Bill [Part 7]

514 34 4
                                    

Akiko mengerjapkan matanya beberapa kali, menyesuaikan cahaya yang masuk. Namun beberapa detik kemudian, Akiko refleks bangun. Saat menyadari, apa yang semalam dia lakukan. Bagaimana Akiko bisa tidur begitu nyeyak, meninggalkan Ethan yang pergi entah kemana. Akiko berjalan sempoyongan, tubuhnya terasa sakit, karena dia tidur hanya dengan alas yang tipis. Di tambah udara yang terhitung dingin, tanpa penghangat ruangan.

Gadis berambut pendek itu, menelusuri sebuah apartmen mewah yang dia tempati. Mencari keberadaan seseorang untuk bertanya, "Aaarrrkkkkkg!"

Akiko mengedarkan pandangannya, mencari suara teriakan anak kecil yang tak begitu jelas. "I'm sorry! Aarkkgg!!"

"Ethan...." gumam Akiko, yang sadar dengan pemilik suara itu. Lalu segera berlari, sambil mencari sumber suara. Akiko yang merasa aneh, melihat kearah kakinya karena terasa sedikit sakit untuk berjalan. Dan saat itu juga, Akiko melototkan matanya kaget, saat melihat darah yang menetes. Telapak kaki–nya, seperti di sayat pisau. Walaupun tidak begitu parah, tetapi Akiko tidak bisa berjalan dengan bebas.

Akiko membuka sebuah ruangan, dengan pintu ber cat hitam. Sepertinya, arah suara Ethan dari dalam ruangan itu. "Aaarrhhh!! Kakaakk...."

Nafas Akiko tercekat, saat melihat Ethan yang diikat disebuah kursi. Dengan tubuh penuh lebam, dan beberapa goresan darah. Akiko menalihkan pandangannya, pada seorang pria yang duduk membelakanginya, yaitu Glen.

"What are you doing...." gumam Akiko, sambil mendekati Ethan yang menangis parah. Lalu membuka tali pengikat Ethan, dengan tangan gemetaran. Namun aksinya itu gagal, karena Glen, mencambuk Akiko dari belakang. Membuat gadis kurus itu, menahan nafasnya cepat.

"Siapa, yang memperbolehkanmu keluar dari kamar," geram Glen. Lalu kembali mencambuk Akiko, yang refleks memeluk Ethan didepannya.

"Jangan pukul Kakak! Jangan pu—"

"Diam! kau pikir, kau ini siapa?" tanya Glen, dengan suara baritonnya, yang membuat Ethan langsung terdiam. Kemudian menatap Akiko, yang meremas pakaiannya sendiri untuk menahan sakit.

"Sepertinya, goresan itu tak cukup untuk membuatmu diam, 'hah?" Glen berdiri dari tempatnya, kemudian menjambak rambut Akiko kasar. Mendongakkan kepalanya, hingga saling menatap.

Akiko terdiam. Mengetahui fakta, bahwa Glen adalah orang yang mengiris-iris telapak kakinya. Akiko tidak menyangka, kalau Glen lebih gila dari dugaannya. Membuat Akiko berfikir, kalau Glen pasti bukanlah orang normal. Siapa sih, orang tega menyiksa Ethan, yang jelas-jelas masih kecil. Kemarin, Akiko ingat betul bagaimana ekspresi Glen saat menggunakan senjata api–nya. Wajahnya datar, seolah terbiasa melakukan hal keji itu. Kemudian Akiko sadar, bahwa dalam kertas perjanjiannya dengan Glen. Tidak ada jaminan, bahwa Akiko akan aman.

"Aiko.... sebaiknya jaga sikapmu. Karena aku bukan orang baik-baik," geram Glen. Pria itu kemudian melenggang pergi begitu saja, meninggalkan Akiko yang langsung fokus pada Ethan lagi.

"Kakak...." isak Ethan, sambil memeluk Akiko erat. "Sakit..."

"I'm sorry, i'm sorry..." bisik Akiko dengan susah payah, lalu menggedong Ethan agar keluar dari ruangan gelap itu. Kemudian, Akiko segera membersihkan beberapa luka, yang Glen sebabkan. Ini bukan rumah Akiko, dia tidak tau dimana letak kotak obat. Jadi Akiko hanya membersihkan seadanya saja.

"Ethan... dengarkan aku. Kau tidak boleh bersama Kakak, okay?" ujar Akiko, sambil menangkup wajah Ethan. Agar anak kecil itu tetap fokus mendengarkannya. "Aku akan mengantarmu, ke tempat yang lebih aman."

Ethan mengangguk. Walaupun sedikit berat hati, karena harus berpisah dengan Akiko. Namun mengingat betapa kejamnya Glen, membuat nyali Ethan menyusut. Padahal Akiko sengaja membawa Ethan bersamanya, dengan jaminan bahwa Ethan tidak akan disakiti orang lain. Tapi hal buruknya, Akiko justru membawa Ethan ke dalam sarang monster.

Gadis Milik Tuan MafiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang