau bakal ke cebur,' batin Varo.

Memang saat ini Alisha sedang berjalan menuju kolam renang yang ada di sekolah itu. Awalnya kaki Varo ingin melangkah mencegah peristiwa tak di inginkan terjadi, tapi dia kembali menormalkan posisinya.

"Alisha jangan!" teriak Bunga.

Byur!

"Tolong, tolong!" Alisha panik, tak tau harus berbuat apa. Dia bingung di mana ada pegangan di kolam renang itu. Bahkan dia tidak bisa berenang.

Dengan cepat Arsya menenggelamkan diri untuk membantu Alisha. Memegang pundak Alisha menuntun gadis itu menuju tepi kolam.

"Kau pasti yang udah jebak Alisha!"

__________

Stop!

lvyu280.000🕊️🤍

Cinta Alisha {Tahap Revisi}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang