Tell me [Part 17]

597 44 0
                                    

Glen, masih terlelap di tidurnya. Namun, hal janggal membuat Glen segera bangun. Dia sadar, bahwa Akiko tidak ada lagi di ranjang. Ini jam 4 pagi, tidak mungkin Akiko sudah bangun untuk membuat sarapan. Akiko tidur dari sore. Jadi Glen pikir, mungkin Akiko sedang ke toilet. Namun, selang 15 menit Glen menunggu, Akiko tak kunjung kembali.

Sampai akhirnya, Glen memutuskan untuk mencari Akiko. Pertama di ruang utama, tidak ada. Lalu ke kamar Akiko, tidak ada juga. Glen sampai menelfon Akiko, tapi ternyata ponsel Akiko masih ada di kamarnya. Kemudian, di saat Glen benar-benar bingung. Glen melihat bayangan seseorang, di balkon.

"Aiko," panggil Glen. Ketika melihat Akiko yang berdiri memandang kosong,  pemandangan luar.

"Apa yang kau lakukan? di sini dingin," gumam Glen. Lalu mendekati Akiko, yang tidak menghiraukan kehadiran Glen sama sekali. "Ayo, kau pasti masih mabuk."

"Tidak," jawab Akiko singkat.

"Lalu kenapa, kau keluar pagi-pagi buta seperti ini?" tanya Glen. Apalagi, mereka berada di lantai 15. Glen takut Akiko loncat dari balkon, karena masih terpangaruh alkohol

"Di sana...." lirih Akiko, sambil menunjuk lautan yang luas. "Ada apa?"

Glen mengerutkan alisnya bingung. Tapi kemudian, Glen tersenyum tipis mengamati rambut pendek Akiko yang terkena terpaan angin. "Pantai, kau ingin ke sana?" tanya Glen.

Akiko menatap Glen, lalu mengangguk pelan. Membuat Glen sedikit gemas, dengan wajah polos Akiko. Kemudian, Glen mengangkat tubuh Akiko, seperti biasa. Membawanya ke ruang utama, lalu menyalakan televisi. Glen juga mengambil selimut tebal, yang ada di kamarnya. Kemudian Glen duduk, sambil memangku Akiko dengan selimut rapat-rapat. Glen merasa tanggung jika tidur, karena sebentar lagi pasti bangun.

"Kau belum pernah ke pantai?" tanya Glen, sambil mengamati Akiko, yang diam menonton televisi.

"Belum," jawab Akiko pelan. "Sebelum aku mati, aku ingin pergi ke sana."

Glen yang sebelumnya tersenyum tipis, langsung memasang wajah serius. "Kenapa, kau selalu membicarakan mati?"

"Karena aku akan mati," sahut Akiko. Membuat Glen semakin geram, hingga Pria itu menangkup wajah Akiko dengan kasar.

"Semua manusia pasti akan mati. Jadi jangan bicarakan itu terus, menyebalkan," cetus Glen. Pria berambut coklat itu sampai mencengram erat lengan Akiko, saking sebalnya.

Glen bingung, kenapa Akiko selalu bicara mati, dan mati. Padahal dia bisa membicarakan banyak hal pada Glen, jika mau. Glen juga penasaran, bagaimana Akiko sebenarnya. Apa yang Akiko sukai dan tidak. Apa makanan kesukaan Akiko, dan, "Apa warna kesukaanmu?" tanya Glen.

"Tidak tau, semua warna aku suka," jawab Akiko sambil menyenderkan kepalanya di lengan Glen. Akiko mengantuk, padahal kemarin dia tidur lama.

Sedangkan Glen yang mendengar, hanya terkekeh pelan. Kemudian mencium pipi Akiko lembut, sambil berbisik. "Sepertinya, kau adalah kesukaanku."

"Aku bukan warna," sahut Akiko pelan.

"Memang bukan. Salahkah, kalau kau adalah hal yang paling aku suka, selain alkohol dan rokok?" tanya Glen sembari tersenyum tipis.

"Tentu saja salah. Aku bisa saja membunuhmu, seperti alkohol dan rokok," papar Akiko. Membuat Glen menatap diam, Akiko yang masih menonton televisi.

"Membunuhku?" Akiko hanya tersenyum tipis. Kemudian menatap Glen, dengan posisi yang sangat dekat. Mendengar dengan seksama, apa yang akan Glem bicarakan.

"Aku tidak pernah seperti ini pada orang lain, Aiko. Bahkan, para wanita lah yang tergila-gila padaku. Tapi kenapa, kau seperti tidak tertarik sama sekali padaku?"

Gadis Milik Tuan MafiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang