[10] Kekanakan

21.3K 1.8K 59
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Malam ini Tania pergi menghampiri Alvian ke rumahnya, karena lelaki itu masih marah padanya. Jangan salah, Alvian itu kalau sudah ngambek ataupun marah akan lebih rewel dari anak kecil.

Akan sangat cuek, tidak acuh, dan terlihat seperti menjauh padanya. Terkadang hal itu membuat Tania juga ikut kesal, meskipun berakhir dirinya lah yang selalu mengalah dan meminta maaf.

Seperti sekarang ini contohnya, berbekal brownies coklat buatannya, Tania datang ke rumah Alvian untuk membujuknya.

Hidup Tania terasa hampa tanpa ada Alvian yang mengganggunya, Tania menjadi sangat tidak nyaman dengan itu. Maka dari itu Tania berniat untuk menyudahi semuanya malam ini, gadis itu ingin Alvian-nya yang manja dan cerewet itu lagi.

Saat ini Tania sudah berdiri dengan ragu di depan pintu rumah Alvian kurang lebih sudah sepuluh menit lamanya, hatinya berdetak tidak karuan saat keraguan melandanya ia takut Alvian menolak ke hadirannya atau bahkan lelaki itu akan menganggapnya tidak ada?

Namun beberapa saat kemudian setelah menguatkan hatinya dan bertarung dengan semua persepsinya, Tania menghela napasnya panjang kemudian memberanikan diri mengetok pintu rumah Alvian.

Tania menelan ludahnya susah payah saat pintu rumah itu terbuka, dan menampakan sosok lelaki tampan dengan senyum bulan sabit terukir di wajahnya. Dia Rian, kakak kandung Alvian. Meskipun jarang bertemu, Tapi Tania dan Rian cukup kenal dan akrab.

"Eh, Tania? Tumben malem - melem," sapa Rian pada Tania.

"Iya hehe, Kak gue mau ketemu Al. dia ada di rumah gak?" tanya gadis itu sopan pada Rian. Rian mengangguk, seolah mengerti sesuatu.

"Kalian berantem ya?" tebak lelaki dewasa itu penuh selidik, Tania tersentak lalu otomatis menggeleng.

"Enggak,"

Rian mengangguk, meskipun ia tidak dekat dengan saudaranya tapi Rian tahu adik satu - satunya itu memang memiliki sifat yang tidak asik. Keras kepala, ngambek'kan, dan terkesan seperti anak kecil.

Rian sudah sangat hapal sekali dengan itu. lelaki dewasa itu mengehela napasnya pelan, kemudian mengeser badannya untuk memeberikan akses agar Tania bisa masuk ke dalam rumahnya.

"Al ada tuh dikamar, dari tadi mukanya asem banget," ucap Rian, lelaki itu kemudian mempersilahkan Tania masuk.

"Samperin aja ke kamarnya, Tan." ucap Rian lagi setelah Tania masuk kedalam rumahnya.

Tania menatap Rian dengan manik mata yang terlihat gelisah, "Nanti gue di usir gak kak?"

"Ya kalau di usir yang tinggal keluar aja dari kamarnya, apa susahnya sih Tan?" Ucap Rian sembari terkekeh pelan, merasa gemas melihat tingkah Tania yang lucu jika wajahnya menunjukan raut penuh keraguan begini.

Tania hanya memutar manik matanya malas saat mendengar jawaban Rian, "Iya udah deh,"

"Kalau entar di apa - apain teriak aja, gue disini kok." Ucap Rian mencoba memberi saran, namun malah mendapat decapan penuh malas dari Tania. Karena Rian bicara seperti itu seolah Tania akan menghadapi om - om pedo saja.

ALANIA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang