Olimpiade tahap seleksi terakhir akan di laksanakan dua hari lagi, SMA Pelita memiliki dua perwakilan yaitu Tania dan Rafael. Olimpiade Matematika ini diselenggarakan oleh sebuah yayasan besar, yang menaungi beberapa SMA swasta di kawasan Jakarta.
Pada tahap seleksi terakhir ini akan ada dua peserta yang tersisa, mereka yang berhasil lolos akan kembali mengikuti olimpiade tahap final untuk memenangkan hadiah utama berupa beasiswa untuk melanjutkan jenjang pendidikan di Universitas Waseda, Jepang.
Tania benar-benar mempersiapkan dirinya sebaik mungkin, gadis itu sangat mengharapkan bahwa dirinya lolos di babak seleksi akhir ini. Dengan begitu selangkah lagi, ia akan mencapai tujuannya yaitu beasiswa di Jepang.
Ini adalah tujuan terbesar dalam hidup Tania, ia ingin membuat Bunda dan Mendiang Ayahnya bangga karena memiliki putri seperti dirinya. Tidak mau membuang kesempatannya, gadis itu benar-benar serius dalam menerima bimbingan belajar.
"Sudah ya, bimbingan hari ini kita cukupkan sampai di sini saja. Kalau kalian mau melanjutkan belajar tidak masalah, dispensasi berlaku sampai Jam sebelas ya." Ucap Pak Jeremy, guru pembimbing mereka.
Tania dan Rafael mengangguk, mereka masih fokus dengan beberapa materi dan soal-soal yang sedang di pelajari.
"Baik Pak, terimakasih," ucap Tania.
"Sama-sama," guru itu kemudian keluar dari perpustakaan, meninggalkan kedua anak bimbingannya yang masih terlihat fokus.
Setelah kepergian Pak Jeremy, Tania langsung berkutat dengan buku-bukunya lagi. kedua manik matanya dengan cepat bergerak ke kanan dan ke kiri untuk membaca soal dan juga mencari rumus. Dengan jemari yang tidak tinggal diam, untuk mencoret kertas agar mendapat jawaban.
Dalam benak Tania sekarang hanya ada satu kata, yaitu fokus. Agar semua mimpi dan tujuannya tercapai.
Lain dengan Rafael, yang memilih memperhatikan Tania ketimbang kembali fokus pada bukunya. Lelaki itu memandang Tania dalam, seolah ada magnet dalam diri Tania yang membuat manik mata Rafael tidak ingin berpaling.
"Kalau di lihat-lihat cantik juga ya, pantes si bajingan Alvian itu naksir sama nih cewek." Batin Rafael.
Memang tidak bisa dipungkiri, Tania memang cantik. Bulu mata yang lentik, wajah tirus dan senyum yang menawan. Apalagi jika mengingat otak jenius yang tidak tertandingi itu, memang definisi sempurna.
"Ekhm," Rafael berdeham pelan.
Kenapa malah dia memuji gebetan musuhnya ini? Tujuan Rafael berada dekat dengan Tania hanya untuk membuat Alvian cemburu, dan akan membuatnya terlihat menang dari perusuh sialan itu.
Lelaki itu menggeleng pelan, kemudian kembali menoleh kearah Tania yang ternyata tidak terusik kedikitpun.
"Tan," panggil Rafael.
Tania pun mengalihkan fokusnya saat lelaki itu memanggilnya, "Eum?"
"Fokus amat sih, gak capek apa bimbingan dari pagi?"
KAMU SEDANG MEMBACA
ALANIA
Teen FictionAlvian Regananta, nama sejuta makna. Lelaki yang hidup dalam dilema masa remaja dan konflik kehidupan yang membuatnya harus bertahan meski tidak memungkinkan. Dengan segala perjuangannya, Alvian berjalan untuk memperoleh harapan dan pengakuan tenta...