[03] Kelemahannya

47.8K 3.4K 165
                                    

Pukul 08 : 30 PM WIB

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pukul 08 : 30 PM WIB

Tania tengah duduk di meja belajarnya sembari berkutat dengan buku - buku tebalnya, kaca mata bulat sudah bertengger di hidung gadis itu. Pensil yang Ia pegang sudah berputar - putar di tangannya, otaknya berputar memikirkan rumus - rumus untuk memecahkan satu soal. Tangannya bergerak lincah mencoret - coret kertas demi menemukan jawaban yang tepat untuk soal yang sedang ia kerjakan.

Tania Lamarouzen, dikenal sebagai gadis dengan otak super jenius. Kepintaran dan kecerdasannya sudah tidak dapat di ragukan lagi. Berbagai jenis olimpiade dan perlombaan sudah pernah gadis itu menangkan, bahkan juara satupun selalu dapat gadis itu raih sejak masih SD.

Sepertinya jika dilihat maka Tania adalah contoh gadis yang hampir mendekati kata sempurna, sudah cantik, pintar, berbakti, dan terkenal akan sopan santunnya.

Namun jika di gali lebih dalam lagi nyatanya tidak seperti itu, Tania tetap memiliki kekurangan dalam dirinya.

"Hftttt,"

Terdengar helaan napas yang begitu panjang dari Tania, gadis itu meletakan pensilnya dan menutup buku tebalnya. Gadis itu bangkit dari duduknya menuju dapur untuk mengambil minum.

Saat sudah selesai mengambil air minum, gadis itu hendak kembali ke lantai dua tepatnya menuju kamarnya. Namun sebelumnya itu Tania menyempatkan diri untuk mengamati sekeliling rumahnya yang begitu sepi, Bundanya belum pulang dari butik.

Helaan napas panjang kembali terdengar dalam hening nya ruangan, gadis itu tersenyum lirih.

Semuanya sudah tidak sama seperti dulu lagi.

Suasana ini sudah biasa semenjak beberapa tahun yang lalu, saat sang ayah pergi meninggalkan gadis itu untuk selamanya.

Tania jadi sering ditinggal di rumah sendirian oleh Bundanya yang sering sibuk dengan urusan butiknya yang begitu padat dengan deadline.

Kadang suasana sunyi dan sepi ini Tania gunakan sebagai waktu belajar, namun lambat laun kehidupannya yang monoton itu ternyata membosankan juga.

Tania merasa hidupnya begitu - begitu saja, tidak ada sesuatu yang berwarna sama sekali.

Dengan senyum lirih yang masih menghiasi wajahnya, Tania akhirnya memutuskan kembali masuk kekamarnya dan duduk di meja belajar. Hendak melanjutkan lagi jam belajarnya namun rasa bosan sudah menghampirinya.

Biasanya jika sedang sendirian dirumah begini ada yang memani Tania, hanya untuk sekedar teman ngobrol atau bercanda.

Siapa lagi kalau bukan Alvian, sahabat sekaligus tetangga Tania sejak kecil.

Tok! Tok!

Baru saja Tania katakan, sudah terdengar suara ketokan di pintu kamarnya. Gadis itu sudah hapal yang datang malam-malam begini kerumahnya hanyalah Alvian, terkadang hanya untuk menemaninya atau mengganggu ketenangan belajarnya.

ALANIA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang