Broken [Part 15]

567 42 13
                                    

Dingin....
Bisakah seseorang membawakan aku selimut?

***

Seorang gadis terbatuk-batuk, ketika baru bangun dari tidurnya. Akiko, gadis yang tengah meringkuk kesakitan, sambil menahan tangisan–nya. Sudah beberapa hari ini, kondisi Akiko memburuk. Bahkan, Akiko tidak bisa merasakan penghangat ruangan lagi. Akiko hanya bisa merasakan, dingin yang menusuk-nusuk tubuhnya. Namun bukannya pergi ke rumah sakit, Akiko justru memilih berbaring terus di tempat tidur.

Sedangkan Vian, berkali-kali menelfon Akiko karena khawatir. Setiap kali Vian pergi ke kediaman Akiko, tidak ada sahutan dari sang pemilik. Walau Akiko sudah memberikan pesan, bahwa dia sedang tidak berada di rumah. Vian masih yakin, bahwa sebenarnya Akiko tengah menghindar. Ah.... seharusnya Vian tidak usah mengutarakan perasaan–nya jika tau akan seperti ini. Pikir Vian.

Namun, malam ini Akiko memutuskan untuk keluar dari rumah. Akiko harus membeli stok makanan Kouma, dan beberapa keperluan. Akiko juga harus izin pada Caffe tempatnya bekerja, untuk berhenti saja. Percumah, Akiko pasti akan jarang datang. Untuk berjalan saja susah. Dan tanpa Akiko sadari, ada mata yang selalu mengawasi gerak-geriknya.

Glen, Pria tampan itu sudah mencari Akiko selama berhari-hari di balik kesibukan pekerjaan. Awalnya, Glen hanya mencari di apartmen-apartmen mewah saja. Dia pikir, mana mungkin Akiko berada di aparment murahan. Namun, tak ada sosok gadis yang tengah dia cari itu. Hingga, Glen memutuskan untuk mencari di apartmen sederhana. Walaupun sangat jauh, akhirnya Glen bisa menemukan Akiko yang ternyata tidak pernah keluar dari rumah–nya, sampai sekarang.

Glen menatap Akiko, yang berjalan pelan menaiki tangga. Sangat kurus, apa dia tidak pernah makan? pikir Glen sambil menuruni mobil hitamnya. Bersamaan dengan itu, suara kembang api menghentikan langkah Akiko yang berada di depan pintu rumah. Akiko menatap kembang api yang indah di langit-langit. Beberapa detik kemudian, Akiko menadahkan tangannya menangkap butiran salju yang turun.

"Suka salju?" suara bariton itu, membuyarkan pikiran Akiko.

"Glen..." lirih Akiko, kemudian menunduk. Apalagi ketika pria itu perlahan, mendekati Akiko yang mengernyit takut. Takut apabila Glen memukulnya lagi, atau melakukan yang lebih buruk.

Sedangkan Glen hanya tersenyum tipis, lalu memeluk Akiko erat sambil mengelus surai rambut pendek itu. "Kau betah tinggal di tempat seperti ini?"

Akiko tidak menjawab, masih kaget dengan kehadiran Pria bertubuh tinggi itu. "Kontrak kita belum selesai," ujar Glen.

Di sambut dengan anggukan pelan dari Akiko. Membuat Glen mengerutkan alisnya bingung. "Kau tidak menolak?"

"Memangnya aku bisa?" tanya Akiko balik, sambil menghela nafas singkat. Baru saja Glen ingin menjawab, dua orang datang dengan nafas tersegal-segal. Sedangkan Akiko menatap kaget, dengan siapa yang berada di hadapannya itu.

Keinara dan Vian. Kenapa mereka bisa ada di sini?. Dan Keinara, kenapa dia bisa tahu tempat tinggal Akiko?. Jadi, beberapa waktu setelah Akiko hilang dari pandangan–nya. Keinara selalu berusaha mencari Adiknya itu. Keinara sampai mencari di berbagai universitas, barangkali Akiko kuliah disana. Dan ketika Keinara benar-benar putus asa. Keinara mendegar seseorang, yang tengah berada di telfon–nya.

Vian, juga tidak mengira akan bertemu dengan Kakak Akiko secepat ini. Keinara langsung bertanya pada Vian, apakah Akiko yang dia maksud adalah Adiknya, atau bukan. Beruntung, mereka berdua datang bersama, di saat Akiko keluar dari rumah. Namun malangnya, ada seorang Pria dengan tampang dingin–nya, tengah menatap tajam.

"Akiko...." gumam Keinara, sambil berlari memeluk Akiko erat. "Kau menganggap aku ini apa, Akiko? Kau tidak pernah mengabari aku, dan pergi begitu saja."

Gadis Milik Tuan MafiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang